Mari Berbagi...dan Memberi....

2020-07-03

Belajar Gerak

| 2020-07-03
Konsep Belajar Gerak


Gerak merupakan salah satu ciri mahluk hidup. Memahami proses melalui control gerak, dan koordinasi adalah sebagai dasar untuk memahami bagaimana kita hidup.[1] Gerak dilakukan oleh semua mahluk hidup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, yang diawali dengan gerak sederhana hingga gerak yang komplek, dan ini dilakukan selama individu  tersebut hidup. Menurut Samsudin bahwa istilah konsep gerak menunjuk pada gagasan-gagasan kognitif yang memiliki nilai transfer. Konsep gerak dalam pendidikan jasmani dapat berupa sebuah label atau nama suatu kelompok respon gerak, seperti menangkap, melempar, atau berpindah tempat (locomotor).[2]

Menurut Gagne, bahwa belajar keterampilan motorik atau belajar gerak banyak berhubungan dengan kemampuan menggunakan gerakan tubuh, sehingga memiliki rangkaian gerak yang teratur, tepat, cepat, luwes, dan lancer. Dalam belajar motorik memerlukan intelektual dan sikap, sebab belajar motorik bukan hanya belajar gerakan semat-mata, aspek utama dalam belajar gerak adalah tercapainya otomatisasi gerak, gerakan yang ototmatis merupakan puncak motorik.[3] Singer berpendapat bahwa belajar gerak memiliki tujuan untuk mengembangkan berbagai keterampilan gerak secara efektif dan efisien.[4]

Kemampuan penyempurnaan gerakan yang dilakukan manusia sebagai salah satu mahluk hidup yang memiliki kemampuan berfikir dilakukan secara bertahap melalui hasil belajar dan kematangan fungsi alat-alat tubuh, terjadi secara berurutan sesuai dengan tahap perkembangannya, seperti masa usia dini, masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa, dan masa lanjut usia.[5] Oleh karena itu kualitas gerakan yang ditampilkan tentu sesuai dengan tahapan perkembangan gerak.

Belajar gerak memiliki prinsip dan proses yang hampir sama dengan proses belajar pada umumnya. Belajar gerak dapat diartikan sebagai suatu rangkaian proses pembelajaran gerak yang dilakukan secara terencana, sistematik, dan sistemik untuk mencapai pembelajaran seperti yang telah direncanakan.[6]

Menurut Gallahue dan Ozmun, menyatakan bahwa: “Motor learning is a relatively permanent change in motor behavior resulting from practice or past experience”.  (belajar gerak adalah perubahan yang relatif permanen dalam prilaku gerak sebagai hasil latihan atau pengalaman yang telah lalu).[7] Sementara menurut Ma’mun dan Saputra, bahwa belajar gerak merupakan studi tentang proses keterlibatan dalam memperoleh dan menyempurnakan keterampilan gerak sangat terkait dengan latihan dan pengalaman individu bersangkutan.[8] Tidak berbeda dengan pendapat di atas, menurut Kusmaedi, Hidayat, dan Husdarta bahwa belajar motorik adalah proses perbaikan kemampuan motorik melalui pengoptimalan faktor-faktor persyaratan luar dan dalam yang bertujuan untuk mendapatkan atau menguasai kemampuan keterampilan mototrik dan tingkah laku tertentu, penguasaan, penghalusan, penstabilan, dan penerapan kemampuan motorik.[9]

Menurut Schmidt, bahwa belajar gerak adalah satu proses internal yang berhubungan dengan praktek atau pengalaman yang mengarah ke perubahan yang relatif permanen dalam kemampuan untuk merespon.[10]

Jadi pengertian belajar gerak atau motor learning ini beraneka ragam, dan berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa motor learning yang diartikan dalam bahasa Indonesia yaitu belajar gerak adalah suatu proses pembentukan sistematika kognitif tentang gerak yang kemudian diaplikasikan dalam psikomotor (gerak) mulai dari tingkat keterampilan gerak yang sederhana ke keterampilan gerak yang kompleks sebagai gambaran penyempurnaan fungsi fisiologis untuk mencapai otomatisasi gerak. Makin bertambah tingkat pertumbuhan dan kematangan serta hasil latihan sesorang, maka kualitas gerak yang dapat ditampilkan akan semakin baik atau makin efektif dan efisien.

Perkembangan gerak anak berkembang sejalan dengan tingkat pertumbuhan dan kematangan[11] serta pengalaman atau hasil yang diperoleh dari belajar gerak. Pengalaman tersebut terkait dengan kesempatan untuk mempraktekan suatu keterampilan, dorongan atau rangsangan yang diberikan termasuk dalam pembelajaran. Gerakan ini pada dasarnya berkembang menyertai gerakan refleks yang dimiliki anak sejak lahir. Gerak dasar pundamental diawali pada masa bayi dan anak-anak, kemudian dilanjutkan dengan proses penyempurnaan melalui proses latihan berbagai macam gerakan yang dilakukan secara berulang-ulang.



[1] David L. Gallahue dan John C. Ozmun, Understanding Motor Development, (New York: Mcgraw Hill, 2006), h.3.

[2] Samsudin, Kurikulum Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (Jakarta:PPS UNJ, 2010), h.66.

[3] Robert H. Gagne, The Conditioning of Learning (USA: Holt reinhart and Winstons, 1997), hh.26-28.

[4] Robert H. Singer, and Dick Walter, Teaching Fhysical Education (Boston: Hongton Mifftin Company, 1980), h .93.

[5] Martini Jamaris. Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan (Jakarta: Yayasan Penamas Murni, 2010). H. 21.

[6] Departemen pendidikan dan Kebudayaan, Pokok-Pokok Pengembangan Pembelajaran Pendiddikan Jasmani, (Jakarta, 1997), hh. 3-4.

[7] Ibid., h.15.

[8] Among Ma’mun dan Yudaha M. Saputra. Perkembangan Gerak dan Belajar Gerak  (Jakarta: Depdikbud, 2000), h. 6.

[9] Nurlan Kusmaedi, Yusuf Hidayat, dan Husdarta, Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: UPI, 2010), h.154.

[10] Richard A.Schmidt, Motor Control and Learning: A Behavioral Emphasis.( Champaign, IL: Human Kinetics, 1988), hal. 482-489. Tersedia dalam http://moon.ouhsc.edu/dthompso/ mtrlrng/ schmidt.htm), (diakses tanggal 10 April 2012).

[11] Anita J. Harrow, A Taxonomy of the Psicomotor Domain,  (new Yortk: David McKay, 1972), h.51.

Related Posts

No comments:

Post a Comment