Bagi anak sekolah yang Belajar Dari Rumah (BDR) saat ini sudah memasuki bulan ke empat, atau hampir tiba di pengujung tahun pelajaran yang hanya menyisakan beberapa pekan lagi.
Ketidaknormalan dalam pelaksanaan pembelajaran selama pandemik Covid-19 sudah tentu akan berdampak kepada banyak faktor, antara lain, faktor psikologis warga sekolah, dan ketercapaian target kurikulum yang tentu secara langsung mempengaruhi (kualitas) lulusan yang biasanya diuji dengan berbagai cara/metode uji kompetensi yang dilakukan oleh satuan pendidikan atau oleh guru. Dengan ditiadakannya pelaksanaan Ujian Nasional (UNBK maupun UNKP), praktis bagi sekolah yang belum melakukan uji kompetensi kepada peserta didik sebelum pandemi melanda kegiatan penilaian dilakukan atas apa yang telah diperoleh sebelum dan selama kegiatan pembelajaran daring atau luring yang telah dilakukan.
Kebijakan kepastian kapan peserta didik harus kemabali masuk sekolah belum final, mengingat perkembangan wabah Covid-19 yang belum menujukkan grafik penurunan. Namun demikian adanya isu herd immunity dan new normal, serta kebutuhan seluruh masyarakat dalam mencukupi kebutuhan ekonomi sehari-hari, maka tidak heran jika herd immunity dan new normal menjadi solusi alternatif.
Herd immunity merupakan sebuah konsep dalam epidemiologi yang menggambarkan bagaimana orang secara kolektif dapat mencegah infeksi jika beberapa persen populasi memiliki kekebalan terhadap suatu penyakit. (https://health.detik.com, 30/5/20). Cara ini menggambarkan bahwa membiarkan masyarakat beraktivitas layaknya situasi normal sehingga memungkinkan makin banyak massa penderita Covid-19, dengan demikian makin banyak pula penderita yang mendapat imun dari dalam tubuhnya. Artinya penderita akan meninggal bagi yang imunnya lemah, dan akan sembuh dengan sendirinya jika imunitasnya baik/tinggi.
Istilah new normal merupakan merupakan sebuah sebutan dalam menjalankan aktivitas seperti biasa selama suasana pandemik covid-19 masih berlangsung yang sebenarnya situasinya masih belum memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan dari penyebaran virus covid-19.
Konsekuensi belajar di rumah pada masa new normal, baik melalui daring atau pun dilakukan secara tradisional (misalnya melalui pemberian tugas, bahan bacaan, latihan soal, dan lain-lain) sedikit banyaknya tentu akan melahirkan banyak problema yang langsung maupun tidak akan mempengaruhi efektivitas pembelajaran.
Untuk mendukung efektivitas pembelajaran di era new normal, yang dilakukan baik secara daring ataupun luring, maka perlu ada sebuah upaya agar proses mencerdaskan anak bangsa berjalan sesuai dengan harapan semua pihak, yakni orang tua, sekolah/pemerintah, masyarakat maupun dunia usaha dan lain-lain.
Upaya yang dapat dilakukan anatara lain:
- Penguatan Tri Pusat Pendidikan Kita masih ingat apa yang dikatakan oleh R.M. Suwardi Suryadiningrat atau yang populer Ki Hajar Dewantara, bahwa “di dalam hidupnya anak-anak adalah tiga tempat pergaulan yang menjadi pusat pendidikan yang amat penting baginya, yaitu alam keluarga, alam perguruan dan alam pergerakan pemuda (masyarakat)”. (Ahmadi, 2004). Ketiga Poros Pendidikan sebagai mana yang disampaikan Ki Hajar Dewantara telah sesuai dengan Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa Tri Pusat Pendidikan tersebut yang bertanggung jawab atas pendidikan anak yakni, pendidikan dalam keluarga, pendidikan dalam sekolah, dan pendidikan dalam masyarakat yang masing masing memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing sesuai dengan Undang Undang Sisdiknas Bab IV, Pasal 7 s.d Pasal 11.(a) Pendidikan dalam Keluarga. Keluarga merupakan bagian terkecil dari masyarakat. Individu atau anak terlahir dari bagian terkecil tersebut, maka apa yang didengar, apa yang dirasakan, dan apa yang dilihat kali pertama oleh anak tersebut bersumber dari keluarga, ibu, ayah, kakak, adik atau orang-orang terdekatnya. Mengawali kehidupannya, penting bagi anak untuk menerima stimulus merupakan sesuatu hal yang baik atau positif bagi pertumbuhan dan perkembangan dirinya. Didikan akhlak atau karakter positif melalui sentuhan dan bimbingan dengan penuh kecintaan dan kasih sayang yang diberikan oleh orang-orang terdekatnya yang memiliki sifat terpuji dengan segudang pengetahuan dan keterampilan merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan dalam keluarga. Di sinilah peran penting keluarga dalam membangun pondasi kecerdasan dan karakter anak. Maka tidak dibenarkan memandang pendidikan keluarga sebagai pekerjaan gampang yang pelaku utamanya dapat diperankan oleh orang lain. Dalam mendidik anak dibutuhkan tidak hanya kasih sayang, akan tetapi kesabaran dan keikhlasan dengan menujukkan seluruh prilaku yang akan membuat anak tumbuh dan berkembang sesuai masanya. (b) Pendidikan dalam Sekolah. Sekolah merupakan agen perubahan yang diberikan kewenangan penuh untuk menyelenggarakan pendidikan formal secara utuh, maksudnya meliputi seluruh aspek pribadi anak, sikap/prilaku, pengetahuan dan keterampilan. Maka salah satu kuncin keberhasilan pendidikan adalah prilaku kerja pegawai satuan pendidikan baik pendidik maupun tenaga kependidikan yang harus menujukkan kompetensi prilakunya secara profesioal. Guna mendukung implementasi kebijakan pemerintah, sekolah diberikan keleluasaan untuk mengembangkan sekolah sesuai dengan potensi sumberdaya yang ada melalu konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), termasuk pengembangan potensi lokal yang berkembang di sekitar sekolah. (3) Pendidikan dalam Masyarakat. Pendidikan dalam masyarakat tantangannya tidaklah berbeada dengan dua poros pendidikan lainnya, terlebih pada populasi penduduk yang besar dengan tingkat sosial ekonomi yang heterogen, hal ini menyebabkan kontrol masyarakat terhadap pendidikan anakpun semakin sulit. Interaksi antar anak menjadi lebih tinggi sehingga batasan-batasan pergaulan yang seharusnya sesuai dengan usia terkadang tak lagi dapat dipisah dan dibeda-bedakan. Tingkat kepedulian dan perhatian orang dewasa dalam lingkungan masyarakat terkadang begitu rendah, sehingga ada kesan pembiaran terhadap prilaku anak yang tak pantas dikonsumsi atau ditunjukkan oleh anak seusianya. Prilaku masyarakat semacam ini tentu akan mengikis nilai-nilai edukasi positif anak yang telah dibentuk sejak dini di lingkungan keluarga dan sekolah, yang semestinya dikembangkan dan dikuatkan di lingkungan masyarakat. Salah satu kunci keberhasilan ketiga poros pendidikan dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya adalah harus adanya benang merah antara ketiganya, jika tidak maka masing-masing akan berjalan sendiri-sendiri sehingga tidak akan saling menguatkan. Program yang dilakukan di dalam keluarga, program sekolah, dan program pendidikan masyarakat harus seiring/sejalan.
- Tingkatkan Efektivitas Tim Gugus Tugas Tim Gugus Tugas Pencegahan Penyebaran Covid-19 yang telah dibentuk dari tingkat pusat hingga tingkat satuan pendidikan jangan dibubarkan bahkan kinerjanya harus lebih efektif sampai kondisi benar-benar dinyatakan bahwa pandemik Covid-19 seratus prosen aman. Efektivitas kinerja Tim Gugus Tugas Sekolah tersebut antara lain: a) Melakukan koordinasi dengan dinas instansi terkait dalam pencegahan Covid-19, misalnya Tim Gugus Tugas Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan/Puskesmas, BNPB, Dinas Sosial, dan lain-lain; b) Menyediakan dan mengecek serta menjaga kebersihan fasilitas belajar guna mencegah penyebaran Covid-19, misalnya meja, kursi, alat tulis, alat pencuci tangan, masker, washtafel, alat pencatat suhu badan, dan lainnya; c) Melakukan pemantauan kesehatan kepada seluruh warga sekolah, dan jika ada yang kurang sehat (batuk atau pilek) disarankan untuk beristirahat di rumah; d) Menyusun dan mensosialisasikan serta menerapkan Standar Operasional Prosedur (SOP) seluruh kegiatan sekolah, antara lain SOP Kegiatan Pembelajaran, termasuk prosedur penjemputan atau mengantar anak dari dan ke sekolah; e) Menyediakan papan informasi tentang Covid-19 pada tempat yang strategis; f) Menyediakan sarana komunikasi dengan orang tua yang mudah dan lancar (nara hubung); g) Melakukan evaluasi diakhir setiap kegiatan dan melaporkan kepada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Prestasi kerja Tim Gugus Tugas Sekolah mencerminkan suksesnya sekolah dalam menjalankan fungsinya di era new normal, yang ditunjukkan dengan efektifnya kegiatan pemebelajaran dan tidak terjadi kasus baru penularan penyeberan Covid-19.
- Kenali dan Atasi Problema Sekolah Diakui atau tidak, paradigma Covid-19 terjadi begitu masif melalui berbagai media, apalagi jika orang-orang dekatnya manjadi korba memungkinkan terakumulasi dalam mind set anak terutama dampak negatifnya yang bisa menimbulkan rasa cemas, was-was, atau ketakutan yang berlebihan. Inilah yang dimaksudkan dengan problema anak yang bisa muncul saat kembali masuk sekolah di era new normal. Oleh kaena itu perlu penanganan yang tepat bagaimana menghilangkan problema pada anak tersebut agar mereka bisa kembali menjalani aktivitas belajarnya secara normal. Alternatif yang bisa dilakukan pihak sekolah untuk mengatasi problema sekolah yang muncul sebagai dampak negatif Covid-19 di era new normal adalah melakukan “Konseling”. Konseling merupakan sebuah tindakan yang bersifat wajar dan penting diberikan kepada anak-anak (siswa) terutama bagi yang membutuhkan agar pertumbuhan dan perkembangannya dapat berjalan secara normal dan optimal. Sekolah dapat memanfaatkan sumberdaya yang ada untuk melakukan konseling terutama kepada anak yang membutuhkan. Konselor bisa guru BP/BK sekolah setempat dan sekaligus sebagai koordinator, jika tidak ada maka dimungkinkan untuk mencari konselor dari sekolah lain atau dari relawan kemanusiaan. Agar efktivitas konseling terwujud, konselor dapat menentukan model konseling yang tepat sesuai dengan kondisi anak, sarana dan lain-lain. Penulis: Ahmad Yani (Pengawas SMP-Pandeglang, Banten)
No comments:
Post a Comment