Mari Berbagi...dan Memberi....

2025-12-10

Membangun Kolaborasi dengan Orang Tua dalam Memberikan Perhatian dan Bantuan pada Murid yang Membutuhkan Dukungan Lebih.

| 2025-12-10

Membangun Kolaborasi dengan Orang Tua dalam Memberikan Perhatian dan Bantuan pada Murid yang Membutuhkan Dukungan Lebih.

1. Pelibatan Orang Tua sebagai Kunci

Pelibatan murid dan orang tua/wali bukanlah sekadar pelengkap administratif, melainkan sub-indikator esensial yang menentukan keberhasilan pemberian dukungan ekstra. Praktik kinerja guru yang efektif mengharuskan komunikasi dua arah yang melampaui sekadar pemberitahuan masalah. Guru harus memandang orang tua/wali sebagai mitra setara yang memiliki informasi unik mengenai latar belakang, kekuatan, dan tantangan anak di luar konteks kelas. Kerangka kerja pendidikan inklusif menegaskan bahwa dukungan yang efektif memerlukan kesamaan pemahaman antara lingkungan belajar di sekolah dan lingkungan di rumah, sebuah konsistensi yang mustahil dicapai tanpa kolaborasi yang terencana dan mendalam (Heward, 2013).

2. Membangun Perencanaan Bersama

Langkah detail guru dalam melibatkan orang tua adalah melalui proses perencanaan bersama (co-planning). Setelah murid yang membutuhkan dukungan ekstra teridentifikasi, orang tua harus dilibatkan dalam diskusi untuk membuat rencana dukungan individual yang disesuaikan. Perencanaan ini harus terbuka untuk masukan dari orang tua mengenai motivasi anak, gaya belajar di rumah, atau intervensi yang mungkin sudah mereka coba. Melalui proses ini, guru tidak hanya mendapatkan wawasan berharga, tetapi juga menciptakan rasa kepemilikan (ownership) pada orang tua terhadap tujuan pembelajaran anak mereka. Guru harus memastikan bahwa perencanaan tersebut realistis dan dapat diterapkan secara konsisten di kedua lingkungan, sehingga strategi yang diterapkan di kelas diperkuat oleh tindakan di rumah.

3. Komunikasi Dua Arah dan Konsistensi Dukungan

Inti dari pelibatan ini adalah penjaminan konsistensi dukungan. Konsistensi ini hanya tercapai melalui komunikasi dua arah yang terjadwal dan efektif. Guru harus menyediakan mekanisme umpan balik yang teratur (misalnya, jurnal komunikasi harian atau pertemuan bulanan) untuk berbagi kemajuan dan hambatan. Lebih penting lagi, guru harus melatih orang tua/wali dalam menerapkan teknik atau strategi spesifik yang digunakan di sekolah, misalnya cara memberikan scaffolding saat mengerjakan pekerjaan rumah atau teknik manajemen perilaku tertentu (Epstein, 2009). Keterampilan yang sama yang diajarkan di sekolah perlu direplikasi di rumah agar murid tidak mengalami kebingungan atau diskontinuitas dalam belajar.

4. Mengumpulkan Sumber Daya dan Mengatasi Hambatan

Tugas guru juga meluas hingga membantu orang tua dalam mengumpulkan sumber daya yang diperlukan untuk dukungan ekstra. Ini bisa berupa merekomendasikan materi bacaan tambahan, menghubungkan orang tua dengan layanan pendukung komunitas, atau bahkan membantu orang tua mengakses pelatihan atau workshop yang relevan. Guru harus bertindak sebagai fasilitator dan penghubung (Henderson & Mapp, 2002). Selain itu, guru yang inklusif peka terhadap potensi hambatan yang dimiliki orang tua, seperti keterbatasan waktu, kendala bahasa, atau kurangnya pemahaman tentang sistem pendidikan. Guru harus menyesuaikan metode komunikasi dan pelibatan mereka agar inklusif terhadap semua latar belakang orang tua.

5. Dampak pada Capaian Murid dan Kesehatan Mental

Penyatuan dukungan antara sekolah dan rumah ini memiliki dampak yang signifikan pada capaian akademik dan kesejahteraan emosional murid. Ketika murid melihat orang dewasa yang penting dalam hidup mereka (guru dan orang tua) bekerja sebagai satu tim, hal ini menumbuhkan rasa aman dan termotivasi yang kuat. Penelitian menunjukkan bahwa kemitraan sekolah-keluarga yang kuat berkorelasi positif dengan peningkatan prestasi akademik, kehadiran yang lebih baik, dan penurunan masalah perilaku (Jeynes, 2007). Oleh karena itu, kemampuan guru dalam membangun kolaborasi yang kuat dengan orang tua/wali adalah fondasi utama untuk memastikan bahwa murid yang membutuhkan dukungan ekstra tidak hanya mencapai tujuan pembelajaran, tetapi juga mengembangkan kesehatan mental dan harga diri yang kokoh.

 

Terima Kasih

 

Related Posts

No comments:

Post a Comment