Mari Berbagi...dan Memberi....

2021-10-18

Pendekatan Berbasis Masalah (Deficit-Based Thinking) Versus Pendekatan Berbasis Aset (Asset-Based Thinking)

| 2021-10-18

Sekolah sebagai sebuah lembaga yang juga sekaligus sebagai sebuah ekosistem yang di dalamnya terdiri dari unsur biotik (mahluk hidup) dan unsur abiotik (benda mati) yang keduanya adapat menyebabkan interaksi yang saling menguntungkan jika dimanfaatkan sesuai dengan potensi dan kegunaannya masing-masing.

Unsur biotik yang dimaksud antara lain guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan, siswa, dan stakeholder Pendidikan lainnya. Sedangkan unsur abiotic misalnya faktor fasiilitas sekolah (sarana dan prasarana termasuk aspek keuangan sekolah.

Untuk menciptakan budaya mutu sekolah yang bermutu, kepala sekolah sebagai pemimpin tertinggi di komunitas harus mampu mengoptimalkan seluruh kapasitas dan kewenenangan yang dimiliki.

Ada dua pendekatan yang dapat digunakan oleh kepala sekolah dalam mengembangkan mutu di Lembaga yang dipimpinnya, yaitu:

1. Pendekatan berbasis kekurangan/masalah (Deficit-Based Thinking), dan

2. Pendekatan berbasis aset (Asset-Based Thinking)

Kedua pendekatan di atas mengembangkan sekolah dari sisi yang saling bertolak belakang. Di mana pendekatan berbasis kekurangan/masalah (Deficit-Based Thinking) akan memusatkan perhatian pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak bekerja. Segala sesuatu yang terjadi di sekolah dilihat dengan cara pandang negatif. Dalam hal ini, pemimpin atau kepala sekolah harus bisa mengatasi semua kekurangan atau yang menghalangi tercapainya visi dan misi sekolah. Pendakatan ini semakin lama dan secara tidak sadar akan mengantarkan pemimpin yang terbiasa untuk merasa tidak nyaman dan dapat menyebabkan buta terhadap potensi dan peluang yang ada di sekolah.

Berbeda dengan pendekatan berbasis aset (Asset-Based Thinking), yaitu sebuah konsep yang dikembangkan oleh Dr. Kathryn Cramer, seorang ahli psikologi yang menekuni kekuatan berpikir positif untuk pengembangan diri. Pendekatan ini merupakan cara praktis menemukan dan mengenali hal-hal yang positif dalam kehidupan (sekolah), dengan menggunakan kekuatan atau potensi atau aset yang dimiliki sebagai tumpuan berpikir dan bekerja untuk meraih tujuan yang telah ditetapkan (visi dan misi) sekolah. Pendekatan ini bertumpu pada bagaimana menjadikan seluruh potensi yang dimiliki, apa yang bekerja, apa yang menjadi inspirasi, apa yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif dijadikan sebagai modal dalam mengembangan dan mewujudkan.

Secara detail perbedaan antara pendekatan berbasis kekurangan dengan pendekatan berbasis aset dapat dilihat sebagai berikut:

(Deficit-Based Thinking)

(Asset-Based Thinking)

Fokus pada masalah, kekurangan, dan isu

Fokus pada aset dan kekuatan atau potensi yang dimiliki

Berkutat pada masalah utama

Membayangkan masa depan (visioner)

Mengidentifikasi kebutuhan dan kekurangan – selalu bertanya apa yang kurang?

Berpikir tentang kesuksesan yang telah diraih dan kekuatan untuk mencapai kesuksesan tersebut.

Fokus mencari bantuan dari sponsor atau institusi lain

Mengorganisasikan kompetensi dan sumber daya (aset dan kekuatan)

Merancang program atau proyek untuk menyelesaikan masalah

Merancang sebuah rencana berdasarkan visi dan kekuatan

Mengatur kelompok yang dapat melaksanakan proyek

Melaksanakan rencana aksi yang sudah diprogramkan

((Green & Haines, 2010)

Selama ini masih banyak pemimpin sekolah yang senantiasa mengeluh dengan segala kekurangan dan permasalahan yang terjadi di s2ekolahnya, sehingga meminta bantuan kepada pihak lain untuk mengatasi permasalahan yang terjadi, dan bukan sebaliknya mengenali dan sekaligus memanfaatkan seluruh asset/kekuatan/potensi yang dimilikinya baik potensi biotik maupun potensi abiotic untuk mewujudkan mimpinya.


Semoga bermanfaat….! Jangan lupa berbagi….


Related Posts

No comments:

Post a Comment