Mari Berbagi...dan Memberi....

2020-07-05

Pengembangan karakter dalam Pembelajaran Contectual Teaching and Learning (CTL)

| 2020-07-05

Pengembangan karakter dalam pembelajaran CTL

Pengembangan karakter terintegrasi pada seluruh mata pelajaran melalui aktivitas di dalam maupun di luar kelas. Oleh karena itu, agar dapat terealisasi dengan baik, maka seluruh program pembelajaran harus memasukan nilai-nilian karakter secara tersurat (tidak implisit), dan sebagai dampaknya maka harus di rencanakan sejak penyusunan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran pada semua mata pelajaran.

Dalam aktivitas atau kegiatan pembelajaran perlu memasukan model-model atau pendekatan pembelajaran yang mampu mengembangkan dan membiasakan nilai karakter, seperti model pembelajaran Contectual Teaching and Learning (CTL), atau pembelajaran berbasis masalah, misalnya Problem Based Learning (PBL), Discovery Learning, Inquiry Learning, dan Project Based Learning.

Kurikulum 2013 menganjurkan pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah pendekatan berbasis keilmuan atau pendekatan ilmiah (scientific apporach) yang dilakukan melalui proses mengamati (observing), menanya (questioning), menalar (associating), mencoba (experimenting), membentuk jejaring (networking). Sementara kurikulum KTSP lebih mengenal dengan pendeatan Contectual Teaching and Learning (CTL). Kedua pendekatan pembelajaran ini sangat tepat untuk menerapkan  nilai-nilai karakter selama proses pembelajaran.

Pendekatan pembelajaran kontekstual merupakan konsep pembelajaran yang membantu guru dalam mengkaitkan materi pelajaran dengan kehidupan nyata peserta didik, dan memotivasi peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dipelajarinya dengan kehidupan mereka. Pembelajaran kontekstual memungkinkan secara terbuka menerapkan sejumlah prinsip belajar dengan nilai-nilai karakter yang ingin dikembangkan.

1.     Pengembangan Nilai Karakter dalam KTSP melalui pendekatan Contectual Teaching and Learning (CTL)

Berikut ini adalah nilai karakter dalam setiap prinsip pembelajaran dengan pendekatan Contectual Teaching and Learning (CTL).

a.    Konstruktivisme (Constructivism)

Konstrukstivisme adalah teori belajar yang menyatakan bahwa orang menyusun atau membangun pemahaman mereka terhadap sesuatu berdasarkan pengalaman-pengalaman baru dan pengetahuan awal mereka.  Dengan kata lain, pengetahuan yang baru diperoleh dengan mengkonstruk (membangun, menghubungkan dan menyatukan) berdasarkan pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya.

Pemahaman konsep yang mendalam dikembangkan melalui pengalaman-pengalaman belajar otentik dan bermakna; guru mengajukan pertanyaan kepada peserta didik untuk mendorong aktivitas berpikirnya. Pembelajaran dikemas menjadi proses ‘mengkonstruksi’ bukan ‘menerima’ pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, peserta didik membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar. Pembelajaran dirancang dalam bentuk peserta didik bekerja, praktik mengerjakan sesuatu, berlatih secara fisik, menulis karangan, mendemonstrasikan, menciptakan gagasan, dan sebagainya.

Tugas guru dalam pembelajaran konstruktivis adalah memfasilitasi proses pembelajaran dengan:

(a)          menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi peserta didik,

(b)          memberi kesempatan peserta didik menemukan dan menerapkan idenya sendiri,

(c)           menyadarkan peserta didik agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.

Penerapan teori belajar konstruktivisme dalam pembelajaran dapat mengembangkan berbagai nilai-nilai karakter, antara lain berfikir kritis dan logis, mandiri, cinta ilmu, rasa ingin tahu, menghargai orang lain, bertanggung jawab, dan percaya diri.

b.    Bertanya (Questioning)

Penggunaan pertanyaan untuk menuntun berpikir peserta didik lebih baik daripada sekedar memberi peserta didik informasi untuk memperdalam pemahaman peserta didik. Peserta didik belajar mengajukan pertanyaan tentang fenomena, belajar bagaimana menyusun pertanyaan yang dapat diuji, dan belajar untuk saling bertanya tentang bukti, interpretasi, dan penjelasan. Pertanyaan digunakan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir peserta didik.

Dalam pembelajaran kegiatan bertanya berguna untuk:

(a)     menggali informasi, baik teknis maupun akademis

(b)     mengecek pemahaman peserta didik

(c)     membangkitkan respon peserta didik

(d)     mengetahui sejauh mana keingintahuan peserta didik

(e)     mengetahui hal-hal yang sudah diketahui peserta didik

(f)      memfokuskan perhatian peserta didik pada sesuatu yang dikehendaki guru

(g)     menyegarkan kembali pengetahuan peserta didik

Pembelajaran yang menggunakan pertanyaan-pertanyaan untuk menuntun peserta didik mencapai tujuan belajar dapat mengembangkan berbagai karakter, antara lain berfikir kritis dan logis, rasa ingin tahu, menghargai pendapat orang lain, santun, dan percaya diri.

c.    Inkuiri (Inquiry)

Inkuiri adalah proses pembelajaran yang diawali dengan pengamatan dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul. Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut didapat melalui siklus menyusun hipotesis, mengembangkan cara pengujian hipotesis, membuat pengamatan, dan menyusun teori serta konsep yang berdasar pada data dan pengetahuan.

Langkah-langkah kegiatan inkuiri:

a)     merumuskan masalah (dalam mata pelajaran apapun)

b)     Mengamati atau melakukan observasi

c)     Menganalisis dan menyajikan hasil  dalam tulisan, gambar, laporan, bagan,  tabel, dan karya lain

d)     Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru, atau yang lain

Pembelajaran yang menerapkan prinsip inkuiri dapat mengembangkan berbagai karakter, antara lain berfikir kritis, logis, kreatif, dan inovatif, rasa ingin tahu, menghargai pendapat orang lain, santun, jujur, dan tanggung jawab.

d.    Masyarakat Belajar (Learning Community)

Masyarakat belajar adalah sekelompok peserta didik yang terikat dalam kegiatan belajar agar terjadi proses belajar lebih dalam. Semua peserta didik harus mempunyai kesempatan untuk bicara dan berbagi ide, mendengarkan ide peserta didik lain dengan cermat, dan bekerjasama untuk membangun pengetahuan dengan teman di dalam kelompoknya. Konsep ini didasarkan pada ide bahwa belajar secara bersama lebih baik daripada belajar secara individual.

Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah. Seseorang yang terlibat dalam kegiatan masyarakat belajar memberi informasi yang diperlukan oleh teman bicaranya dan sekaligus juga meminta informasi yang diperlukan dari teman belajarnya. Kegiatan saling belajar ini bisa terjadi jika tidak ada pihak yang dominan dalam komunikasi, tidak ada pihak yang merasa segan untuk bertanya, tidak ada pihak yang menganggap paling tahu. Semua pihak mau saling mendengarkan.

Praktik masyarakat belajar terwujud dalam:

(a)    Pembentukan kelompok kecil

(b)    Pembentukan kelompok besar

(c)    Mendatangkan ‘ahli’ ke kelas (tokoh, olahragawan, dokter, petani, polisi, dan lainnya)

(d)    Bekerja dengan kelas sederajat

(e)    Bekerja kelompok dengan kelas di atasnya

(f)     Bekerja dengan masyarakat

Penerapan prinsip masyarakat belajar di dalam proses pembelajaran dapat mengembangkan berbagai karakter, antara lain kerjasama, menghargai pendapat orang lain, santun, demokratis, patuh pada turan sosial, dan tanggung jawab.

e.    Pemodelan (Modeling)

Pemodelan adalah proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja, dan belajar. Pemodelan tidak jarang memerlukan peserta didik untuk berpikir dengan mengeluarkan suara keras dan mendemonstrasikan apa yang akan dikerjakan peserta didik. Pada saat pembelajaran, sering guru memodelkan bagaimana agar peserta didik belajar. Guru menunjukkan bagaimana melakukan sesuatu  untuk mempelajari sesuatu yang baru. Guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan peserta didik.

Contoh praktik pemodelan di kelas:

a)     Guru Penjas mendemonstrasikan berbagai bentuk tendangan bola di depan kelas, lalu peserta didik diminta mengidentifikasi jenis-jenis tendangan, perkenaan kaki dengan bola dan arah bola

b)     Guru Penjas meminta seorang peserta didik untuk mendemonstrasikan teknik gerakan pasing bawah permainan bola voli, peserta didik lainnya diminta untuk mengidentifikasi sikap atau gerakan yang mendukung dalam melakukan pasing bawah.

Pemodelan dalam pembelajaran antara lain dapat menumbuhkan rasa ingin tahu, menghargai orang lain, dan rasa percaya diri.

 

f.     Refleksi (Reflection)

Refleksi dilakukan agar peserta didik memikirkan kembali apa yang telah mereka pelajari dan lakukan selama proses pembelajaran untuk membantu mereka menemukan makna personal masing-masing. Refleksi biasanya dilakukan pada akhir pembelajaran antara lain melalui diskusi, tanya-jawab, penyampaian kesan dan pesan, menulis jurnal, saling memberi komentar karya, dan catatan pada buku harian.

Refleksi dalam pembelajaran antara lain dapat menumbuhkan kemampuan berfikir logis dan kritis, mengetahui kelebihan dan kekurangan diri sendiri, dan menghargai pendapat orang lain.

g.    Penilaian otentik (Authentic assesment)

Penilaian autentik sesungguhnya adalah suatu istilah yang diciptakan untuk menjelaskan berbagai metode penilaian alternatif. Berbagai metode tersebut memungkinkan peserta didik dapat mendemonstrasikan kemampuannya untuk menyelesaikan tugas-tugas, memecahkan masalah, atau mengekspresikan pengetahuannya dengan cara mensimulasikan situasi yang dapat ditemui di dalam dunia nyata di luar lingkungan sekolah. Berbagai simulasi tersebut semestinya dapat mengekspresikan prestasi (performance) yang ditemui di dalam praktek dunia nyata seperti tempat kerja. Penilaian autentik seharusnya dapat menjelaskan bagaimana peserta didik menyelesaikan masalah dan dimungkinkan memiliki lebih dari satu solusi yang benar. Strategi penilaian yang cocok dengan kriteria yang dimaksudkan adalah suatu kombinasi dari beberapa teknik penilaian.

Penilaian autentik dalam pembelajaran dapat mengembangkan berbagai karakter antara lain kejujuran, tanggung jawab, menghargai karya dan prestasi orang lain, kedisiplinan, dan cinta ilmu. (Kemdiknas, 2011).


Related Posts

No comments:

Post a Comment