Mari Berbagi...dan Memberi....

2020-07-11

Aktivitas Pembelajaran Pendidikan Jasmani

| 2020-07-11

Kegiatan pemelajaran pendidikan jasmani di sekolah
Aktivitas pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah dirancang sedemikian rupa dengan memanfaatkan berbagai macam garak yang terdapat dalam setiap aspek sesuai dengan Standar Kompetensi atau Kompetensi Inti dan Kopetensi Dasar yang ingin dicapai untuk mencapai tujuan pendidikan.

Aktivitas pembelajaran mengembangkan tiga aspek sekaligus, yaitu pengetahuan, sikap, dan keterampilan, dengan lingkup materinya terdiri dari:

a.      Aktivitas permainan dan olahraga termasuk permainan dan olahraga tradisional;

b.      Aktivitas pengembangan;

c.      Aktivitas kebugaran;

d.      Aktivitas senam;

e.      Aktivitas berirama;

f.       Aktivitas air; dan

g.      Kesehatan.

 

Melalui aspek materi tersebut di atas, yang dirancang dengan baik oleh guru Pendidikan jasmani diharapkan mampu dalam mewujudkan pencapaian tujuan pendidikan, tujuan instruksional, dan membantu pertumbuhan dan perkembangan peserta didik secara seimbang, serta membiasakan pola hidup aktif dan sehat sepanjang hayat untuk mengantarkan kepada pencapapi tujuan hidup seimbang, baik kualitas fisik,  intelektual, emosional, dan spiritual yang selaras dan seimbang.

Olahraga merupakan bentuk lanjut dari bermain dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan keseharian manusia. Untuk dapat berolahraga secara benar, manusia perlu dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan yang memadai. Pendidikan Jasmani diyakini dapat memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk:                   (a) Berpartisipasi secara teratur dalam kegiatan olahraga, (b) Pemahaman dan penerapan konsep yang benar tentang aktivitas-aktivitas tersebut agar dapat melakukannya dengan aman, (c) Pemahaman dan penerapan nilai-nilai yang terkandung dalam aktivitas-aktivitas tersebut agar terbentuk sikap dan perilaku sportif dan positif, emosi stabil, dan gaya hidup sehat.

Struktur materi Pendidikan Jasmani dari TK sampai SMA dapat dijelaskan sebagai berikut :

a)     Materi Pendidikan Jasmani untuk TK sampai SD/MI kelas 3 SD meliputi kesadaran akan tubuh dan gerakan, kecakapan gerak dasar, gerakan ritmik, permainan, kuatik (olahraga di air/bila memungkin-kan), senam, kebugaran jasmani dan pembentukan sikap dan perilaku.

b)     Materi pembelajaran Pendidikan Jasmani untuk SD/MI kelas 4 sampai 6 adalah aktivitas pembentukan tubuh, permainan dan modifikasi olahraga, kecakapan hidup di alam bebas, dan kecakapan hidup personal (kebugaran jasmani serta pembentukan sikap dan perilaku).

c)     Materi pembelajaran Pendidikan Jasmani untuk kelas 7 dan 8 SMP meliputi: teknik/keterampilan dasar permainan dan olahraga, senam, aktivitas ritmik, akuatik, kecakapan hidup di alam terbuka, dan kecakapan hidup personal (kebugaran jasmani serta pembentukan sikap dan perilaku).

d)     Materi pembelajaran Pendidikan Jasmani untuk kelas 9 SMP sampai kelas 12 SMA/MA adalah teknik permainan dan olahraga, uji diri/senam, aktivitas ritmik, akuatik, kecakapan hidup di alam terbuka dan kecakapan hidup personal (kebugaran jasmani serta pembentukan sikap dan perilaku).

Agar proses pembelajaran pendidikan jasmani berjalan sesuai dengan tujuan, maka seorang guru penjas harus menggunakan strategi atau metode yang tepat sesuai dengan karakteristik peserta didik, situasi, dan materi yang akan disajikan. Menurut Griffin, Mitcheil, dan Oslin (1997); Joyce, Well dan Showers (1992); Magill (1993); Mosston dan Ashworth (1994); Singer dan Dick (1980); terdapat tujuh metode pembelajaran yang sering digunakan dalam pengajaran aktivitas pendidikan jasmani, yaitu:

1)     Pendekatan pengetahuan-keterampilan (knowledge-skill approach) yang memiliki dua metode, yaitu metode ceramah (lecture) dan latihan (drill).

2)     Pendekatan sosialisasi (socialization approach) yang berdasarkan pandangan bahwa proses pendidikan harus diarahkan untuk selain meningkatkan keterampilan pribadi dan berkarya, juga keterampilan berinteraksi sosial dan hubungan manusiawi. Pendekatan ini memiliki kelompok metode the social family, the information processing family, the personal family, the havioral system family, dan the professional skills.

3)     Pendekatan personalisasi yang berlandaskan atas pemikiran bahwa aktivitas jasmani dapat dipergunakan sebagai media untuk mengembangkan kualitas pribadi, metodenya adalah movement ucation (problem solving techniques).

4)      Pendekatan belajar (learning approach) yang berupaya untuk mempengaruhi kompetensi dan proses belajar anak dengan metode terprogram (programmed instruction), computer assisted instruction (CAI), dan metode kreativitas dan pemecahan masalah (creativity and problem solving).

5)     Pendekatan motor learning yang mengajarkan aktivitas jasmani berdasarkan klasifikasi keterampilan dan teori proses informasi yang diterima. Metode yang dikembangkan berdasarkan pendekatan ini adalah part-whole methods, dan modelling (demonstration).

6)     Spektrum gaya mengajar yang dikembangkan oleh Muska Mosston. Spektrum dikembangkan berdasarkan pemikiran bahwa pembelajaran merupakan interaksi antara guru-peserta didik dan pelaksanaan pembagian tanggungjawab. Metode yang ada dalam spectrum berjumlah sebelas, yaitu: (1) komando/command, (2) latihan/practice, (3) resiprokal/reciprocal, (4) uji mandiri/ self check, (5) inklusi/inclusion, (6) penemuan terbimbing/guded discovery, (7) penemuan tunggal/ convergen discovery, (8) penemuan beragam/divergent production, (9) program individu/individual program, (10) inisiasi peserta didik/learner initiated, dan (11) pengajaran mandiri/self eaching.

7)     Pendekatan taktis permainan (tactical games approaches). Pendekatan yang dikembangkan oleh Universitas Lougborough untuk mengajarkan permainan agar anak memahami manfaat teknik permainan tertentu dengan cara mengenal situasi permainan tertentu terlebih dahulu kepada anak. (Adiwarsito, dkk, 2015)

Pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu proses terjadinya interaksi antara guru dengan siswa melalui kegiatan terpadu dari dua bentuk kegiatan, yakni kegiatan belajar siswa dengan kegiatan mengajar guru. Belajar pada hakikatnya adalah proses perubahan tingkah laku yang disadari. Mengajar pada hakikatnya adalah usaha yang direncanakan melalui pengaturan dan penyediaan kondisi yang memungkinkan siswa melakukan berbagai kegiatan belajar sebaik mungkin. Untuk mencapai interaksi belajar mengajar sudah barang tentu adanya komunikasi yang jelas antara guru dengan siswa sehingga terpadunya dua kegiatan yakni kegiatan mengajar (usaha guru) dengan kegiatan belajar (tugas siswa) yang berdaya guna dalam mencapai pembelajaran.


Related Posts

No comments:

Post a Comment