Mari Berbagi...dan Memberi....

2018-08-16

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN GERAK DASAR LARI

| 2018-08-16

Permainan Tradisional


UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN GERAK DASAR LARI
MELALUI PERMAINAN TAG GAME  PADA SISWA KELAS IV DI SDN PALANYAR 2 KECAMATAN CIPEUCANG KABUPATEN  PANDEGLANG




BAB I

P E N D A H U L U A N


A.    Latar Belakang

Pendidikan jasmani merupaka pendidikan individu atau kelompok yang dilakukan secara sadar dan sistematis, dan dalam proses pengajarannya menjadikan gerak sebagai alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pendidikanjasmani merupakan pendidikan yang kompleks, karena melibatkan seluruh aspek, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.  Dalam proses pelaksanaannya, pendidkan jasmani harus mampu memberikan sumbangan positif bagi bekal hidup di masa depan terutama dalam hal kekayaan dan pemanfaatan gerak sepanjang hayat. Oleh karena itu, proses pembelajarannya harus disesuaikan dengan kondisi nyata siswa di lapangan.
Masa anak adalah masanya bermain, dimanapun dan kapanpun mereka akan senantiasa bergerak melalui berbagai jenis dan bentuk permainan. Masa anak termasuk masa usia sekolah dasar pada hakekatnya sangat haus untuk bergerak, di samping karena faktor biologis, psikologis, maupun faktor lingkungan.   
Kebiasaan hidup aktif yang dimiliki oleh anak-anak sekolah dasar tersebut harus dapat dimanfaatkan dan diarahkan seoptimal mungkin agar bermanfaat khusunya bagi dirinya sendiri di masa depan agar kebiasaan hidup aktif tetap terjaga hingga ia dewasa kelak.  Adalah tugas orangtua untuk memberikan kesempatan dan mengarahkan serta membimbing kebiasaan hidup aktif tersebut agar bermanfaat. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui kegiatan pembelajaran di sekolah dan salah satunya melalui Pendidikan Jasmani.    
Pembelajaran Pendidikan Jasmani, olahraga dan kesehatan merupakan salah satu  media yang sangat efektif untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan peserta didik secara seimbang, meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan lokomotor, mengembangkan pengetahuan dan prilaku hidup sehat secara aktif, memiliki sikap sportif, memiliki kecerdasan emosi serta kecerdasan sosial melalui  interaksi secara langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani (gerak) yang bermakna dan menyenangkan.
Pembelajaran merupakan inti dari kegiatan di sekolah. Oleh karena itu melalui aktivitas pembelajaran termasuk Pendidikan jasmani diharapkan akan mampu membentuk manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (UU Sisdiknas, Bab 2:3)
Sejalan dengan tujuan pendidikan diatas, pendidikan jasmani sebagai sarana pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian peserta didik dalam rangka pembentukan manusia seutuhnya, maka pelaksanaan pendidikan jasmani tersebut harus dilakasanakan dengan usaha-usaha pendidikan yang teratur, terencana, berjenjang dan berkelanjutan.
Indonesia sebagai salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki keanekaragaman adat dan budaya termasuk bermaca-macam bentuk permainan dan olahraga tradisional. Kekayaan khasanah budaya dan adat serta permainan rakyat atau olahraga tradisional tersebut harus mampu dijadikan sebagai alat dalam membentuk generasi yang bermutu.
Olahraga tradisional Bentengann atau tag game hampir dikenal di seluruh tanah air, maka tak heran apabila anak-anak pada usia sekolah dasar mengenal dan mampu memainkannya. Namun hal ini masih kurang dapat dimanfaatkan dalam dunia pendidikan khususnya pendidikan jasmani sebagai alat untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Olahraga tradisonal Bentengann memiliki ciri khas dalam permainannya. Permainan ini identik dengan kecepatan reaksi dan  lari secepat mungkin utuk menangkap lawan atau menghindari sergapan lawan, karena untuk menagkap atau mencari poin dilakukan bagai mana menangkap lawan dengan cepat dan sebanyak-banyaknya. Atas kekhasannya, maka peneliti memandang permainan ini sangat cocok untuk mengembangkan keterampilan gerak dasar lari khususnya bagi siswa kelas IV di SDN Palanyar 2 Kecamatan Cipeucang Kabupaten Pandeglang.
Belum terpenuhinya secara penuh Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007 tentang Sarana dan Prasarana pendidikan khususnya di SDN Palanyar 2 Kecamatan Cipeucang Kabupaten Pandeglang berpengaruh kepada jalannya pembelajaran pendidikan jasmani, ketika pembelajaran dengan materi atletik (lari) berlangsung, aktivitas siswa lebih cenderung pasif, monoton dan guru lebih mendominasi jalannya pembelajaran (teacher centered).
Materi pembelajaran atletik terkadang tidak diminati oleh siswa, hal ini bisa terlihat dari keterlibatan siswa saat pembelajaran, dan berdampak kepada masih rendahnya penguasaan keterampilan gerak dasar lari siswa, padahal penguasaan kemampuan gerak dasar lari bagi siswa sangat mendasar, karena lari merupakan fondasi dalam membangun kemampuan dari seluruh cabang olahraga. Penulis meyakini, apabila gerak dasar lari dikuasai dengan baik, maka besar kemungkinan gerakan-gerakan dasar yang lainnya akan mampu dilakukan dengan baik pula.
Sebagai catatan bahwa kemampuan rata-rata hasil belajar lari siswa pada tahun sebelumnya masih belum sesuai dengan harapan, artinya banyak siswa yang hasil belajar keterampilan gerak larinya hanya mencapai rata-rata 72 dan tidak mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan, yaitu sebesar 75. Di samping itu, prestasi siswa dalam cabang atletik khususnya lari masih belum mampu berprestasi ditingkat gugus apa lagi rayon atau tingkat kabupaten.
Untuk memotivasi siswa dalam pembelajaran atletik khususnya lari, maka guru harus mampu mendesain pembelajaran agar materi yang disajikan mampu membangkitkan siswa untuk belajar dan sesuai dengan tingkat perkembangan siswa atau Developmentally Appropriate Practice (DAP).
Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis sebagai guru Penjasorkes di SDN Palanyar 2 mencoba mendesain pembelajaran atletik (lari) dengan pendekatan bermain, yaitu permainan “Tag game“ atau disebut juga bentengan untuk meningkatkan kemampuan gerak dasar lari bagi siswa kelas IV SDN Palanyar 2 Kecamatan Cipeucang Kabupaten Pandeglang.  
Permainan bentengan identik dengan lari dan kecepata, oleh karena itu permainan ini dapat digunakan sebagai media dalam meningkatkan keterampilan gerak lari bagi siswa sekolah dasar khususnya di SDN Palanyar 2. Hal ini sejalan dengan pendapat Saputra (2001:7), bahwa”
“Aspek motorik kasar seperti jalan, lari, lempar, dan lompat dapat dikembangkan melalui kegiatan bermain. Salah satu contohnya adalah tampak pada saat kita amati siswa yang lari kejar-kejaran untuk menangkap temannya. Pada awalnya ia belum tampak mahir berlari, tetapi dengan bermin kejar-kejaran, siswa berminat untuk melakukannya, dan menjadi lebih terampil dalam berlari.”

Melalui permainan Bentengan atau Tag Game  yang didesain sedimikian rupa diharapkan peserta didik mampu berperan secara aktif dalam kegiatan pembelajaran penjas, memiliki kesempatan untuk  melakukan gerakan-gerakan lari dengan lebih banyak,   yang pada akhirnya dapat mengembangkan keterampilan gerak dasar lari guna membentuk kebiasaan hidup sehat dan aktif sebagai bekal dalam menjalani kehidupan dimasa mendatang yang lebih baik, karena bagaimanapun kebiasaan diwaktu kecil akan menentukan kebiasaan dan pola hidup kelak ketika dewasa.

B.        Perumusan Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah dapat penulis uraikan sebagai berikut :
1.         Apakah permainan Bentengan atau tag game dapat meningkatkan keterampilan gerak dasar lari bagi siswa kelas IV SDN Palanyar 2?
2.         Sejauhmana pendekatan permainan dengan permainan Bentengan (tag game) dapat meningkatkan keterampilan gerak dasar lari pada  siswa kelas IV SDN Palanyar 2?
3.         Bagaimana aktivitas siswa ketika melakukan permainan olahraga tradisional bentengan?

C.       Batasan Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada hal-hal sebagai berikut:
1.      Masalah pokok penelitian adalah peningkatan keterampilan gerak dasar lari pada siswa kelas IV SDN Palanyar 2.
2.      Keterampilan gerak dasar lari akan terlihat dari kemampuan lari siswa.
3.      Penelitian dilaksanakan selam pembelajaran berlangsung, aspek permainan dan olahraga, yaitu materi lari dengan pendekatan permainan yaitu permainan tag game atau bentengan.
4.      Siswa yang terlibat dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri Palanyar 2.

D.       Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1.         Untuk mengetahui apakah permainan tag game atau bentengan dapat meningkatkan keterampilan gerak dasar lari bagi siswa kelas IV SDN Palanyar 2.
2.         Untuk mengetahui sejauh mana pendekatan permainan tag game atau bentengan dapat meningkatkan keterampilan gerak dasar lari bagi siswa kelas IV SDN Palanyar 2.
3.         Untuk mengetahui bagaimana aktivitas peserta didik selama selama mengikuti kegiatan pembelajaran melalui permainan olahraga tradisional bentengan.

E.        Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini antara lain adalah:
a.       Bagi siswa:
·                     Dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar
·                     Dapat meningkatkan makna pembelajaran
·                     Dapat meningkatkan kemampuan gerak dasar lari
·                     Dapat meningkatkan suasana belajar yang menyenangkan.
b.      Bagi guru:
·                     Dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran.
·                     Dapat  meningkatkan motivasi untuk terus melakukan inovasi dalam pembelajaran.
·                     Dapat meningkatkan minat untuk melakukan penelitian.

c.       Bagi sekolah:
·         Dapat memberikan landasan untuk mengambil kebijakan dalam peningkatan keterampilan gerak dasar lari bagi siswa kelas IV SDN Palanyar 2.
d.      Bagi guru lain:
·            Dapat menimbulkan minat dan motivasi guru untuk melakukan penelitian untuk meningkatkan profesionalisme dan perbaikan mengajar.

F.     Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada hal-hal sebagai berikut:
1.      Masalah pokok penelitian adalah peningkatan keterampilan gerak dasar lari pada siswa kelas IV SDN Palanyar 2.
2.      Peningkatan keterampilan gerak dasar lari akan terlihat dari kemampuan siswa dalam menampilkan komponen gerak-gerakan dalam lari.
3.      Penelitian dilaksanakan selam pembelajaran berlangsung, aspek permainan dan olahraga.
4.      Siswa yang terlibat dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri  Palanyar 2.

G.    Definisi Istilah
Untuk menghindari kesalahan dalam menafsirkan istilah-istilah dalam penelitian ini, maka beberapa itilah tersebut didefinisikan secara konseptual sebagai berikut:
1.         Belajar
Belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman, bukan karena pengaruh faktor keturunan atau kematangan. (Lutan, 2002:7).
2.         Hasil Belajar
Perubahan tingkahlaku subyek yang meliputi kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor dalam situasi tertentu berkat pengalamannya yang berulang-ulang. (Hamalik, 1995:48).
3.         Keterampilan gerak dasar lari
Yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan lari sprint, yaitu  kemampuan yang ditandai proses memindahkan posisi tubuh, dari satu tempat ke tempat lainnya secara cepat, melebihi gerak dasar pada keterampilan lari santai /jogging. (Saputra, 2001:39).
4.            Permainan olahraga tradisonal bentengan atau tag game
Merupakan salah satu jenis permainan dan olahraga yang sifatnya tradisional. Disebut sebagai olahraga tradisonal karena memiliki dua persyaratan, yaitu berupa olahraga dan sekaligus tradisional. (Achmad Latif A., Suherman, dan Marta Dinata, 2006:1)

 BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR
DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A.       Kajian Pustaka

1.         Belajar Gerak
Gerak merupakan salah satu ciri mahluk hidup. Gerak adalah hidup. Gerak dilakukan oleh semua mahluk hidup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang diawali dengan gerak sederhana hingga gerak yang komplek, dan ini dilakukan selama individu tersebut hidup.
Perkembangan gerak manusia digambarkan sebagai sebuah jam heuristic (hourglass), bahwa perkembangan manusia dipengaruhi oleh dua buah wadah atau gelas. Satu gelas mempengaruhi perkembangan manusia yang disebabkan pengaruh genetik (keturunan), pengaruh ini akan berhenti ketika anak telah lahir kedunia artinya satu gelas sudah mempengaruhi dan telah terpus. Gelas kedua adalah lingkungan yang senantiasa mempengaruhi perkembangan manusia dan akan berakhir ketika anak tersebut meninggal. (Gallahue dan Ozmun, 2006:58)
Kemampuan penyempurnaan gerakan yang dilakukan manusia sebagai salah satu mahluk hidup yang memiliki kemampuan berpikir dilakukan secara bertahap melalui hasil belajar dan kematangan fungsi alat-alat tubuh, terjadi secara berurutan sesuai dengan tahap perkembangannya, seperti masa usia dini, masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa, dan masa lanjut usia. (Martini Jamaris, 2010:21). Oleh karena itu kualitas gerakan yang ditampilkan tentu sesuai dengan tahapan perkembangan gerak.
Belajar gerak memiliki prinsip dan proses yang hampir sama dengan proses belajar pada umumnya. Belajar gerak dapat diartikan sebagai suatu rangkaian proses pembelajaran gerak yang dilakukan secara terencana, sistematik, dan sistemik untuk mencapai pembelajaran seperti yang telah direncanakan. (Depdikbud, 1997:3-4). Menurut Richard Schmidt, bahwa belajar gerak adalah “satu proses internal yang berhubungan dengan praktek atau pengalaman yang mengarah ke perubahan yang relatif permanen dalam kemampuan untuk merespon", (Schmidt. Dalam http://moon.ouhsc.edu/dthompso/ mtrlrng/     schmidt. htm).
Pendapat lain mengatakan bahwa belajar gerak merupakan studi tentang proses keterlibatan dalam memperoleh atau menyempurnakan keterampilan gerak sangat terkait dengan latihan dan pengalaman serta dipengaruhi oleh berbagai bentuk latihan, pengalaman atau situasi belajar pada gerak manusia. (Amung Ma’mun dan Yuda M. Saputra dalam http://file.upi.edu/Direktori/ Perkembangan gerak.pdf).
Jadi pengertian belajar gerak atau motor learning ini beraneka ragam, dan berdasarkan pendapat para ahli diatas dapatlah dirumuskan motor learning yang diartikan dalam bahasa Indonesia yaitu belajar gerak adalah: suatu proses pembentukan sistematika kognitif tentang gerak yang kemudian diaplikasikan dalam psikomotor mulai dari tingkat keterampilan gerak yang sederhana ke keterampilan gerak yang kompleks sebagai gambaran fisiologis yang dapat membentuk psikologis untuk mencapai otomatisasi gerak.
Perkembangan gerak anak sejalan dengan tingkat kematangan dan pengalaman atau hasil yang diperoleh dari belajar gerak. Pengalaman tersebut terkait dengan kesempatan untuk mempraktikan suatu keterampilan, dorongan atau rangsangan yang diberikan termasuk dalam pembelajaran.
Menurut Ma’mun dan Saputra (2000:6), bahwa tahap belajar gerak (motor learning) dikelompokan menjadi tiga tahapan, yaitu:
(1) tahap verbal kognitif, maksudnya adalah kognitif dan proses membuat keputusan lebih menonjol; (2) tahap gerak memiliki makna sebagai pola gerak yang dikembangkan sebaik mungkin agar peserta didik atau atlit lebih terampil; dan (3) tahapan otomatisasi artinya memperhalus gerakan agar performa peserta didik atau atlit menjadi lebih padu dalam melakukan gerakannya.

Tahap kognisi merupakan tahap dimana siswa mendapatkan informasi tentang bentuk keterampilan gerak yang harus dilakukan dan dikuasai. Oleh karena itu penyampaian informasi tentang gerakan yang harus dipelajari siswa harus diinformasikan sejelas mungkin diserta dengan contoh gerakan dan media lain yang dipandang dapat membantu siswa dalam memahami gerakan yang akan dipelajarinya. Tahap fiksasi adalah tahap dimana siswa merealisasikan pola gerak yang telah terbentuk dalam memorinya menjadi gerakan. Agar siswa dapat melakukan gerakan dengan benar, maka perlu diberikan pengulangan atau latihan dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya untuk mengulan pola gerak tersebut. Disamping itu penguatan dapat diberikan dengan memberikan umpan balik yang bermakna.
Tahap selanjutnya adalah tahap otomatisasi. Tahap ini dapat dicapai jika pola gerak yang ada dimemori dapat dilakukan dengan benar melalui latihan dan pengulangan. Keberhasilan pola gerak ini akan Nampak ketika siswa melakukan gerakan secara efektif dan efisien. (Depdiknas, 1997:4).
Tahap kemampuan gerak dibagi dalam tiga kategori, yaitu locomotor, nonlocomaotor, dan manipulative. (Amung Ma’mun dan Yuda M. Saputra:2000:20). Selanjutnya beliau menjelaskan bahwa gerak locomotor merupakan kemampuan gerak memindahkan tubuh dari satu tempat ke tempat lain, seperti berjalan, berlari, meloncat, meluncur, dan lain-lain. Kemampuan gerak nonlocomotor merupakan kemampuan gerak yang dilakukan ditempat tanpa menggunakan ruang yang cukup, seperti menekuk, meregang, mendorong, memutar, dan lain-lain. Sedangkan kemampuan gerak manipulative adalah kemampuan gerak yang menggunakan anggota tubuh lainnya secara bersamaan, seperti lompat tali, memukul benda, dan lain-lain.

2.         Keterampilan Gerak Lari
Menurut Yuda M. Saputra (2001:1), bahwa lari merupakan salah satu nomor dalam cabang olahraga atletik. Pengertian atletik (athletic) sendiri merupakan cabang olahraga yang meliputi jalan, lari lompat dan lempar. Lebih jauh beliau menjelaskan bahwa lari sprint adalah  kemampuan yang ditandai proses memindahkan posisi tubuh, dari satu tempat ke tempat lainnya secara cepat, melebihi gerak dasar pada keterampilan lari santai (jogging).
Lari merupakan bentuk gerakan lanjutan dari jalan, berlari memiliki karakteristik yang berbeda, terutama ada saat kedua kaki melayang dan tidak kontak dengan tanah. David L. Gallahue dan John C. Ozmun (2006:205).
Jika melihat tahap kemampuan gerak, maka gerakan lari dikelompokan sebagai gerakan locomotor. Namun demikian untuk dapat berlari dengan cepat dan gerakan yang benar dibutuhkan berbagai macam bentuk latihan dan pengalaman gerak yang mendukung kearah tersebut.
Aspek motorik kasar seperti jalan, lari lempar, dan lompat dapat dikembangkan melalui kegiatan bermain. Jika kemampuan ini dikembangkan melalui berbagai bentuk latihan dan pengalaman aneka gerak, maka akan berdampak kepada kemampuan gerakan lainnya, yaitu gerakan nonlokomotor dan manipulasi. (Yuda M. Saputra, 2001:7).
Penguasaan gerak lari dapat memberikan sumbangan yang sangat berarti bagi anak untuk berpartisipasi dalam aneka kegiatan atau aktivitas olahraga yang lainnya. Karena gerakan-gerakan dalam atletik termasuk keterampilan lari menjadi pondasi dalam melakukan kemampuan gerak pada cabang olahraga lainnya. Hal ini seperti yang dinyatakan oleh David L. Gallahue dan John C. Ozmun (2006:205), bahwa: “The mature running pattern is fundamental to succesfull participation in a variety of sport related activities.”
  
3.         Pendekatan Bermain
Tujuan utama pengajaran pendidikan jasmani disekolah adalah memantau peserta didik agar meningkatkan ketrampilan gerak mereka, disamping agar mereka merasa senang dan mau berpartisipasi dalam berbagai aktivitas. Diharapkan apabila mereka memiliki dasar pengembangan ketrampilan gerak, pemahaman kognitif, dan sikap yang positif terhadap aktivitas jasmani kelak akan menjadi manusia dewasa yang sehat dan bugar baik jasmani maupun serta memiliki kepripadian yang mantap.
Bermain merupakan kesenangan anak. Melalui aktivitas permainan mereka merasakan kesenangan dan kegembiraan dan bermain yang dilakukan secara tertata, mempunyai manfaat yang besar bagi perkembangan siswa. (Saputra, 2001:6).
Menurut Dewey seperti yang dikutip oleh Uhamisastra (2010:vii), bahwa bermain bagi anak sama dengan bekerja bagi orang dewasa. Dalam bermain berbagai pengalaman memaknai simbol yang terdapata dalam aturan bermain sebagai penguat kognitif, fisik, dan emosi meraka.
Pendekatan bermain menurut Wahyudi adalah pembelajaran yang diberikan dalam bentuk atau situasi permainan. (www.mariberkawan. blogspot.com).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan bermain merupakan bentuk jalannya pembelajaran yang dikemas dalam permainan dengan tujuan agar siswa menyenangi permainan tersebut sebagai alternatif pencapaian tujuan pembelajaran.
Kebiasaan bermain yang dimiliki anak (siswa) harus dapat dimanfaatkan dalam mencapai tujuan pembelajaran, tak terkecuali dalam meningkatkan  keterampilan gerak lari.
Semakin senang anak bermain, maka semakin banyak melakukan gerakan dan ulangan latihan dalam berlari, dengan demikian besar kemungkinan kemampuan gerak dasar lari mereka dapat meningkat.

4.         Permainan Tag Game
Permainan tag game atau dikenal dengan bentengan adalah sebuah permainan outdoor activity yang tampak sderhana, namun sebenarnya dalam permainan ini tampak kecepatan berpikir, kecepatan bertindak yang tidak kalah dengan cabang-cabang olahraga yang baku. (Sanusi, 2008:7).
Permainan tag game di dalam permainan tradisional Indonesia permainan lebih dikenal dengan bentengan. Permainan ini dimainkan oleh dua regu masing-masing 10 (sepuluh) orang. Masing-masing pemain berusaha mengejar dan menangkap lawan yang lebih dahulu keluar meninggalkan daerah lapangannya. Pemain yang berhak menangkap adalah pemain lawan yang keluar belakangan, dan ia berhak ditangkap oleh lawan yang keluar berikutnya, dan seterusnya. Pemain yang tertangkap akan menjadi tawanan regu lawan, untuk kemudian dibebaskan oleh kawannya sendiri. (Uhamisastra, 2010:71-74).
Begitulah permainan tag game atau bentengan dilakukan hingga seluruh lawannya tertangkap sebelum batas waktu 20 menit. Permainan tag game membutuhkan kecepatan, reaksi, dan kebugaran, dan sangat cocok untuk mengembangkan dan meningkatkan keterampilan gerak dasar lari karena ciri khas permainannya adalah berlari saling kejar, baik untuk menangkap lawan, membebaskan diri dari kejaran lawan, atau dalam upaya membebaskan kawan yang menjadi tahanan lawan. 

B.        Kerangka Berpikir
Tugas guru sebagai pendidik professional harus mampu mengelola jalanna pembelajaran untuk mencapai tujuan, hal ini harus dilakukan dalam kondisi apapun sekalipun dihadapkan dengan berbagai kendala termasuk permasalahan klasik minimnya sarana dan prasarana pendidikan yang tersdia di sekolah. Karena efektifitas pengajaran sangat ditentukan oleh upaya yang dilakukan oleh guru dalam memilih dan mengkoordinasikan seluruh sumberdaya yang tersedia termasuk dalam pemilihan strategi, metode, pendekatan  pengajaran yang dipilih atas dasar pengetahuan, sikap, dan  keterampilan atau tugas gerak yang hasrus  dipelajari dan dikuasai siswa.
Kegiatan pembelajaran penjas yang dilaksanakan di sekolah harus dikolola dengan baik, melalui perencanaan, pelaksanaan,  penilaian dan evaluasi kegiatan. Hal ini dilakukan agar pembelajaran yang dilaksanakan mampu mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, baik tujuan pembelajaran pada satuan pelajaran, satuan pendidikan, maupun dalam upaya mewujudkan tujuan pendidikan secara nasional.
Pembelajaran penjas di sekolah dasar menekankan kepada bagaimana mengembangkan dan meningkatkan keterampilan gerak dasar yang dilakukan dalam berbagai macam aktivitas jasmani dan olahraga di sekolah, tak terkecuali materi atletik yaitu nomor lari.
Keterbatasan sarana pendidikan khususnya olahraga menjadi salah satu kendala bagi guru penjas dalam melaksanakan tugasnya. Sehingga ketika guru mengajarkam materi atletik (lari), ketika  mengikuti pembelajaran siswa lebih cenderung pasif, sedikit dalam melakukan kesempatan latihan, guru lebih memegang peran sentral, dan akhirnya pembelajaran berlangsung monoton, tidak menggairahkan siswa, dan kesempatan siswa untuk berlatih kurang mendapat porsi utama.
Untuk mengatasi kendala tersebut, maka diupayakan guru melakukan berbagai inovasi dalam seluruh komponen yang dipandang dapat mendukung keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran lari, antara lain gaya mengajar, strategi, metode, pendekatan dan sarana yang digunakan. Siswa sekolah dasar kelas IV merupakan masa yang penuh dengan kegembiraan dan permainan. Maka sangat wajar apabila sifat bermain mereka disalurkan melalui kegatan yang.
Jika metode yang digunakan kurang cocok, maka besar kemungkinan berdampak kepada jalannya permbelajaran kurang menarik dan cenderung monoton, siswa sangat sedikit dalam melakukan latihan. Dampak lebih jauh adalah pembelajaran kurang menarik dan tidak mampu membangkitkan minat belajar siswa.
Permainan tag game merupakan salah satu olahraga tradisional yang dikenal hampir oleh anak-anak di seluruh tanah air. Permainan ini memiliki karakteristik dan sifat-sifat permainan yang penulis anggap akan mampu membangkitkan minat dan partisipasi siswa untuk belajar.
Permainan yang menuntut kecepatan, kelincahan, konsentrasi dan penuh kegembiraan dan kesenangan yang merupakan dambaan semua anak untuk menyalurkan kesenangannya. Permainan tag game identik dengan kecepatan, reaksi, dan kebugaran, dan sangat cocok untuk mengembangkan dan meningkatkan keterampilan gerak dasar lari karena ciri khas permainannya adalah berlari saling kejar, baik untuk menangkap lawan, membebaskan diri dari kejaran lawan, atau dalam upaya membebaskan kawan yang menjadi tahanan lawan. 
Melalui pendekstsn bermain melalui permainan tag game atau bentengan yang digunakan guru, dapat memanfaatkan waktu belajar secara optimal, karena seluruh siswa dapat berpartisipasi secara langsung dan aktif dalam pembelajaran, mendapatkan waktu yang cukup untuk melakukan latihan dalam berlari, selain itu kegiatan pembelajaran mampu membangkitkan partisipasi, kreasi, minat dan keterlibatan siswa dalam pembelajaran khususnya bagi siswa Kelas IV SD Negeri Palayanr 2 Kecamatan Cipeucang Kabupaten Pandeglang dalam meningkatkan kemampuan keterampilan gerak dasar lari.

C.       Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teoritis maupun empiris sebagai mana yang disajikan di atas, maka hipotesis tindakan dapat dirumuskan sebagai berikut:                     “Permainan tag game atau bentengan dapat meningkatkan keterampilan gerak dasar lari pada siswa kelas IV SDN Palanyar 2 Kecamatan Cipaeucang Kabupaten Pandeglang”.


 BAB III
METODE PENELITIAN

A.    Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang lakukan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR), karena  permasalahan yang timbul berasal dari praktik pembelajaran di kelas, yaitu adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang terjadi dalam pembelajaran penjas khusunya di SDN Palanyar 2 Kecamatan Cipeucang Kabupaten Pandegalang, yakni rendahnya partisipasi siswa dalam pembelajaran, yang menyebabkan kepada kemampuan penguasaan keterampilan dasar lari masih dibawah standar yang ditetapkan dalam Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Kondisi ini disebabkan karena mendesain pembelajaran yang disajikan guru kurang sesaui dengan minat dan kondisi siswa, sehingga jalannya pembelajaran tidak mampu membangkitkan minat siswa untuk belajar. Oleh karena itu dalam penelitian ini penenliti akan mencoba meningkatkan kemampuan penguasaan gerak dasar lari bagi siswa kelas IV SDN Palanyar 2 melalui permainan olahraga tradisional yaitu ”tag game atau bentengan”.
Sebelum mengawali kegiatan terlebih dahulu dilakukan identifikasi gagasan umum sesuai dengan judul penelitian. Selanjutnya gagasan tersebut dilaksanakan melalui empat tahapan secara berdaur ulang, yaitu Perencanaan, Pelaksanaan Tindakan, Observasi dan Refleksi. (Arikunto : 2007).
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi barometer terhadap hasil pemecahan masalah dan pengambilan keputusan melalui pertimbangan yang mengarah kepada pertimbangan secara terstruktur.
Seluruh hal yang terkait dalam penelitian tindakan merupakan perencanaan program yang dirancang berdasarkan rencana yang disusun, dibahas antara peneliti dan kolaborator. Penelitian ini bersifat partisipatif dan kolaboratoris. Artinya penelitian ini diteliti oleh peneliti itu sendiri dan diamati bersama rekan-rekan peneliti (kolabolator). Selanjutnya, hal-hal yang terkait dalam program aksi akan dibahas setelah kondisi awal penelitian.
Kondisi awal siswa dapat diketahui dengan melakukan pengamatan atau observasi terhadap siswa dalam kegiatan pembelajaran, antara lain membandingkan hasil belajar siswa yang diperoleh pada tahun sebelumnya. Kondisi awal yang dimaksud adalah rendahnya penguasaan keterampilan dasar lari siswa kelas IV, hal ini disebabkan karena materi pelajaran yang disajikan guru kurang diminati siswa sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai sesuai dengan harapan.
Kolaborator dalam penelitian tindakan berfungsi sebagai pengamat, pengawas, pemberi saran dan sebagai penentu dalam penelitian sistematik yang dilakukan sehingga terapainya tujuan sesuai yang diharapkan. Dengan demikian, tahapan akhir yang menjadi terminologi proses rancangan program aksi tergantung pada tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti dan kolaborator sebagai pelaku praktis dalam penelitian ini.
Ciri-ciri penelitian tindakan kelas adalah : (1) Refleksi diri, maksudnya dalam penelitian tindakan dipandang sebagai suatu cara untuk memberi ciri bagi seperangkat barbagai macam kegiatan yang direncanakan untuk meningkatkan mutu pendidikan, dan merupakan suatu cara yang dituangkan kedalam suatu program refleksi diri, (2) Penelitian tindakan mencoba untuk mengidentifikasi kriteria dari kegiatan-kegiatan untuk melakukan perbaikan dalam program refleksi diri, (3) Penelitian tindakan kelas bersifat partisipatif dan kolaboratoris karena melibatkan orang lain sebagai bagian dari suatu penelitian.
Penelitian ini menggunakan siklus, setiap siklus terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut :
1.      Perencanaan Tindakan
Perencanaan tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.       Menelaah Standa Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kurikulum.
b.      Peneliti dan kolaborator melihat kondisi awal dari keterlibatan siswa siswa dalam pembelajaran, serta hasil belajar siswa sebelumnya.
c.       Peneliti dan kolaborator mendiskusikan tentang hasil belajar siswa yang dumngkinkan dapat ditingkatkan melalui keterlibatan  siswa dalam pembelajaran.
d.      Peneliti dan kolaborator menyiapkan materi-materi yang akan diberikan kepada siswa.
  1. Menetapkan jumlah siklus, yaitu 2 siklus.
  2. Menetapkan kelas yang akan digunakan sebagai kelas penelitian, yaitu siswa kelas IV  Sekolah Dasar Negeri Palanyar 2 Kabupaten Pandeglang.
  3. Menetapkan metode pembelajaran, yaitu: metode bermain melalui permainan tag game atau bentengan.
Pelaksanaan proses pembelajaran pada siklus ini yaitu dengan menerapkan metode bermain melalui permainan tag game atau bentengan.
Perencanaan tindakan siklus kedua, perencanaan pelaksanaan pembelajaran pada siklus kedua merupakan penyempurnaan pada siklus pertama. Siklus kedua dilaksanakan apabila peneliti belum memperoleh hasil yang diinginkan pada siklus pertama.
2.      Tahap Pelaksanaan Tindakan
-        Pelaksanaan proses pembelajaran mengikutsertakan observer dan guru pendamping, yang melakukan observasi sampai selesai pembelajaran.
-        Pelaksanaan observasi akan dilakukan oleh semua tim peneliti untuk mengumpulkan data. Pelaksanaan siklus pertama dilakukan sebanyak dua kali tatap muka.
-        Pelaksanaan refleksi dan evaluasi dilakukan oleh semua anggota tim peneliti, setelah memperoleh kesimpulan pada siklus pertama serta menentukan apa yang perlu diperbaiki. Setelah itu menentukan langkah yang kemudian akan dilakukan pada siklus kedua.



3.      Pengamatan
Observasi akan dilakukan bersamaan dengan proses pembelajaran, observasi dilakukan oleh “observer”, dalam hal ini adalah pelaku tindakan itu sendiri dan anggota tim penelitian yang lain. Observasi dilakukan dalam upaya pengumpulan data. Adapun data-data akan dikumpulkan adalah data kualitatif dan kuantitaif.
Data kualitatif diperoleh melalui pelaksanaan observasi, sedangkan data kuantitatif diperoleh melalui tes unjuk kerja lari pendek.
Langkah-langkah pengamatan dan observasi yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :
1.      Peneliti dan kolaborator mengamati proses pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode bermain permainan tag game atau bentengan.
2.      Peneliti dan kolaborator melakukan pengamatan dan penilaian terhadap hasil belajar dan partisipasi siswa.

4.      Refleksi
Pada tahap ini peneliti dan kolaborator mendiskusikan pelaksanaan pembelajaran kemampuan dasar berenang dengan menggunakan metode bermain serta hasil tindakan yang diberikan.
Untuk lebih jelasnya mengenai siklus penelitian tindakan kelas, dibawah ini disajikan gambaran tentang siklus dalam penelitian, yaitu sebagai berikut :



Perencanaan

Refleksi

Pelaksanaan

Pengamatan

SIKLUS I
 






Perencanaan
                                                                                    

Pelaksanaan

Refleksi

SIKLUS II
 



Pengamatan
                                                                                  
        


?
 


Gambar 1:  Model Penelitian Tindakan Kelas
Sumber : Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi. Penelitian Tindakan Kelas.
(Jakarta : PT. Bumi Aksara. 2008). hal. 16.

B.     Lokasi dan Waktu Penelitian
·         Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SDN Palanyar 2 Kabupaten Pandeglang.
·         Waktu penelitian dilakukan pada saat jam pelajaran Penjas dan dilaksanakan  pada :
Hari           : Senin dan Rabu (14 – 23 Mei 2012)
Pukul         : 08.00 s/d 09.15
C.    Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Palanyar 2 Kabupaten Pandeglang yang mengikuti mata pelajaran Penjas sebanyak 21 orang, terdiri dari 12 orang perempuan dan 9 orang laki-laki.

D.    Variabel dan Definisi Operasional Variabel
1.      Variabel penelitian
Terdapat tiga variable poko dalam penelitian tindakan ini, yaitu;
1)      Variable input: Siswa kelas IV SDN Palanyar 2
2)      Variabel proses: permainan olahraga tradisional tag game atau bentengan
3)      Variabel output: keterampilan gerak dasar lari
2.      Definisi operasional penelitian
Variable penelitian diatas dapat peneliti uraikan agar dapt diukur secara jelas,.
1)         Keterampilan gerak dasar lari  adalah kemampuan siswa dalam berlari dengan secepat-cepatnya menggunakan unsur-unsur gerak lari (sikap kaki, lengan dan badan).
2)         Olahraga tradisional tag game atau bentengan adalah Merupakan salah satu jenis permainan dan olahraga yang sifatnya tradisional. Disebut sebagai olahraga tradisonal karena memiliki dua persyaratan, yaitu berupa olahraga dan sekaligus tradional. (Achmad Latif A., Suherman, dan Marta Dinata, 2006:1)
E.     Prosedur penelitian
Data yang diperoleh dalam penelitian ini melalui tes unjuk kerjas siswa melalui tes lari pendek 40 meter dan observasi dari pengamatan selama pembelajaran yang dituliskan dalam suatu format untuk mengecek keabsahan data penelitian, dilakukan peneliti bersama kolaborator.
Teknik pengumpulan data yang diterapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.      Melakukan tes lari pendek 40 meter untuk mengetahui kemampuan penguasaan keterampilan gerak dasar lari, dan observasi atau pengamatan yang merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan belajar mengajar, dengan menggunakan pedoman observasi.
2.      Studi dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik.
3.      Dengan menyiapkan lembar evaluasi, hal ini dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan hasil belajar siswa.

F.     Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengetahui penguasaan keterampilan gerak dasar lari pendek yang digunakan adalah rubrik penilaian keterampilan gerak dasar lari sesuai dengan yang tercantum dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Tabel 1: Instrumen yang Digunakan untuk Mengumpulka Data
No
            Nama   Siswa
Gerakan Start
Gerakan Lari
Gerakan Finish
3
2
3
2
1
1
3
2
1
1










2










3










4










5












Kriteria:
·         Gerakan start:
1.      Aba-aba bersedia: jongkok dengan salah satu kaki di depan kira-kira dua telapak kaki dibelakang garis start; lutut kaki belakang sejajar dengan ujung jari kaki depan; kedua telapak tangan rapat membentuk V di belakang garis start, pandangan rileks kira-kira satu meter didepan garis start.
2.      Aba-aba siap: kedua lengan menopang berat badan; bahu sdikit ke depan dari kedua tangan; pantat diangkat lebih tinggu dari bahu hingga lutut kaki depan membentuk sudut ± 90°; pandangan ke bawah.
3.      Aba-aba ya: secara serentak kaki depan mendorong ke depan, gerakan ini diikuti secara serentak mengangkat kedua tangan diikuti ayunan kaki belakang; luruskan pinggang dan lutut pada saat gerak dorongan berakhir.

Perolehan skor:
-        Skor 3 apabila siswa melakukan ketiga teknik start di atas.
-        Skor 2 apabila siswa melakukan dua dari tiga teknik start di atas.
-        Skor 1 apabila siswa melakukan salah satu dari ketiga teknik start di atas.
·            Gerakan lari
1.      Lakukan gerakan doronagn kaki ke depan secara cepat dan panjang;
2.      Pertahankan posisi kemiringan badan untuk mengurangi hambatan
3.      Gerakan kaki dan lengan cepat dan terkoordinasi dengan baik, lengan (kepalan lengan) mengarah ke dagu; pandangan ke depan.
Perolehan skor:
-        Skor 3 apabila siswa melakukan ketiga teknik lari di atas.
-        Skor 2 apabila siswa melakukan dua dari tiga teknik lari di atas.
-        Skor 1 apabila siswa melakukan salah satu dari ketiga teknik lari.
·         Gerakan finish:
1.      Lari terus tanpa mengurangi kecepatan.
2.      Mencondongkan dada/toros ke depan.
3.      Tidak berhenti secara mendadak
Perolehan skor:
-        Skor 3 apabila siswa melakukan ketiga teknik finish di atas.
-        Skor 2 apabila siswa melakukan dua dari tiga teknik finish di atas.
-        Skor 1 apabila siswa melakukan salah satu dari ketiga teknik finish di atas.

Tabel 2: Instrumen yang Digunakan untuk Mengetahui Partisipasi Siswa dalam Pembelajaran

No
Nama
Keaktifan
3
2
1
1




2




3




4




5






Kriteria:
·            Keaktifan
-        Skor 3 apabila siswa selama pembelajaran menunjukkan 85-100% waktunya digunakan secara aktif selama pembelajaran.
-        Skor 2 apabila siswa selama pembelajaran menunjukkan 51 - 84% waktunya digunakan secara aktif selama pembelajaran.
-        Skor 1 apabila siswa selama pembelajaran menunjukkan < 50% waktunya digunakan secara aktif selama pembelajaran.

G.    Analisis Data
Teknik yang digunakan dalam menganalisis data yang terkumpul dilakukan dengan mencari sumber data dalam penelitian yaitu siswa dan tim peneliti, dengan jenis data kuantitatif diperoleh langsung dari tes keterampilan unjuk kerja lari pendek, sedangkan data hasil tes observasi atau pengamatan berupa data ceklis digunakan untuk mengetahui tingkat partisipasi siswa dalam pembelajaran sebelum dan sesudah dilakukan tindakan berupa proses pengajaran dengan permainan tag game atau gobag sodor. Selanjutnya data diolah dengan menggunakan teknik analisis data deskriptif komparatif, untuk membandingkan perubahan hasil pembelajaran antar siklus.
Analisis data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1.         Menelaah seluruh data yang diperoleh melalui analisis, sintesis, pemberian makna atas data-data tersebut, kemudian menyimpulkan.
2.         Menghitung target pencapaian hasil belajar kemudian diabadingkan dengan KKM yang telah ditetapkan, yaitu sebesar 75.
3.         Mnghitung rata-rata tingkat partisipasi atau keaktifan siswa dalam pembelajaran.
4.         Menyimpulkan dan memverifikasi.  
Indikator keberhasilan penelitian ini ditentukan oleh :
1.      Rata rata penguasaan ketarmpilan gerak lari siswa ≥ KKM yaitu sebesar 75.
2.      Tingkat partisipasi (keaktifan) belajar siswa meningkat  dalam pembelajaran dengan penerapan metode bermain permainan tag game atau bentengan dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain bahwa pembelajaran dinyatakan berhasil jika siswa 95 % terlibat aktif dalam pembelajaran.
3.      Siswa menunjukkan sikap yang bertanggung jawab sesuai dengan tugasnya selama pembelajaran.
4.      Siswa menjadi termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran.
5.      Terjadi interaksi yang kondusif antara siswa dengan siswa, maupun guru dengan siswa.
6.      Guru mampu merencanakan dan menyajikan proses pembelajaran dengan penerapan metode bermain.
7.      Suasana belajar mengajar menjadi lebih menyenangkan, kondusif, dan tidak menimbulkan rasa jenuh bagi siswa.
Penelitian ini dikatakan berhasil apabila :
1.      Rata-rata perolehan penguasaan keterampilan gerak dasar lari ≥ KKM yaitu sebesar 75.
2.      Seseluruh siswa terlibat aktif (95%.) terlibatsecara aktif dalam proses pembelajaran melalui permainan tag game atau bentengan.
3.      Siswa menunjukkan sikap yang bertanggung jawab sesuai dengan tugasnya selama pembelajaran.
4.      Siswa dapat bersosialisasi secara baik dengan siswa lain dan guru.
5.      Siswa menjadi termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran.
6.      Suasana belajar mengajar lebih kondusif dan menyenangkan siswa.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN


A.        Hasil Penelitian Siklus I

Data hasil penelitian Siklus I diperoleh melalui tes keterampilan gerak dasar lari, yang dilakukan pada akhir siklus. Data yang terkumpul diharapkan mampu menjawab permasalahan yang terdapat pada bab I. Dan untuk mendapatkan hasil data yang betul-betul mampu menjawab permasalahan yang diajukan dalam penenlitian ini, maka peneliti berkolaborasi dengan teman sejawat.
Penelitian yang dilakukan diawali dengan penyusunan rencana tindakan (penyusunan silabus dan RPP), pelaksanaan tindakan (implementasi rencana yang telah disusun), observasi, dan refleksi. Siklus I dilakukan selama dua kali pertemuan. Pada tahap tindakan, kegiatan pembelajaran dilakuakn sesuai RPP dengan menggunakan pendekatan bermain melalui permainan Tag Game atau bentengan. Kegiatan pembelajaran dilakukan melalui permainan tag game antar kelompok yaitu kelompok A yang terdiri dari 10 orang, dan kelompok B terdiri dari 11 orang. Selanjutnya kedua kelompok saling berlomba untuk menangkap lawannya sebanyak-banyaknya dalam waktu kurang dari 20 menit.
Selama kegiatn pembelajaran materi lari melalui pendekatan bermain permainan bentengan atau tag game menunjukkan tingkat keaktifan siswa yang cukup tinggi. Pada saat menyerang maupun pada saat diserang mereka menunjukkan kesungguhannya dalam berlari. Kondisi ini terjadi bukan hanya pada siswa pria, akan tetapi siswa perempuan menujukkan keadaan yang sama.
Berdasarkan data hasil tes keterampilan gerak lari dan hasil observasi kegiatan pembelajaran pada siklus I, menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran mampu membangkitkan dan memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Hal ini berarti bahwa kesempatan siswa dalam melakkan gerakan lari semakin sering karena masing-masing siswa memiliki jumlah anggota lebih sedikit, maka kesempatan menyerang dan memperahankan diri dari kejaran atau serangan lawannya.

Tabel 2: Hasil Belajar Gerak Dasar Lari
Pada Siklus I

No
Siklus
Nilai Rata2
Tuntas (%)
Tdk Tuntas (%)
1
Pra Siklus
72,00
62,45
37,55
2
Siklus I
74,54
90,48
9,52

Peningkatan
2,54
28,03


Berdasarkan tabel 2 diatas, data hasil tes unjuk kerja keterampilan gerak dasar lari, diperoleh nilai rata-rata sebesar 74,54 pada siklus I, atau meningkat jika dibandingkan dengam nilai rata-rata pra siklus yaitu 72,00 dengan tingkat ketuntasan sebesar 37,55 pada pra siklus, meningkat menjadi 90,48% pasa siklus I. Dengan demikian dapat diartikan bahwa peserta didik mampu memperagakan atau melakukan gerak dasar lari dan rata-rata telah sesuai dengan kriteria, yaitu:
·         Gerakan start:
1.      Aba-aba bersedia: jongkok dengan salah satu kaki di depan kira-kira dua telapak kaki dibelakang garis start; lutut kaki belakang sejajar dengan ujung jari kaki depan; kedua telapak tangan rapat membentuk V di belakang garis start, pandangan rileks kira-kira satu meter di depan garis start.
2.      Aba-aba siap: kedua lengan menopang berat badan; bahu sedikit ke depan dari kedua tangan; pantat diangkat lebih tinggu dari bahu hingga lutut kaki depan membentuk sudut ± 90°; pandangan ke bawah.
3.      Aba-aba ya: secara serentak kaki depan mendorong ke depan, gerakan ini diikuti secara serentak mengangkat kedua tangan diikuti ayunan kaki belakang; luruskan pinggang dan lutut pada saat gerak dorongan berakhir.
Perolehan skor:
-        Skor 3 apabila siswa melakukan ketiga teknik start diatas.
-        Skor 2 apabila siswa melakukan dua dari tiga teknik start diatas.
-        Skor 1 apabila siswa melakukan salah satu dari ketiga teknik start diatas.
·         Gerakan lari
1.      Lakukan gerakan dorongan kaki ke depan secara cepat dan panjang;
2.      Pertahankan posisi kemiringan badan untuk memperkecil hambatan udara
3.      Gerakan kaki dan lengan cepat dan terkoordinasi dengan baik, lengan (kepalan lengan) mengarah ke dagu; pandangan ke depan.
Perolehan skor:
-        Skor 3 apabila siswa melakukan ketiga teknik lari diatas.
-        Skor 2 apabila siswa melakukan dua dari tiga teknik lari diatas.
-        Skor 1 apabila siswa melakukan salah satu dari ketiga teknik lari diatas.
·         Gerakan finish:
1.      Lari terus tanpa mengurangi kecepatan.
2.      Mencondongkan dada/toros ke depan.
3.      Tidak berhenti secara mendadak
Perolehan skor:
-        Skor 3 apabila siswa melakukan ketiga teknik finish diatas.
-        Skor 2 apabila siswa melakukan dua dari tiga teknik finish diatas.
Untuk lebih jelasnya perbandingan data hasil tes keterampilan gerak dasar siswa tersebut diatas dapat dilihat dalam grafik seperti di bawah ini.
Gambar 2: Grafik Tes Hasil Belajar Gerak Dasar Lari
Pada Siklus I
Metode pembelajaran dengan pendekatan bermain melalui permainan bentengan atau tag game dapat meningkatkan hasil belajar siswa materi gerak dasar lari pendek. Hal ini dimungkinkan karena materi yang disampaikan dikemas melalui bentuk permainan yang sederhana dan dapat dimaikan oleh seluruh siswa tetapi sangat membantu dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Walaupun demikian peneliti belum merasa cukup puas dengan hasil yang diperoleh, oleh karena itu penelitian dilanjutkan kepada Siklus II.

B.         Hasil Penelitian Siklus II

Siklus II merupakan hasil penyempurnaan tindakan pada siklus I. Perbaikan dilakukan terhadap rencana tindakan terutama dalam penyusunan RPP. Rencana tindakan yang dilakukan dengan dua pertemuan, yang masing-masing di dalam pelaksanaan inti pembelajaran dengan meningkatkan waktu berlatih siswa. Hal ini dilakukan dengan menambah jumlah lapangan permainan, dan jumlah kelompok menjadi empat kelompok yang masing-masing berjumlah lima orang dan satu kelompok berjumlah enam orang. Penambahan kelompok ini agar permainan lebih hidup, kesempatan melakukan serangan terhadap masing-masing lawan semakin terbuka, maka dengan demikian kesempatan siswa untuk berlatih gerak dasar lari pendek semakin banyak pula.
Dari hasil pengumpulan data yang dilakukan dengan tes keterampilan unjuk kerja, diperoleh data sebagai berikut:



Tabel 3: Hasil Belajar Gerak Dasar Lari
Pada Siklus II

No
Siklus
Nilai Rata2
Tuntas (%)
Tdk Tuntas (%)
1
Siklus I
74,54
90,48
9,52
2
Siklus II
81,02
100,00
0,00

Peningkatan
6,48
9,52


Berdasarkan tabel 3 di atas, menunjukkan bahwa perbaikan proses pembelajaran pada siklus II menunjukkan hasil yang cukup membanggakan, hal ini dibuktikan dengan peningkatan hasil belajar siswa, yaitu dengan nilai rata-rata siswa sebesar 81,02 pada siklus II, atau meningkat sebesar 6,48, dengan tingkat ketuntasan meningkat menjadi 100% pada siklus II, atau mengalami peningkatan sebesar 9,52 pada siklus I.
Gambar 3: Grafik Tes Hasil Belajar Gerak Dasar Lari
Pada Siklus II
Berdasarkan analisis data hasil belajar siswa dalam penguasaan keterampilan gerak dasar lari yang dilakukan dengan analisis data dengan membandingkan rata-rata pada kedua sikles seperti yang dijelaskan diatas, maka peneliti memandang bahwa siswa seluruhnya telah mampu melakukan keterampilan gerak dasar lari dengan baik seuai dengan indikator yang telah ditentukan peneliti, oleh karena itu peneliti telah merasa cukup puas dan tidak perlu melanjutkan pada siklus berikutnya. 


BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A.    Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada Bab IV, diperoleh beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai simpulan, diantaranya adalah :
Pertama, hasil akhir belajar keterampilan gerak dasar lari melalui pendekatan bermain dengan permainan tag game atau bentengan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Kedua, penerapan permainan tag game mampu meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran, sehingga semua siswa dapat melakukan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik, yang pada akhirnya siswa memiliki kesempatan terbuka untuk senantiasa bergerak (berlari), baik ketiak mengejar awan, maupun ketika menghindari dari tangkapan lawan.
Ketiga, pemberian kesempatan untuk berkompetisi diakhir pelajaran dapat meningkatkan motivasi siswa untuk lebih giat dalam belajar, karena mereka tertantang untuk tampil menjadi  yang terbaik diantara teman-temannya.

B.     Saran
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti dapat menyampaikan saran-saran sebagai berikut :
Pertama, bagi guru diharapkan dapat menggunakan pendekatan bermain melalui permainan tag game  atau bentengan untuk meningkatkan keterampilan gerak dasar lari pada siswa sekolah dasar.
Kedua, bagi pihak sekolah diharapkan memfasilitasi guru agar menerapkan berbagai pendekatan pembelajaran dalam mata pelajaran Penjasorkes.
Ketiga, bagi Dinas Pendidikan Kabupaten Pandeglang dapat mengalokasikan dana untuk memberikan pelatihan atau sosialisasi kepada guru-guru mengenai inovasi dalam pembelajaran Penjas.
Keempat, bagi siswa agar dapat menenerapkan permainan tag game atau bentengan dalam meningkatkan kemampuan atau hasil belajar lari.
Kelima, bagi peneliti selanjutnya dapat mengadakan penelitian lebih lanjut terhadap efektifitas penerapan pendekatan bermain tag game  dalam meningkatkan hasil belajar atletik khususnya keterampilan gerak lari.



DAFTAR PUSTAKA


Achmad latif, Suherman, dan Marta Dinata. 2006. Kumpulan Permainan Rakyat-Olahraga TradisionalJakarta: Kementerian Pemuda dan Olahraga RI

Agus Mahendra. 2010. Asas dan Falsafah Pendidikan JasmaniBandung: FPOK UPI

Depdiknas.2004. Kurikulum 2004 Pendidikan Jasmani. Jakarta : Depdiknas

____________________ 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan SD Jakarta : BNSP
____________________ 1997. Pokok-Pokok Pengembangan Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdikbud

Iif Khoiru Ahmadi; dkk. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSPSurabaya: PT. Prestasi Pustakarya

Martini Jamaris. 2010. Orientasi Baru dalam Psikologi PendidikaniJakarta:Yayasan Penamas Murni

Moh. Surya. 1992. Psikologi Pendidikan. Bandung: FIP IKIP Bandung

Nurhasan, 2001. Tes dan Pengukuran dalam Pendidikan Jasmani : Prinsip-prinsip dan Penerapannya. Jakarta : Depdiknas

Samsudin. 2008. Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan SD/MiJakarta : Litera Prenada Media Grup.

Samsudin. 2011. Kurikulum Pendidikan Jasmani, Olahraga dan KesehatanJakarta : PPS UNJ

Sudirman, dkk. 1991. Ilmu Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya

Suharsimi Arikunto, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara

Suharjono, Et.al. 1999. Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah di Bidang Pendidikan dan Angka Kredit Pengembangan Profesi Guru. Jakarta : Depdiknas

Suharsimi Arikunto, Suharjono, dan Supardi.2007. Penelitian Tindakan KelasJakarta: PT. Bumi Aksara

Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian pendidikan. Jogyakarta : Bumi Aksara

Syarifudin. 1998. Pokok-Pokok Pengembangan Program Pembelajaran Pendidikan JasmaniJakarta : Depdikbud

Ratna yudhawati dan Dany Haryanto. 2011. Teori-Teori Dasar Psikologi PandidikanJakarta: PT. Prestasi Pustakarya

Rusli Lutan. 2002. Mengajar Pendidikan JasmaniJakarta : Depdikbud

Uhamisastra. 2010. Olahraga TradisionalBandung: FPOK UPI

Universitas Pendidikan Indonesia. 2002. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Laporan Buku, Makalah, Skripsi, Tesis, Disertasi)Bandung:UPI

Yudy Hendrayana. 2010. Perencanaan Pengajaran Pendidikan JasmaniBandung: FPOK UPI





























  




















Related Posts

No comments:

Post a Comment