Praktik Memberi perhatian dan bantuan pada murid yang membutuhkan dukungan lebih/ekstra merupakan bagian fundamental dari kinerja guru yang efektif dan inklusif.
Secara
operasional, praktik ini didefinisikan sebagai kinerja guru dalam mengidentifikasi murid yang memerlukan dukungan
lebih/ekstra dan memberikan pendampingan yang terencana agar murid tersebut
dapat mencapai tujuan pembelajaran. Kinerja ini tidak terbatas hanya
pada murid berkebutuhan khusus yang terlihat secara kasat mata, tetapi juga
mencakup murid yang, karena alasan apa pun (kesulitan belajar, kendala
emosional, atau latar belakang, dan lain-lain) memerlukan intervensi dan
dukungan ekstra.
Terdapat tiga indikator utama yang menjadi focus guru dalam memberikan bantuan lebih,
yaitu: identifikasi yang akurat, pemberian bantuan yang terstruktur, dan
pelibatan aktif murid beserta orang tua/wali dalam proses tersebut.
Guru yang secara
efektif menerapkan praktik ini menunjukkan ciri-ciri proaktif dalam
mengidentifikasi kebutuhan murid. Mereka menggunakan berbagai metode
identifikasi yang holistik, mulai dari pengamatan
informal yang cermat selama proses pembelajaran, berinteraksi dan bertanya pada pihak lain (seperti rekan guru atau
staf sekolah), hingga memanfaatkan metode
yang lebih sistematis seperti tes diagnostik. Pendekatan ini memastikan
bahwa guru dapat mengenali secara dini tidak hanya murid yang memiliki
kebutuhan khusus, tetapi juga murid yang memerlukan dukungan ekstra dalam
pembelajaran agar tidak mengalami ketertinggalan dalam mencapai tujuan belajar
yang sama dengan teman sebayanya.
Setelah
berhasil mengidentifikasi, ciri guru yang sukses adalah mampu menyediakan bantuan
yang disesuaikan dan kontekstual. Bantuan ini dapat berupa modifikasi materi,
pengulangan instruksi, waktu tambahan, atau sesi pendampingan khusus. Guru
tidak bekerja sendiri; mereka aktif melibatkan
murid dalam proses perencanaan dukungan, menumbuhkan rasa kepemilikan.
Lebih lanjut, mereka berupaya
mengumpulkan sumber daya yang diperlukan dan menjalin komunikasi yang
intensif dengan orang tua/wali
untuk memastikan adanya dukungan yang konsisten dan terpadu, baik di lingkungan
sekolah maupun di rumah, sehingga tercipta ekosistem belajar yang mendukung.
Penting untuk
dipahami bahwa Memberi perhatian dan
bantuan pada murid yang membutuhkan dukungan lebih/ekstra adalah sebuah
keharusan, bukan sekadar pilihan. Rasional utamanya adalah untuk memastikan kesetaraan akses terhadap pendidikan yang
berkualitas. Setiap murid memiliki modal, kecepatan belajar, dan
tantangan yang berbeda. Tanpa dukungan yang disesuaikan, murid yang tertinggal
akan semakin jauh jaraknya dengan rekan-rekannya dan makin sulit mencapai tujuan pembelajaran. Dengan memberikan pendampingan
ekstra, guru bertindak sebagai katalisator, menetralkan hambatan individual dan
memberikan tangga yang dibutuhkan setiap murid untuk mencapai potensi
penuh mereka, sehingga tidak ada murid yang terabaikan dalam sistem pendidikan.
Pada akhirnya,
praktik ini bukan hanya tentang pemenuhan kewajiban, tetapi tentang mencapai
tujuan pembelajaran secara menyeluruh. Ketika guru memberikan perhatian dan
bantuan yang ditargetkan, dampaknya meluas melampaui capaian akademik. Murid
yang merasa diperhatikan akan mengembangkan rasa percaya diri, motivasi
intrinsik untuk belajar, dan keterampilan regulasi diri yang lebih baik.
Dukungan ekstra memastikan bahwa kesenjangan belajar dapat dieliminasi, yang
berarti semua murid dapat mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, kemampuan
guru dalam mengidentifikasi, merencanakan, dan mendampingi murid yang
memerlukan dukungan lebih/ekstra adalah indikator kunci dari kualitas dan
keberhasilan proses pendidikan yang inklusif di sekolah.
Bagaimana pelibatan orang tua dalam memberikan dukungan lebih pada anak?
Terima
Kasih

No comments:
Post a Comment