2025-12-16
Penting...! Bagi Guru Yang Sudah Bersertifikat Pendidik (Kesesuaian Mata Pelajaran dan Kelompok Mata Pelajaran dengan Sertifikat Pendidik bagi Guru di Bawah Kemdikdasmen).
Kesesuaian Bidang Tugas, Mata Pelajaran, dan Kelompok Mata Pelajaran dengan Sertifikat Pendidik bagi Guru pada Satuan Pendidikan di Bawah Binaan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah.
Keputusan
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor 222/O/2025 ditetapkan dengan tujuan
utama memberikan kepastian hukum dan menetapkan standar minimal mengenai
Kesesuaian Bidang Tugas, Mata Pelajaran, dan Kelompok Mata Pelajaran dengan
Sertifikat Pendidik yang dimiliki oleh guru. Ketetapan ini penting
sebagai dasar pelaksanaan tugas guru dalam kegiatan pembelajaran dan/atau
pembimbingan, sehingga memastikan bahwa tugas yang dilaksanakan relevan dengan
kualifikasi dan kompetensi profesional yang telah diakui
Inti dari Keputusan Menteri ini adalah penetapan bahwa
Bidang Tugas, Mata Pelajaran, atau Kelompok Mata Pelajaran yang diampu oleh
guru harus sesuai dengan Sertifikat Pendidik yang mereka miliki
Pengaturan linearitas ini mencakup berbagai jenis
penugasan guru di jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah
Keputusan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor
222/O/2025 mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan, yaitu pada 28 Agustus 2025
Terima
Kasih
Panduan Libur Sekolah
Panduan Libur Sekolah
(Surat Edaran Menteri Pendidikan Dasar
dan Menengah Nomor 14 Tahun 2025).
Adapun
tujuannya adalah mengimbau
Pemerintah Daerah, Kepala Dinas Pendidikan, dan Kepala Satuan Pendidikan untuk
·
Memastikan pemenuhan hak, perlindungan, dan
keamanan murid selama libur
·
Memastikan murid kembali ke sekolah dalam keadaan
sehat, selamat, dan siap belajar pada awal semester berikutnya
Isi
Pokok Surat Edaran
A.
Instruksi untuk Kepala Dinas Pendidikan
·
Melaksanakan
kebijakan libur semester ganjil sesuai dengan kalender pendidikan tahun ajaran
2025/2026 yang telah ditetapkan
B.
Instruksi dan Imbauan untuk Kepala Satuan Pendidikan
1. Tidak membebani
murid dengan pekerjaan rumah (PR) atau proyek liburan yang berlebihan
a) Terutama yang menuntut biaya tambahan besar
atau kewajiban penggunaan gawai dan internet secara intensif
b) Jika penugasan diberikan, harus sederhana,
menyenangkan, dapat dikerjakan bersama keluarga, dan tidak menimbulkan beban
finansial bagi orang tua
2. Menyampaikan penguatan pesan Satuan Pendidikan
Aman Bencana (SPAB) mengenai perilaku aman selama libur sekolah
a)
Ini termasuk mengenali risiko di
lingkungan/tujuan perjalanan, mengetahui jalur evakuasi
3. Menyampaikan kepada orang tua/wali murid untuk
memanfaatkan libur sekolah untuk
a)
Waktu berkualitas bersama anak,
melalui kegiatan sehari-hari yang dapat menjadi sarana belajar keterampilan
hidup (life skills), dialog tentang pengalaman/minat/rencana anak, dan
kegiatan rekreasi/perjalanan
b)
Kebiasaan aktivitas positif di rumah yang
mendorong literasi, numerasi, dan karakter, seperti membaca buku bersama,
permainan yang melatih logika/kerjasama/kreativitas, serta kegiatan seni,
olahraga, dan budaya
c)
Kebijakan penggunaan gawai dan internet,
dengan menetapkan batas waktu penggunaan yang wajar, mendampingi anak saat
mengakses internet/media sosial, dan mengarahkan anak ke konten yang bermanfaat
serta menghindarkan dari konten negatif (kekerasan, pornografi, perjudian,
perundungan, disinformasi)
d)
Fasilitasi dan pendampingan anak dalam
kegiatan rekreasi sosial dan bermasyarakat,
seperti kegiatan keagamaan, aktivitas seni/olahraga di lingkungan, kunjungan
teman/silaturahmi keluarga, dan kegiatan bermasyarakat positif lainnya
e)
Perlindungan anak dari segala bentuk kekerasan
dan eksploitasi, termasuk kekerasan fisik/psikis/berbasis gender,
keterlibatan anak dalam pekerjaan yang mengganggu hak
belajar/bermain/istirahat, dan praktik pernikahan usia dini
f)
Bagi keluarga yang memiliki anak berkebutuhan
khusus,
diimbau untuk menjaga rutinitas dasar, memberikan stimulasi sesuai kebutuhan,
dan berkomunikasi dengan guru/satuan pendidikan jika membutuhkan dukungan
tambahan
4. Menjaga keamanan aset sekolah
(laboratorium, perangkat TIK, perpustakaan, sarana prasarana lainnya) melalui
pengaturan petugas piket dan koordinasi dengan pihak terkait
5. Menyediakan kanal pelaporan (kontak
sekolah, wali kelas, atau layanan pengaduan yang relevan) bagi orang tua/wali
yang membutuhkan informasi atau ingin melaporkan hal-hal berkaitan dengan
keselamatan dan perlindungan murid selama masa libur
Selamat berlibur dan semangat kembali masuk sekolah di
tahun baru 2026.
Terima
Kasih
2025-12-14
Gerakan Ayah Mengambil Rapor Anak ke Sekolah
Tujuan utama gerakan ini adalah untuk memperkuat peran ayah dalam pengasuhan dan pendidikan anak sejak dini.
Kehadiran ayah pada momen penting seperti pengambilan rapor menciptakan
kedekatan emosional, yang berpengaruh positif terhadap rasa percaya diri,
kenyamanan, dan kesiapan anak dalam belajar. Gerakan ini juga berfungsi sebagai
simbol perubahan budaya pengasuhan di Indonesia, yang bergeser dari
sentralisasi pada peran ibu menjadi lebih kolaboratif dan setara, sekaligus
menjadi investasi sosial jangka panjang untuk membangun keluarga berkualitas
dan generasi emas.
Surat Edaran ini
menghimbau seluruh ayah yang
memiliki anak usia sekolah (PAUD, pendidikan dasar, dan menengah) untuk mengambil rapor anak ke sekolah pada
waktu penerimaan rapor di akhir semester. Pelaksanaannya dimulai pada Desember 2025 dengan menyesuaikan
jadwal sekolah masing-masing. Bagi ayah yang berpartisipasi, diberikan dispensasi keterlambatan kerja sesuai
ketentuan instansi/kantor masing-masing. Sebagai apresiasi,
Kemendukbangga/BKKBN juga menyelenggarakan penghargaan Gerakan Ayah Teladan Indonesia (GATI) bagi 10 ayah
beruntung yang mengunggah foto/video ke Instagram dengan tagar #GATI dan
#sekolahbersamaayah.
Terima
Kasih
Refleksi dan Evalusi, dari Tuntutan Menjadi Kebutuhan.
2025-12-10
Membangun Kolaborasi dengan Orang Tua dalam Memberikan Perhatian dan Bantuan pada Murid yang Membutuhkan Dukungan Lebih.
Membangun Kolaborasi dengan Orang Tua dalam Memberikan Perhatian dan Bantuan pada Murid yang Membutuhkan Dukungan Lebih.
1.
Pelibatan Orang Tua sebagai Kunci
Pelibatan murid dan orang tua/wali bukanlah sekadar pelengkap
administratif, melainkan sub-indikator esensial yang menentukan keberhasilan
pemberian dukungan ekstra. Praktik kinerja guru yang efektif mengharuskan
komunikasi dua arah yang melampaui sekadar pemberitahuan masalah. Guru harus
memandang orang tua/wali sebagai mitra
setara yang memiliki informasi unik mengenai latar belakang, kekuatan,
dan tantangan anak di luar konteks kelas. Kerangka kerja pendidikan inklusif menegaskan
bahwa dukungan yang efektif memerlukan kesamaan pemahaman antara lingkungan
belajar di sekolah dan lingkungan di rumah, sebuah konsistensi yang mustahil
dicapai tanpa kolaborasi yang terencana dan mendalam (Heward, 2013).
2. Membangun Perencanaan Bersama
Langkah
detail guru dalam melibatkan orang tua adalah melalui proses perencanaan bersama (co-planning).
Setelah murid yang membutuhkan dukungan ekstra teridentifikasi, orang tua harus
dilibatkan dalam diskusi untuk membuat rencana
dukungan individual yang disesuaikan. Perencanaan ini harus terbuka
untuk masukan dari orang tua mengenai motivasi anak, gaya belajar di rumah,
atau intervensi yang mungkin sudah mereka coba. Melalui proses ini, guru tidak
hanya mendapatkan wawasan berharga, tetapi juga menciptakan rasa kepemilikan (ownership) pada
orang tua terhadap tujuan pembelajaran anak mereka. Guru harus memastikan bahwa
perencanaan tersebut realistis dan dapat diterapkan secara konsisten di kedua
lingkungan, sehingga strategi yang diterapkan di kelas diperkuat oleh tindakan
di rumah.
3. Komunikasi Dua Arah dan Konsistensi
Dukungan
Inti
dari pelibatan ini adalah penjaminan konsistensi
dukungan. Konsistensi ini hanya tercapai melalui komunikasi dua arah
yang terjadwal dan efektif. Guru harus menyediakan mekanisme umpan balik yang
teratur (misalnya, jurnal komunikasi harian atau pertemuan bulanan) untuk
berbagi kemajuan dan hambatan. Lebih penting lagi, guru harus melatih orang
tua/wali dalam menerapkan teknik atau strategi spesifik yang digunakan di
sekolah, misalnya cara memberikan scaffolding saat mengerjakan pekerjaan
rumah atau teknik manajemen perilaku tertentu (Epstein, 2009). Keterampilan
yang sama yang diajarkan di sekolah perlu direplikasi di rumah agar murid tidak
mengalami kebingungan atau diskontinuitas dalam belajar.
4. Mengumpulkan Sumber Daya dan
Mengatasi Hambatan
Tugas
guru juga meluas hingga membantu orang tua dalam mengumpulkan sumber daya yang diperlukan untuk dukungan ekstra.
Ini bisa berupa merekomendasikan materi bacaan tambahan, menghubungkan orang
tua dengan layanan pendukung komunitas, atau bahkan membantu orang tua
mengakses pelatihan atau workshop yang relevan. Guru harus bertindak
sebagai fasilitator dan penghubung
(Henderson & Mapp, 2002). Selain itu, guru yang inklusif peka terhadap
potensi hambatan yang dimiliki orang tua, seperti keterbatasan waktu, kendala
bahasa, atau kurangnya pemahaman tentang sistem pendidikan. Guru harus
menyesuaikan metode komunikasi dan pelibatan mereka agar inklusif terhadap
semua latar belakang orang tua.
5. Dampak pada Capaian Murid dan
Kesehatan Mental
Penyatuan
dukungan antara sekolah dan rumah ini memiliki dampak yang signifikan pada
capaian akademik dan kesejahteraan emosional murid. Ketika murid melihat orang
dewasa yang penting dalam hidup mereka (guru dan orang tua) bekerja sebagai
satu tim, hal ini menumbuhkan rasa aman
dan termotivasi yang kuat. Penelitian menunjukkan bahwa kemitraan
sekolah-keluarga yang kuat berkorelasi positif dengan peningkatan prestasi
akademik, kehadiran yang lebih baik, dan penurunan masalah perilaku (Jeynes,
2007). Oleh karena itu, kemampuan guru dalam membangun kolaborasi yang kuat
dengan orang tua/wali adalah fondasi utama untuk memastikan bahwa murid yang
membutuhkan dukungan ekstra tidak hanya mencapai tujuan pembelajaran, tetapi
juga mengembangkan kesehatan mental dan harga diri yang kokoh.
Terima
Kasih
Memahami Praktik Pembelajaran yang Memberikan Perhatian dan Bantuan pada Murid yang Membutuhkan Dukungan Lebih
Praktik Memberi perhatian dan bantuan pada murid yang membutuhkan dukungan lebih/ekstra merupakan bagian fundamental dari kinerja guru yang efektif dan inklusif.
Secara
operasional, praktik ini didefinisikan sebagai kinerja guru dalam mengidentifikasi murid yang memerlukan dukungan
lebih/ekstra dan memberikan pendampingan yang terencana agar murid tersebut
dapat mencapai tujuan pembelajaran. Kinerja ini tidak terbatas hanya
pada murid berkebutuhan khusus yang terlihat secara kasat mata, tetapi juga
mencakup murid yang, karena alasan apa pun (kesulitan belajar, kendala
emosional, atau latar belakang, dan lain-lain) memerlukan intervensi dan
dukungan ekstra.
Terdapat tiga indikator utama yang menjadi focus guru dalam memberikan bantuan lebih,
yaitu: identifikasi yang akurat, pemberian bantuan yang terstruktur, dan
pelibatan aktif murid beserta orang tua/wali dalam proses tersebut.
Guru yang secara
efektif menerapkan praktik ini menunjukkan ciri-ciri proaktif dalam
mengidentifikasi kebutuhan murid. Mereka menggunakan berbagai metode
identifikasi yang holistik, mulai dari pengamatan
informal yang cermat selama proses pembelajaran, berinteraksi dan bertanya pada pihak lain (seperti rekan guru atau
staf sekolah), hingga memanfaatkan metode
yang lebih sistematis seperti tes diagnostik. Pendekatan ini memastikan
bahwa guru dapat mengenali secara dini tidak hanya murid yang memiliki
kebutuhan khusus, tetapi juga murid yang memerlukan dukungan ekstra dalam
pembelajaran agar tidak mengalami ketertinggalan dalam mencapai tujuan belajar
yang sama dengan teman sebayanya.
Setelah
berhasil mengidentifikasi, ciri guru yang sukses adalah mampu menyediakan bantuan
yang disesuaikan dan kontekstual. Bantuan ini dapat berupa modifikasi materi,
pengulangan instruksi, waktu tambahan, atau sesi pendampingan khusus. Guru
tidak bekerja sendiri; mereka aktif melibatkan
murid dalam proses perencanaan dukungan, menumbuhkan rasa kepemilikan.
Lebih lanjut, mereka berupaya
mengumpulkan sumber daya yang diperlukan dan menjalin komunikasi yang
intensif dengan orang tua/wali
untuk memastikan adanya dukungan yang konsisten dan terpadu, baik di lingkungan
sekolah maupun di rumah, sehingga tercipta ekosistem belajar yang mendukung.
Penting untuk
dipahami bahwa Memberi perhatian dan
bantuan pada murid yang membutuhkan dukungan lebih/ekstra adalah sebuah
keharusan, bukan sekadar pilihan. Rasional utamanya adalah untuk memastikan kesetaraan akses terhadap pendidikan yang
berkualitas. Setiap murid memiliki modal, kecepatan belajar, dan
tantangan yang berbeda. Tanpa dukungan yang disesuaikan, murid yang tertinggal
akan semakin jauh jaraknya dengan rekan-rekannya dan makin sulit mencapai tujuan pembelajaran. Dengan memberikan pendampingan
ekstra, guru bertindak sebagai katalisator, menetralkan hambatan individual dan
memberikan tangga yang dibutuhkan setiap murid untuk mencapai potensi
penuh mereka, sehingga tidak ada murid yang terabaikan dalam sistem pendidikan.
Pada akhirnya,
praktik ini bukan hanya tentang pemenuhan kewajiban, tetapi tentang mencapai
tujuan pembelajaran secara menyeluruh. Ketika guru memberikan perhatian dan
bantuan yang ditargetkan, dampaknya meluas melampaui capaian akademik. Murid
yang merasa diperhatikan akan mengembangkan rasa percaya diri, motivasi
intrinsik untuk belajar, dan keterampilan regulasi diri yang lebih baik.
Dukungan ekstra memastikan bahwa kesenjangan belajar dapat dieliminasi, yang
berarti semua murid dapat mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, kemampuan
guru dalam mengidentifikasi, merencanakan, dan mendampingi murid yang
memerlukan dukungan lebih/ekstra adalah indikator kunci dari kualitas dan
keberhasilan proses pendidikan yang inklusif di sekolah.
Bagaimana pelibatan orang tua dalam memberikan dukungan lebih pada anak?
Terima
Kasih
2025-12-09
Interaksi yang Membangun Pola Pikir Bertumbuh
Interaksi yang
membangun pola pikir bertumbuh
merupakan definisi operasional
dari kinerja guru dalam
menanamkan keyakinan pada murid bahwa kemampuan
dirinya dapat terus berkembang dan, oleh karena itu, mereka mampu mencapai tujuan pembelajaran
yang ditetapkan. Ini bukan sekadar memotivasi, melainkan praktik pengajaran
yang sistematis di mana guru secara konsisten memberikan sinyal dan bukti nyata
kepada murid bahwa kecerdasan, bakat, dan keterampilan bukanlah sifat yang
tetap (fixed), melainkan sesuatu yang lentur dan bisa diperluas melalui usaha dan strategi yang tepat. Fokus utama dari interaksi ini adalah
mengalihkan fokus dari hasil akhir semata ke proses perjalanan belajar, membangun kepercayaan diri murid dalam menghadapi tantangan, dan melihat
kegagalan sebagai umpan balik yang berharga.
Ciri utama dari praktik pengajaran dan umpan balik
yang diterapkan oleh guru dengan pola pikir bertumbuh adalah penekanannya pada
penghargaan atas proses. Guru tersebut cenderung memberi umpan balik yang berfokus pada penghargaan atas usaha murid,
secara spesifik dan jelas. Misalnya, guru tidak hanya memuji "kerja
bagus," tetapi menyebutkan
perilaku atau usaha spesifik yang pantas diapresiasi, seperti "Saya
sangat menghargai caramu mencoba strategi yang berbeda di soal ini meskipun
awalnya sulit," atau "Kegigihanmu dalam merevisi draf esai itu
sungguh luar biasa." Selanjutnya, guru yang efektif akan menjelaskan kepada seluruh kelas tentang
mengapa perilaku atau usaha tersebut pantas diapresiasi, menjadikannya
contoh praktik belajar yang baik untuk semua.
Guru yang menerapkan
interaksi ini juga memiliki keyakinan mendalam yang mereka komunikasikan secara
eksplisit kepada murid, yaitu
bahwa murid yang kurang berprestasi pun
bisa meningkat kemampuan dan prestasi akademiknya asalkan mereka
melakukan perubahan. Guru tersebut tidak pernah melabeli murid berdasarkan
kemampuan saat ini, melainkan secara eksplisit
menyampaikan (kepada murid atau asesor) bahwa pertumbuhan itu mungkin.
Mereka akan menjelaskan atau
menunjukkan praktik yang sudah dilakukan—baik strategi belajar baru,
penggunaan sumber daya, atau kegigihan—agar murid-murid tersebut percaya bahwa mereka bisa menjadi lebih
pandai dan berprestasi di masa depan. Hasil dari proses ini adalah bahwa
murid memiliki pola pikir bertumbuh
dan secara internal menyadari potensi perkembangan dirinya.
Rasionalitas Interaksi Pola Pikir Bertumbuh
Rasionalitas
mendasar mengapa interaksi yang membangun pola pikir bertumbuh perlu dilakukan guru dalam pembelajaran
adalah untuk memutus siklus keputusasaan dan hambatan belajar yang diciptakan
oleh pola pikir tetap (fixed mindset). Ketika murid percaya bahwa
kemampuan mereka sudah paten, mereka cenderung menghindari tantangan, menyerah
setelah kegagalan pertama, dan merasa terancam oleh keberhasilan orang lain.
Sebaliknya, interaksi growth mindset memberdayakan murid untuk mengambil
risiko intelektual, memandang kegagalan sebagai data yang memberi tahu mereka
di mana harus berinvestasi lebih banyak usaha
dan strategi, dan memelihara kegigihan
(daya tahan) yang diperlukan untuk penguasaan yang mendalam.
Pada akhirnya,
interaksi ini bukan hanya tentang meningkatkan nilai akademis, melainkan
tentang menyiapkan murid untuk menghadapi kompleksitas kehidupan pasca-sekolah.
Dengan menanamkan keyakinan bahwa kemampuan dapat dibentuk, guru membantu murid
mengembangkan kemampuan adaptif
yang krusial untuk menghadapi tantangan baru di masa depan. Pola pikir
bertumbuh yang tertanam melalui umpan
balik dan praktik pengajaran
yang disengaja menjadi kerangka mental yang memungkinkan murid untuk terus
belajar dan berkembang jauh setelah mereka meninggalkan kelas, menjadikannya
kompetensi abad ke-21 yang vital dan mendasar dalam proses pembangunan manusia seutuhnya.
Kunci penting
dari umpan balik pola pikir bertumbuh
adalah:
1. Spesifik: Menyebutkan perilaku atau
usaha yang diapresiasi ("Usahamu berlatih di depan cermin").
2. Fokus
pada Proses/Strategi:
Memberi tahu murid bagaimana mereka bisa berkembang dan apa yang
harus diubah ("Lihat lagi langkah-langkah yang kamu ambil,"
"mengasah caramu belajar").
3. Memisahkan
Nilai dari Identitas:
Tidak melabeli kemampuan bawaan, tetapi menyoroti tindakan yang dapat dikontrol
murid.
Terima
Kasih.
2025-12-08
Interaksi Guru-Murid yang Setara dan Menghargai
Interaksi guru dengan
murid yang setara dan menghargai
dapat didefinisikan secara operasional sebagai kinerja guru dalam berinteraksi dengan murid selama proses pembelajaran
yang menciptakan lingkungan di mana murid merasa aman untuk bertanya, berpendapat, berdiskusi, dan tidak takut salah.
Esensi dari interaksi ini adalah pengakuan bahwa setiap murid adalah individu
yang memiliki suara, pemikiran, dan kontribusi berharga. Ketika guru menerapkan
pendekatan ini, proses belajar bukan hanya tentang transfer ilmu, melainkan
menjadi pertukaran ide yang dinamis, di mana rasa hormat menjadi fondasi utama
bagi pertumbuhan akademik dan emosional.
Ciri
utama dari interaksi yang setara dan menghargai ini adalah terjadinya percakapan bermakna antara guru
dan murid dalam proses belajar. Percakapan ini melampaui tanya jawab
dangkal; ini adalah dialog yang memantik pemikiran kritis dan mendorong
refleksi mendalam. Dalam konteks ini, guru tidak hanya menyampaikan materi,
tetapi juga secara aktif mengajukan pertanyaan terbuka dan menanggapi respons
murid dengan penggalian lebih lanjut
(mengeksplorasi ide-ide murid lebih jauh), menunjukkan bahwa pikiran murid
benar-benar dihargai. Tujuannya adalah memastikan setiap murid tidak hanya
mendengar, tetapi juga didengar.
Selanjutnya,
interaksi yang menghargai dicirikan oleh penggunaan bahasa yang sangat
diperhatikan. Interaksi antara guru dan
murid dalam proses belajar menggunakan diksi/kosakata yang menghargai.
Ini berarti guru secara sadar memilih kata-kata yang membangun semangat, menghindari bahasa yang merendahkan,
menyindir, atau membuat murid merasa malu. Diksi yang positif dan afirmasi
menjadi alat utama untuk memperkuat keberanian murid untuk berpartisipasi.
Ketika guru mendengarkan dengan seksama
dan merespons dengan bahasa yang penuh penghormatan, ia mengirimkan pesan kuat
bahwa pendapat setiap murid itu penting dan valid, yang pada akhirnya membuat murid merasa dihargai/didengar dalam proses
belajar.
Sekolah
yang berhasil menerapkan interaksi ini dapat terlihat jelas melalui kriteria
praktis yang dilakukan oleh guru. Guru secara konsisten memberi kesempatan murid bertanya/berkomentar, yang menjadi
langkah awal untuk mengaktifkan suara murid. Namun, tidak cukup hanya memberi
kesempatan; guru juga harus memberi
kesempatan pada tiga atau lebih murid untuk bertanya/ atau memberi
masukan/komentar. Tindakan ini memastikan bahwa partisipasi tidak
didominasi oleh segelintir murid dan memvalidasi keragaman pemikiran di kelas.
Inklusi semacam ini sangat krusial dalam menciptakan atmosfer yang benar-benar
setara.
Kesimpulannya,
interaksi guru dengan murid yang setara dan menghargai adalah sebuah komitmen
pedagogis untuk membangun lingkungan belajar yang berpusat pada murid. Hal ini
bukan sekadar teknik mengajar, tetapi pola pikir yang mengakui bahwa harga diri
dan rasa aman emosional murid adalah prasyarat untuk belajar yang efektif.
Ketika guru berinteraksi dengan mendengarkan
dengan seksama, menggunakan bahasa
yang membangun semangat, dan secara konsisten memberikan ruang bagi
semua suara untuk berpartisipasi, mereka tidak hanya mengajarkan materi
pelajaran, tetapi juga menanamkan nilai-nilai kesetaraan, rasa hormat, dan
keberanian untuk bersuara.
Interaksi guru-murid
yang setara dan menghargai bukan sekadar praktik etis, melainkan sebuah kewajiban pedagogis yang berakar kuat
pada tujuan utama Standar Proses Pendidikan. Standar Proses bertujuan menjamin
terlaksananya proses pembelajaran yang efektif
dan efisien.
1. Menciptakan
Lingkungan Belajar yang Aman dan Nyaman (Prasyarat Pembelajaran)
Standar Proses
Pendidikan dasar dan Menengah Nomoor 16 tahun 2022 menggarisbawahi pentingnya
lingkungan belajar yang kondusif. Interaksi yang setara dan menghargai adalah
fondasi utama untuk mencapai hal ini.
·
Penciptaan Rasa Aman: Ketika murid merasa dihargai, mereka merasa aman untuk bertanya, berpendapat, berdiskusi,
dan tidak takut salah. Rasa aman ini adalah prasyarat mutlak bagi
keterlibatan aktif. Jika murid takut dihakimi atau diremehkan, mereka akan
pasif, yang secara langsung menghambat tercapainya tujuan pembelajaran.
·
Peningkatan Keterlibatan: Dalam interaksi yang setara,
terjadi percakapan bermakna dan murid merasa dihargai/didengar. Hal
ini memotivasi murid untuk berpartisipasi lebih aktif, bukan hanya sekadar
mendengarkan, yang merupakan esensi dari pembelajaran yang berpusat pada murid.
2. Memenuhi Prinsip
Pembelajaran yang Berpusat pada Murid
Salah
satu prinsip utama pembelajaran sesuai Standar
Proses adalah bahwa proses pembelajaran harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta
didik untuk berpartisipasi aktif.
·
Interaktif dan Komunikatif: Interaksi yang setara
memastikan komunikasi berlangsung dua arah, di mana guru mendengarkan dengan seksama dan menanggapi dengan penggalian lebih lanjut.
Ini mengubah kelas dari ceramah satu arah menjadi forum diskusi yang hidup,
sehingga memenuhi kriteria pembelajaran yang interaktif.
·
Pengembangan Karakter: Penggunaan diksi/kosakata yang menghargai dan bahasa yang membangun semangat oleh guru
mencerminkan nilai-nilai etika dan karakter yang juga harus ditanamkan kepada
murid, sesuai dengan amanat Kurikulum.
3.
Optimalisasi Potensi dan Pemberian Kesempatan yang Sama
Standar Proses
menekankan bahwa pembelajaran harus memfasilitasi setiap murid untuk
mengembangkan potensi dirinya secara optimal.
·
Pemerataan Partisipasi: Guru yang memberi kesempatan
pada tiga atau lebih murid untuk
bertanya/ atau memberi masukan/komentar memastikan bahwa kesempatan
berpendapat tidak hanya dinikmati oleh murid yang dominan. Ini adalah
manifestasi dari prinsip kesetaraan, menjamin bahwa suara semua murid didengar
dan potensi beragam dapat
dieksplorasi.
·
Pengembangan Keterampilan Komunikasi: Dengan secara konsisten
mempraktikkan dialog yang menghargai, guru melatih murid untuk juga
berkomunikasi secara efektif dan santun, keterampilan penting yang dibutuhkan
dalam kehidupan sosial dan dunia kerja, sejalan dengan tujuan pendidikan untuk
menyiapkan lulusan yang kompeten.
Dengan
demikian, penerapan interaksi guru-murid yang setara dan menghargai adalah
implementasi langsung dari prinsip-prinsip
pembelajaran yang diamanatkan dalam Standar Proses, yang bertujuan
menciptakan proses pembelajaran yang berkualitas, efektif, dan mampu
mengoptimalkan potensi seluruh peserta didik dalam lingkungan yang aman dan
positif.
Terima
Kasih






