Gerak merupakan salah satu ciri mahluk hidup. Memahami proses melalui control gerak, dan koordinasi adalah sebagai dasar untuk memahami bagaimana kita hidup.[1] Gerak dilakukan oleh semua mahluk hidup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, yang diawali dengan gerak sederhana hingga gerak yang komplek, dan ini dilakukan selama individu tersebut hidup. Menurut Samsudin bahwa istilah konsep gerak menunjuk pada gagasan-gagasan kognitif yang memiliki nilai transfer. Konsep gerak dalam pendidikan jasmani dapat berupa sebuah label atau nama suatu kelompok respon gerak, seperti menangkap, melempar, atau berpindah tempat (locomotor).[2]
Menurut
Gagne, bahwa belajar keterampilan motorik atau belajar gerak banyak berhubungan
dengan kemampuan menggunakan gerakan tubuh, sehingga memiliki rangkaian gerak
yang teratur, tepat, cepat, luwes, dan lancer. Dalam belajar motorik memerlukan
intelektual dan sikap, sebab belajar motorik bukan hanya belajar gerakan
semat-mata, aspek utama dalam belajar gerak adalah tercapainya otomatisasi
gerak, gerakan yang ototmatis merupakan puncak motorik.[3] Singer berpendapat bahwa
belajar gerak memiliki tujuan untuk mengembangkan berbagai keterampilan gerak
secara efektif dan efisien.[4]
Kemampuan
penyempurnaan gerakan yang dilakukan manusia sebagai salah satu mahluk hidup
yang memiliki kemampuan berfikir dilakukan secara bertahap melalui hasil
belajar dan kematangan fungsi alat-alat tubuh, terjadi secara berurutan sesuai
dengan tahap perkembangannya, seperti masa usia dini, masa kanak-kanak, masa
remaja, masa dewasa, dan masa lanjut usia.[5] Oleh karena itu kualitas
gerakan yang ditampilkan tentu sesuai dengan tahapan perkembangan gerak.
Belajar
gerak memiliki prinsip dan proses yang hampir sama dengan proses belajar pada
umumnya. Belajar gerak dapat diartikan sebagai suatu rangkaian proses
pembelajaran gerak yang dilakukan secara terencana, sistematik, dan sistemik
untuk mencapai pembelajaran seperti yang telah direncanakan.[6]
Menurut
Gallahue dan Ozmun, menyatakan bahwa: “Motor
learning is a relatively permanent change in motor behavior resulting from
practice or past experience”. (belajar
gerak adalah perubahan yang relatif permanen dalam prilaku gerak sebagai hasil
latihan atau pengalaman yang telah lalu).[7] Sementara menurut Ma’mun
dan Saputra, bahwa belajar gerak merupakan studi tentang proses keterlibatan
dalam memperoleh dan menyempurnakan keterampilan gerak sangat terkait dengan
latihan dan pengalaman individu bersangkutan.[8] Tidak berbeda dengan
pendapat di atas, menurut Kusmaedi, Hidayat, dan Husdarta bahwa belajar motorik
adalah proses perbaikan kemampuan motorik melalui pengoptimalan faktor-faktor
persyaratan luar dan dalam yang bertujuan untuk mendapatkan atau menguasai
kemampuan keterampilan mototrik dan tingkah laku tertentu, penguasaan,
penghalusan, penstabilan, dan penerapan kemampuan motorik.[9]
Menurut Schmidt, bahwa belajar gerak adalah satu proses
internal yang berhubungan dengan praktek atau pengalaman yang mengarah ke
perubahan yang relatif permanen dalam kemampuan untuk merespon.[10]
Jadi
pengertian belajar gerak atau motor learning ini beraneka ragam, dan
berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa motor learning yang diartikan dalam
bahasa Indonesia yaitu belajar gerak adalah suatu proses pembentukan
sistematika kognitif tentang gerak yang kemudian diaplikasikan dalam psikomotor
(gerak) mulai dari tingkat keterampilan gerak yang sederhana ke keterampilan
gerak yang kompleks sebagai gambaran penyempurnaan fungsi fisiologis untuk
mencapai otomatisasi gerak. Makin bertambah tingkat pertumbuhan dan kematangan serta
hasil latihan sesorang, maka kualitas gerak yang dapat ditampilkan akan semakin
baik atau makin efektif dan efisien.
Perkembangan
gerak anak berkembang sejalan dengan tingkat pertumbuhan dan kematangan[11] serta pengalaman atau
hasil yang diperoleh dari belajar gerak. Pengalaman tersebut terkait dengan
kesempatan untuk mempraktekan suatu keterampilan, dorongan atau rangsangan yang
diberikan termasuk dalam pembelajaran. Gerakan ini pada dasarnya berkembang menyertai
gerakan refleks yang dimiliki anak sejak lahir. Gerak dasar pundamental diawali
pada masa bayi dan anak-anak, kemudian dilanjutkan dengan proses penyempurnaan
melalui proses latihan berbagai macam gerakan yang dilakukan secara
berulang-ulang.
[1] David L. Gallahue dan John C. Ozmun, Understanding Motor Development, (New York: Mcgraw Hill, 2006), h.3.
[2] Samsudin, Kurikulum
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (Jakarta:PPS UNJ, 2010), h.66.
[3] Robert H. Gagne, The
Conditioning of Learning (USA: Holt reinhart and Winstons, 1997), hh.26-28.
[4] Robert H. Singer, and Dick Walter, Teaching Fhysical Education (Boston: Hongton Mifftin Company,
1980), h .93.
[5] Martini Jamaris. Orientasi
Baru dalam Psikologi Pendidikan (Jakarta: Yayasan Penamas Murni, 2010). H.
21.
[6] Departemen pendidikan dan Kebudayaan, Pokok-Pokok Pengembangan Pembelajaran Pendiddikan Jasmani, (Jakarta,
1997), hh. 3-4.
[7] Ibid., h.15.
[8] Among Ma’mun dan Yudaha M. Saputra. Perkembangan Gerak dan Belajar Gerak (Jakarta: Depdikbud, 2000), h. 6.
[9] Nurlan Kusmaedi, Yusuf Hidayat, dan Husdarta, Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: UPI, 2010), h.154.
[10] Richard A.Schmidt, Motor
Control and Learning: A Behavioral Emphasis.( Champaign, IL: Human
Kinetics, 1988), hal. 482-489. Tersedia dalam http://moon.ouhsc.edu/dthompso/
mtrlrng/ schmidt.htm), (diakses
tanggal 10 April 2012).
[11] Anita J. Harrow, A Taxonomy of the Psicomotor Domain, (new Yortk: David McKay, 1972), h.51.
No comments:
Post a Comment