Mari Berbagi...dan Memberi....

2020-07-02

Pendidikan Jasmani dan Olahraga Antara Konsep dan Implementasi

| 2020-07-02
Pendidikan Jasmani dan Olahraga


Kurangnya pemahaman tentang mata pelajaran Pendidikan Jasmani bisa jadi merupakan sebagai salah satu penyebabkan kurang berhasilnya proses pembelajaran khususnya pendidikan jasmani di sekolah, karena Pendidikan Jasmani tidak sama dengan olahraga yang mungkin selama ini banyak orang tafsirkan bahwa “ pendidikan jasmani adalah olahraga “.

Dalam Permendiknas Nomor 19 Tahun 2005 Tentang SNP, Pasal 6 ayat 1, secara jelas dinyatakan bahwa Kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan, dan khusus pada jenjang pendidikan dasar dan menengah salah satunya adalah kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan.

Sedangkan dalam Undang Undang Nomor 3 Tahun 2005 Tentang SKN (Sistem Keolahragaan Nasional), Bab VI Pasal 17, bahwa ruang lingkup olahraga, yaitu; a) olahraga pendidikan; b) olahraga rekreasi; dan c) olahraga prestasi. Olahraga pendidikan adalah pendidikan jasmani dan olahraga yang dilaksanakan sebagai bagian dari proses pendidikan yang teratur dan berkelanjutan untuk memperoleh pengetahuan, kepribadian, keterampilan, kesehatan, dan kebugaran jasmani. (UU SKN, Pasal 1: 11)

Berdasarkan perundang-undangan sangat jelas bahwa secara yuridis formal tidak ada pendidikan tanpa pendidikan jasmani khususnya pada jenjang pendidikan dasar dan menengah karena Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan yang tidak dapat dipisahkan dalam kerangka sistem pendidikan nasional.

Aktivitas pembelajaran pendidikan jasmani yang diselenggarakan di sekolah dilakukan melalalui berbagai aktivitas jasmani atau gerak termasuk dalam berbagai jenis olahraga sebagai mana olahraga pendidikan dalam SKN. Pendidikan jasmani dan olahraga seperti dua sisi mata uang, saling terkait, tetapi masing-masing memiliki konsep, garapan serta tujuan yang berbeda.

Perlu dicermati bahwa konsep Pendidikan Jasmani di masyarakat terkadang masih diartikan secara sempit. Pendidikan jasmani sering diartikan dengan pengembangan organ-organ tubuh (body building), kesegaran jasmani (physical fitness), aktivitas fisik (physical activity), pengembangan keterampilan (skill development), Samsudin (2008:1). Bahkan lebih jauh lagi pendidikan jasmani ditafsirkan sebagai kegiatan olahraga yang bersifat kompetitif (sport competitive) yang menjadikan prestasi sebagai tujuannya, dan hal inilah yang menjadikan pendidikan jasmani di sekolah berbeda dengan konsep olahraga yang selama ini dipahami oleh sebagian pihak.

1.    Pendidikan Jasmani

Pendidikan Jasmani adalah pendidikan yang mengaktualisasikan sikap, tindak dan karya yang diberi isi, bentuk dan arah sesuai dengan cita-cita kemanusian (Indonesia). (Biro Pendidikan Jasmani Dep. P dan K, 1957)

Dalam SK Mendikbud Nomor: 413/U/1987 dijelaskan bahwa pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan yang bertujuan mengembangkan individu secara organic, neuromuskuler, intelektual, dan emosional melalui berbagai aktivitas jasmani. Sementara itu menurut Toho Cholik seperti yang dikutip oleh Syamsudin, 2004, bahwa Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan orang sebagai perorangan, atau anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematis melalui berbagai aktivitas jasmani untuk memperoleh pertumbuhan jasmani, kesehatan dan kesegaran jasmani, kemampuan dan perkembangan waktu, serta kepribadian yang harmonis dalam rangka pembentukan manusia berkualitas berdasarkan Pancasila.

Menurut Abdul Kadir Ateng, 1993, bahwa Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan yang dilaksanakan melalui berbagai kegiatan jasmani, bertujuan mengembangkan individu secara organik, neoromusculer, intelektual, dan emosional. Sedangkan menurut UNESCO dalam International Charter of Physical Education and Sport  (ICPES) Tahun 1978,  bahwa: Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai individu atau anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematis melalalui berbagai kegiatan jasmani dalam rangka meningkatkan kemampuan dan keterampilan jasmani, pertumbuhan, kecerdasan dan pembentukan watak.

Dalam SKN, Bab I Pasal I Ayat 11, bahwa Olahraga Pendidikan adalah Pendidikan jasmani dan olahraga yang dilaksanakan sebagai bagian proses pendidikan yang teratur dan berkelanjutan untuk memperoleh pengetahuan, kepribadian, keterampilan, kesehatan, dan kebugaran jasmani.

Dari beberapa pendapat diatas sangat jelas bahwa pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan yang dilakukan melalui pemberian pengalaman melalui aktivitas jasmani (gerak) dan olahraga dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan. Peran gerak (movement) dalam Pendidikan Jasmani setelah mendapat sentuhan didaktik-metodik berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan atau  pembelajaran, baik pada tingkat satuan pendidikan maupun nasional.

2.    Olahraga

Olahraga atau Sport berasal dari bahasa Latin ”disportare” atau “deportare” dalam bahasa Itali ”deporte” yang artinya penyenangan, pemeliharaan atau menghibur untuk bergembira. Dapat  dikatakan bahwa sport ialah kegiatan manusia untuk memenuhi kebutuhan gerak melalui aktivitas yang jasmani yang menyenangkan atau menggebirakan diri sambil memelihara jasmaniah.

Sedangkan olahraga berasal dari kata olah dan rogo (Jawa), yaitu olah yang berarti berlatih; sedangkan rogo berarti jasad atau jasmani. Jadi, Olahraga adalah upaya merubah atau menyempurnakan raga/manusia.  Dengan demikian olahraga dapat diartikan sebagai upaya untuk mengolah atau menyemprnakan jasmani menjadi lebih baik/lebih sempurna. (Harsuki, 2004).

Menurut UNESCO (ICSPE-1964), bahwa sport atau olahraga adalah setiap kegiatan fisik yang mempunyai ciri permainan dan berisikan berupa perjuangan (struggle) melawan diri sendiri, orang lain, atau unsur-unsur alam. Sementara pakar Sport Sociology, Jay J. Coakley memberikan definisi bahwa sport  adalah aktivitas kompetisi yang diinstitusionalisasikan dengan melibatkan penggunaan tenaga yang kuat atau keterampilan fisik yang relative kompleks oleh individu yang keikutsertaannya dimotivasi oleh suatu kombinasi dari kesenangan pribadi dan reward yang bersifat eksternal. Hal tersebut senada dengan pendapat Harsono (1998), bahwa olah raga merupakan aktivitas fisik yang melibatkan otot besar.

Tidak berbeda dengan hasil Seminar dan Lokakarya Nasional Ilmu Keolahragaan yang diselenggarakan di Surabaya tahun 1998, bahwa pengertian olahraga tidak terbatas kepada olah raga kompetitif-elit untuk mencapai prestasi, tetapi juga jenis aktivitas jasmani seperti latihan kalistenik dan kebugaran jasmani. Dan istilah olah raga di sini meliputi aneka kegiatan keolahragaan dengan pelaku dan tujuan yang beragam, yaitu (1) Olah raga Pendidikan; (2) olah raga kesehatan; (3) olahraga adaptif; (4) olah raga rekreatif; (5) olah raga rehabilitative; dan (6) olah raga kompetitif.

Definisi olahraga menurut Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005, tentang Sistem Keolahragaan Nasional (SKN), Pasal 1 ayat 4 adalah segala kegiatan yang sistematis untuk mendorong, membina, serta mengembangkan potensi jasmani, rohani, dan sosial.

Jadi olahraga merupakan aktivitas manusia yang dilakukan untuk bersenang-senang, baik melalui aktivitas berupa permainan  maupun perlombaan melawan diri sendiri, orang lain maupun tantangan alam. Selain itu, olah raga juga dapat dilakukan sesuai dengan tujuan pelakunya. Dan dalam perjalanannya olahraga lebih cenderung bersifat perlombaan atau pertandingan (competitive), bisnis, prestise, bahkan sensasi politis tidak lagi sebagai disportare sebagai mana definisi atau pengertian awal olahraga. Oleh karenanya tak heran jika masyarakat lebih mengenal olahraga diartikan sebagai sebuah pertandingan atau perlombaan, dalam berbagai cabang olahraga seperti apa yang terjadi saat ini.

3.    Perbedaan Pendidikan Jasmani dan Olahraga

Sebagai gambaran singkat, berikut ini merupakan perbedaan antara Pendidikan jasmani dan olahraga.

Tabel 3: Perbedaan Pendidikan Jasmani dan Olahraga

Pendidikan Jasmani

(Physical Education)

Olahraga

(Sport)

·         Kurikulum

·         Pendidikan

·         Berorientasi pada proses

·         Child centered

·         Multilateral

·         Seluas gerakan sehari-hari

              

·         Ekstra perhatian bagi anak-anak lambat belajar

·         Pengaturan disesuaikan

·         Tidak harus bertanding

·         Gain score

·         Partisipasi wajib

·         Program kerja

·         Kinerja motorik

·         Berorientasi pada hasil

·         Subject centered

·         Spesifik

·         Gerak fungsional cabang olahraga

·         Anak lambat ditinggalkan/ diseleksi

·         Aturan baku

·         Harus bertanding

·         Final score

·         Partisipasi bebas

 

Dari penjelasan di atas sangat jelas bahwa pendidikan jasmani tidak sama dengan olah raga, baik dari konsep maupun implementasinya. Guru pendidikan jasmani di sekolah bukanlah sebagai pelatih olahraga, karena tujuan pembelajaran penjas bukan pencapaian prestasi maksimal. Pembelajaran gerak yang dilakukan dalam  pendidikan jasmani tidak ditujukan kepada pencapaian keterampilan gerak cabang olahraga, melainkan agar peserta didik memiliki keterampilan gerak dasar dari setiap materi pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang dipelajarinya. 

Melalui proses pembelajaran pendidikan jasmani yang dilakukan dengan benar, dengan memperhatikan kebutuhan dan perkembangan motorik (motor development) anak, dilakukan secara bertahap (mudah-sukar, sederhana-kompleks), mengutamakan gerak multilateral dilaksanakan dengan strategi dan multi-metod, maka tidak menutup kemungkinan akan lahir olahragawan-olahragawan handal sebagai pelaku “olahraga“ sejati, karena sejak awal anak telah dibekali dengan pengalaman gerakan yang sesuai dengan tingkat dan kebutuhannya.

Kesimpulannya adalah jika kita ingin menciptakan kultur olah raga prestasi (sport competitive), maka harus diawali dengan Pendidikan Jasmani yang benar karena Pendidikan Jamani akan menjadi pondasi yang kuat bagi terciptanya  atlit-atli handal yang professional. Selanjutnya anak yang memiliki bakat dan talenta dikembangkan melalui pengembangan klub olahraga pelajar melalui kegiatan ekstrakurikuler.

Related Posts

No comments:

Post a Comment