Dalam proses pembelajaran harus memperhatikan seluruh aspek yang terkait dengan siswa karena sangat berpengaruh terhadap hasil belajar. Hasil belajar yang baik maupun hasil belajar yang tidak baik keduanya akan mempengaruhi pertumbuhan serta perkembangan siswa dalam hal jasmani, pemikiran, mental, cara pandang sampai gaya hidup yang akan terbawa dalam hidupnya sepanjang masa.
Salah
satu indikator keberhasilan proses pendidikan yang diselenggarakan di sekolah
adalah seberapa besar hasil belajar yang dicapai oleh siswa, hal ini dapat
dilihat dari perolehan nilai pada setiap standar kompetensi atau kompetensi
dasar pada setiap materi atau mata pelajaran kemudian dibandingkan dengan
kriteria ketuntasan yang telah diteapkan (KKM). Dalam pembelajaran pendidikan
jasmani yang menjadikan gerak sebagai alat pencapaian tujuan pembelajaran, maka
yang dinilai dalam proses pembelajaran adalah keberhasilan siswa dalam mencapai
tingkat keterampilan gerak tertentu seperti yang dirumuskan dalam tujuan
belajar.[1]
Tentang
definisi hasil belajar banyak pendapat serta pandangan yang dikemukakan oleh pakar
pendidikan yang pada dasarnya memiliki kesamaan. Menurut Briggs, learning out come atau hasil belajar
adalah seluruh kecakapan dan hasil yang dicapai melalui proses belajar mengajar
di sekolah yang dinyatakan dengan angka-angka atau nilai-nilai yang diukur
dengan tes hasil belajar.[2]
Sudjana menjelaskan bahwa, hasil belajar antara lain adalah kemampuan-kemampuan yang
dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.[3]
Sedangkan menurut Yudhawati dan Haryanto, bahwa hasil dari proses pembelajaran
adalah perubahan perilaku secara keseluruhan yang mencakup aspek kognitif,
afektif, dan psikomotor.[4]
Menurut teori pemrosesan informasi yang dikemukakan oleh Robert Gagn menegaskan
bahwa hasil belajar manusia pada dasarnya bersifat kumulatif, artinya hasil
pembelajaran yang dicapai individu adalah merupakan kumpulan keseluruhan
hasil-hasil pembelajaran sebelumnya yang saling terkait kemudian diolah
sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil pembelajaran.[5]
Menurut
Romiszowski menjelaskan bahwa hasil belajar diperoleh setelah siswa mengalami
proses pembelajaran, baik dalam bentuk pengetahuan maupun keterampilan.
Pengetahuan yang dimaksud berkaitan dengan informasi yang tersimpan dalam
pikiran, sedangkan keterampilan berkaitan dengan aksi dan reaksi yang dilakukan
seseorang dalam mencapai suatu tujuan.[6]
Sementara menurut Anni, bahwa hasil belajar merupakan perubahan prilaku yang
diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Selanjutnya Bloom
yang dikutip oleh Sudjana mengungkapkan terdapat tiga tujuan pengajaran yang
merupakan kemampuan seseorang yang harus dicapai dan merupakan hasil belajar,
yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor. Menurut Mujiono bahwa hasil belajar
ditunjukkan dari suatu interaksi tindakan belajar dan biasanya ditunjukkan
dengan nilai tes yang diberikan guru.[7]
Baik atau tidaknya kemampuan yang dimiliki oleh siswa
tergantung dari apa yang siswa dapat selama proses pembelajaran. Seorang guru
harus memperhatikan dengan baik hal-hal yang terdapat dalam proses pembelajaran
seperti materi belajar, tempat, media mengajar, siswa, waktu, bahasa yang digunakan
dan kondisi kelas. Semua itu dilakukan agar siswa mendapatkan informasi secara
benar dan jelas serta menghindarkan siswa dari pemahaman atau cara pandang yang
salah baik selama pembelajaran maupun setelah pembelajaran.
Berdasarkan beberapa pendapat pakar pendidikan sebagai
mana dipaparkan di atas yang dimaksud hasil belajar adalah tingkat penguasaan
yang dicapai oleh siswa terhadap suatu atau beberapa tugas belajar sesuai
dengan tujuan akhir yang ingin dicapai dari suatu proses pembelajaran yang telah
dilakukan mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor, perubahan tersebut
bersifat relatif permanen yang mampu diamati melalui cara berpikir, dan
bertindak yang dilakukan siswa dalam situasi atau materi tertentu, untuk
mendapatkan hasil belajar yang baik dan sesuai dengan tujuan maka proses
pembelajaran harus direncanakan dan dilaksanakan sebaik-baiknya oleh guru.
[1] Depdikbud Pokok-Pokok
Pengembangan Program Pembealajarn Pendidikan Jasmani (Jakarta: Pusat
Perbukuan, 1997), h.22.
[2] Leslie J,. Briggs, Instructional
Design and Application (New Jersey: Englewood Cliffs Prientice-Hall, inc,
1997), h.149.
[3] Ipung Sunaryo, Metode
Pembelajaran dengan Pendekatan Bermain. Tersedia:
http//ipungsunaryo.wordpress.com. (diambil tanggal, 11 September 2011).
[4] Yudhawati R, Haryanto D., Teori-Teori
Dasar Psikologi Pendidikan (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011), h. 16.
[5] Ibid., hh. 19-20
[6] A.J. Romiszowski, Designing
Instructional System: decision Making in Course Planning and Curriculum Design
(New York: Kogan Page, 1981), h.62.
[7] http://mbegedut.blogspot.com.
(diakses tanggal 28 Juli 2012).
No comments:
Post a Comment