Mari Berbagi...dan Memberi....

2020-07-18

Umpan Balik Pembelajaran

| 2020-07-18


Umpan balik dalam pembelajaran
Guru yang efektif adalah guru yang sangat peduli dengan peserta didik (objek) pengajaran. Sebagai masyarakat belajar (learning community) dengan kondisi mental yang masih berkembang, peserta didik senantiasa mendambakan perhtian yang lebih dari guru. Maka sangat penting bagi guru untuk senantiasa memperhatikan apa yang dirasakan dan dilakukan oleh peserta didik selama proses pembelajaran. Sebagai pribadi yang sedang berkembang perhatian guru sangat mereka dambakan untuk mengantarkan mereka menjadi pribadi yang sukses, dan salah satu upaya yang dapat dilakukan guru adalah efektifitas dalam pemberian umpan balik (feedback).

Umpan balik (feedback) adalah perilaku guru untuk membantu setiap siswa yang mengalami kesulitan belajar secara individu dengan cara menanggapi hasil kerja siswa sehingga lebih menguasai materi yang disampaikan oleh guru. Umpan balik yang dilakukan guru antara lain memberikan penjelasan terhadap kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan tugas yang diberikan, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Umpan balik adalah koreksi terhadap jawaban-jawaban atas respon siswa dalam mengerjakan tes atau latihan. Umpan balik adalah suatu proses dengan hasil atau akibat dari suatu respon untuk mengontrolnya.

Menurut Apruebo (2005), “Feedback is information that athletes would receive from coach/trainer or environment regarding the level of their motor skill or performance. It serves as a groundwork for the athletes learning development”. Umpan balik lebih menekankan kepada pemberian informasi dari pelatih kepada atlit untuk memperbaiki kualitas penampilan keterampilannya.  Menurut Rink, bahwa “Feedback is sensory information that a person receives as a result of a response”. Feedback yang dikemukakan Rink lebih bersifat umum sebagai sensori informasi yang diterima seseorang sebagai hasil meresponnya. Menurut Rusli Lutan (2005), umpan balik adalah pengetahuan yang diperoleh berkenaan dengan sesuatu tugas, perbuatan atau respon yang telah diberikan.

Dalam konteks pembelajaran pendidikan jasmani, Adang Suherman (2006) mengemukakan bahwa, umpan balik (feedback) yaitu guru mengobservasi siswa secara individu dan menilai bagaimana siswa melakukan aktivitas serta apa yang harus dilakukan guru untuk meningkatkan kemampuan siswa itu.

Melihat beberapa pendapat tentang umpan balik, menandakan bahwa ada satu perhatian yang tulus dari pelatih atau guru terhadap atlit atau peserta didiknya untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas yang selama ini ia kuasai baik dari aspek sikap, pengetahuan dan penampilan keterampilan, dengan harapan akan terjadi perbaikan dan peningkatan kualitas tampilan baik aspek sikap, pengetahuan, maupun kemampuan dalam melakukan aktivitas motorik atau keterampilan.

Manfaat dan Fungsi Umpan Balik (Feedback) bagi guru maupun bagi peserta didik antara lain:

a.    Manfaat umpan balik bagi guru, dapat dipergunakan dalam mengambil keputusan, apakah mata pelajaran yang telah dilaksanakan perlu diperbaiki atau dilanjutkan, sedangkan bagi peserta didik akan meningkatkan prestasi belajar yang lebih baik.

b.   Mendorong siswa untuk terus belajar atau berlatih.

c.    Umpan balik merupakan ciri guru yang efektif

d.   Membantu siswa untuk menilai penampilan (kemampuan) yang tidak bisa dilihat dan dirasakannya sendiri.

e.    Mendorong guru untuk menilai seberapa baik relevansi antara aspek-aspek pembelajaran dengan tingkat kemampuan siswa dalam menguasai tugas gerak (bahan ajar) seperti yang diinginkan oleh gurunya.

 

Jenis Umpan Balik (Feedback)

Secara umum umpan balik atau feedback terbagi ke dalam dua jenis yaitu intrinsic feedback dan extrinsic feedback (Apruebo, 2005). Intrinsic feedback atau umpan balik intrinsik berkaitan dengan penilaian terhadap dirinya sendiri, tentang sikap, aktivitas dan atau prilaku yang telah dilakukannya, serta tentang kemampuan yang telah ditunjukkannya. Misalnya dalam melaksanakan tugas gerak, apakah aktivitas yang dilakukan sudah sesuai dengan yang diinstruksikan guru, apakah sudah mampu menyelesaikan keseluruhan tugas gerak, apakah merasa nyaman dengan alat bantu yang digunakan, atau menilai bahwa rangkaian gerakan  telah sesuai dengan urutan yang harus dilakukan.

Sedangkan extrinsic feedback adalah umpan balik yang berasal dari luar dirinya. Misalnya koreksi dari guru penjas atas gerakan yang sudah dilakukan, cemoohan rekan karena salah memberikan umpan ketika bermain bola, atau dari lingkungan sekitar seperti cuaca yang terlalu panas sehingga mengharuskannya sering beristirahat tempat yang teduh.

Adang Suherman (2006) mengemukakan beberapa jenis umpan balik tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:

a.   General dan specific feedback

General feedback merupakan umpan balik yang bersifat umum dan biasanya digunakan guru untuk mendorong siswa agar tetap semangat belajar dan terus berlatih. Umpan balik jenis ini biasanya dilakukan guru untuk memberikan semangat atau dorongan serta diungkapkan dengan kata-kata yang bersifat motivasi, misalnya: “bagus nak, lanjutkan terus”, “ya, sedikit lagi, kamu pasti bisa”, dan seterunya. Specifik feedback atau umpan balik khusus adalah berisikan informasi yang menyebabkan siswa mengetahui apa yang harus dilakukan dan mengetahui bagaimana seharusnya siswa melakukan tugas gerak dengan benar dan bagaimana harus berlatih. Feedback ini diberikan ketika siswa menyadari bahwa ia melakukan kesalahan akan tetapi belum atau tidak tahu bagaimana cara memperbaikinya. Contoh ungkapan specific feedback misalnya saat latihan servis bawah permainan bola voli: “ya, bagus, ayun lengan lebih jauh lagi”, atau pada saat belajar lompat jauh, “Pertahankan sikap melayang lebih lama agi”.

b.   Congruent dan Incongruent feedback

Congruent feedback merupakn umpan balik guru terhadap aktivitas yang dilakukan peserta didik yang terfokus pada aktivitas belajar yang sedang dipelajari. Misalnya, pada saat peserta didik sedang mempelajari teknik gerakan lengan renang gaya bebas, kemudian guru memberikan umpan balik terkait dengan gerakan kaki yang dilakukan peserta didik, misalnya: “Ayo Nak, usahakan gerakan kaki berpusat pada pangkal paha”. Sedangkan incongruent feedback adalah umpan balik yang tidak terkait langsung dengan materi yang sedang dipelajari peserta didik, misalnya umpan balik yang diberikan guru terhadap peserta didik yang sedang mempelajari gerakan kaki renang gaya bebas, guru memberikan umpan balik terhadap gerakan lengan peserta didik.

c.    Simple Feedback

Simple feedback adalah umpan balik yang hanya terfokus pada satu komponen keterampilan dalam satu saat, dan biasanya berisi satu atau dua buah kata kunci (key words) yang menggambarkan aktivitas penyempurnaan dan diulang-ulang sebagai umpan balik selama pembelajaran berlangsung. Misalnya saat belajar teknik lari pendek, guru memberikan umpan balik dengan kata-kata: “Ayun lengan”, “ayun lengan”, dan seterusnya. Umpan balik ini lebih mudah dipahami oleh peserta didik karena lebih terfokus pada satu komponen gerakan saja.

d.   Positive, Netral, dan Negatif Feedback

Jenis umpan balik yang lain dikemukakan oleh Adang Suherman (2006:126) yaitu umpan balik positif, umpan balik netral, dan umpan balik negatif. Ketiga jenis umpan balik ini paling sering dijumpai dalam kegiatan belajar mengajar penjas yang bersifat praktik di lapangan dan lebih mudah dilakukan oleh guru. Umpan balik positif adalah umpan balik yang diungkapkan dengan kata-kata bagus, menyenangkan, pintar, menarik, dan hebat.

Umpan balik netral adalah umpan balik yang tidak merujuk secara khusus kepada siswa yang melakukan kesalahan melakukan tugas gerak, tetapi secara netral mengingatkan kepada seluruh siswa yang sedang melakukan tugas gerak.

Jika diintonasikan guru dengan seorang musisi dan peserta didik sebagai penonton atau penggemar atau penikmat musik, maka saat tampil didepan penggemar, bagaimana musisi harus mampu membawa dan mempengaruhi penggemarnya mengikuti apa yang kita inginkan, misalnya bergoyang, ikut bernyanyi bersama, tepuk tangan (menghipnotis semua yang hadir) sehingga apa yang ditampilkan benar-benar dapat dinikmati dan diikuti oleh penonton dengan penuh penghayatan. 

Mengajar adalah seni. Sebagai seorang seniman, maka seorang guru harus mampu mengekspresikan dirinya secara totalitas dengan profesi yang disandangnya. Penguasaan dan pemahaman serta kemampuan dalam mengimplementasikan empat kompetensi guru di dalam dan di luar kelas harus benar-benar dibuktikan melalui pemberian layanan secara optimal kepada peserta didik.

Menyebut atau menghapal nama-nama peserta didik, memberi salam, memahami perasaan peserta didik merupakan salah satu pintu pembuka untuk menjadi guru yang baik. Pemanggilan atau menyebut nama peserta didik secara langsung oleh guru akan menciptakan suasana kedekatan emosi antara guru dengan peserta didik yang bersangkutan, sehingga ia akan lebih fokus (mengikuti) apa yang disampaikan, lebih berani mengungkapkan pikiran, perasaan, atau gagasan (positif) untuk kemajuan dirinya terutama dalam meraih prestasi (tujuan belajar).

Menurut Yudhawati dan Haryanto (2011), bahwa dalam mejalankan tugasnya sebagai seorang pendidik, guru harus meiliki karateristitik seperti tergambar dibawah ini:

1.     Memiliki minat yang besar terhadap pelajaran dan mata pelajaran yang diajarkannya.

2.     Memiliki kecakapan untuk memperkirakan kepribadian dan suasana hati secara tepat serta membuat kontak dengan kelompok secara tepat pula.

3.     Memiliki kesabaran, keakraban, dan sensitivitas yang diperlukan untuk menumbuhkan semngat belajar peserta didik.

4.     Memiliki pemikiran yang imajinatif (konseptual) dan praktis dalam usaha memberikan penjelasan kepada peserta didik.

5.     Memiliki kualifikasi yang memadai dalam bidangnya, baik isi maupun metode.

6.     Memiliki sikap terbuka, luwes, eksperimental, menguasai metode, serta teknik dalam membelajarkan peserta didik.

Selain tersebut di atas, karakteristik guru yang baik adalah: (1) guru yang senantiasa berusaha selalu tampil prima di depan peserta didik; (2) kepemimpinannya selalu bijaksana; (3) selalu tampil ceria di hadapan murid-muridnya; (4) senantia mampu mengendalikan emosi dalam situasi dan kondidi apapun; (5) jika ada peserta didik yang bertanya senantiasa memberikan jawaban dan tidak menyalahkan atau menyudutkan siapapun; (6) memiliki rasa malu dan takut jika tidak mampu berbuat yang terbaik untuk murid-muridnya; (7) tidak menampakan rasa sombong dengan predikan pendidik yang disandangnya karena segala perintahnya akan diikuti dan dipatuhi oleh muridnya; (8) selalu bersikap adil dengan siapapun, baik laki-laki-perempuan, kaya-miskin, pintar-lambat belajar terutama dalam memberikan penilaian. (https://dionesalisli.id)

Guru yang baik adalah guru yang senantiasa kehadirannya didambakan oleh peserta didik. Ketidakhadirannya senantiasa dirindukan, dan kehadirannya senantiasa menjadi penyejuk dan penawar jiwa yang lapar akan keilmuan. Petuahnya selalu didengar, prilakuknya menjadi teladan, serta petunjuknya menjadi arah kemana mereka harus melangkah.

Related Posts

No comments:

Post a Comment