Banyak istilah yang memiliki
kemiripan definisi dengan metode pembelajaran, antara lain stategi pembelajaran,
gaya mengajar, dan teknik serta teknik pembelajaran.
Metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan oleh pengajar (guru) dalam menyampaikan materi pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. (Depdiknas, 2013).
Pendidikan dan pengajaran
(pembelajaran) yang dilakukan guru harus disesuaikan dengan perkembangan
peserta didik dan zaman. Kurikulum harus dapat menjembatani dan mewadahi proses
dan pembentukan peserta didik secara holistic, yaitu sikap pengetahuan dan
keterampilan.
Pembelajaran Abad 21 harus
memfasilitasi peserta didik untuk mampu berfikir 4C (keterampilan Abad 21),
yaitu komunikasi, colaborasi, kritis, kreatif. Empat keterampilan ini harus
didumiliki peserta didik agar mampu menjawab dan menyesuaikan diri dengan
segala permasalahan dan perubahan yang terjadi lingkungan sekolah dan
masyarakat.
Metode pembelajaran yang
sesuai dengan konsep kecakapan Abad 21 antara lain adalah (1) pembelajaran dengan
metode ilmiah, (2) inquiry/discovery
learning, (3) project-based learning,
dan (4) problem-based learning.
1. Metode Ilmiah
Metode ilmiah merupakan
metode yang biasa digunakan oleh para ilmuwan dalam menemukan pengetahuan,
metode ilmiah digunakan untuk mengembangkan cara-cara berpikir dan bekerja
secara ilmiah. Pembelajaran dengan pendekatan ilmiah diartikan juga sebagai pembelajaran yang terdiri atas kegiatan mengamati (untuk
mengidentifikasi hal-hal yang ingin/perlu/belum diketahui), menanya/merumuskan
pertanyaan, mengumpulkan informasi dengan satu atau lebih cara/teknik,
menalar/mengasosiasi (menggunakan data/informasi untuk menjawab
pertanyaan/menarik kesimpulan), dan mengomunikasikan jawaban/kesimpulan.
Langkah-langkah tersebut dapat dilanjutkan dengan kegiatan mencipta.
2. Inquiry/Discovery learning
Inquiry/Discovery Learning
memiliki dua proses utama, yaitu melibatkan peserta didik dalam mengajukan atau
merumuskan pertanyaan-pertanyaan (to
inquire) dan peserta didik menemukan (to
discover) jawaban atas pertanyaan mereka melalui serangkaian kegiatan
penyelidikan dan kegiatan-kegiatan sejenis (Sutman, et.al. 2008:
3. Project-based learning
Stoller (2006),
mendefinisikan Pembelajaran Berbasis Proyek sebagai pembelajaran yang
menggunakan proyek sebagai media dalam proses pembelajaran untuk mencapai
kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Penekanan pembelajaran
terletak pada aktivitas-aktivitas peserta didik untuk menghasilkan melalui
kegiatan-kegiatan meneliti, menganalisis, membuat, sampai dengan
mempresentasikan produk.
Produk yang dimaksud adalah
hasil proyek berupa atau jasa dalam bentuk desain, skema, karya tulis, karya
seni, karya teknologi/prakarya, dan lain-lain.
Melalui penerapan
Pembelajaran Berbasis Proyek, peserta didik berlatih merencanakan, melaksanakan
kegiatan sesuai rencana, dan menampilkan atau melaporkan hasil proyek. Menurut
Beliau, terdapat tiga jenis proyek berdasarkan sifat dan urutan kegiatannya,
yaitu:
(1)
proyek
terstruktur, ditentukan dan diatur oleh pendidik dalam hal topik, bahan,
metodologi, dan presentasi;
(2)
proyek
tidak terstruktur ditentukan terutama oleh peserta didik sendiri; dan
(3) proyek semi-terstruktur yang
ditentukan dan diatur sebagian oleh pendidik dan sebagian oleh peserta didik.
Dilihat dari bentuk aktivitas proyek
terdiri atas
(1)
Proyek
produksi yang melibatkan penciptaan seperti buletin, video, program radio,
poster, laporan tertulis, esai, foto, surat-surat, buku panduan, brosur, menu
banquet, jadwal perjalanan, dan sebagainya;
(2)
Proyek
kinerja seperti pementasan, presentasi lisan, pertunjukan teater, pameran
makanan atau fashion show;
(3)
Proyek organisasi seperti pembentukan klub, kelompok diskusi,
atau program-mitra percakapan.
4. problem-based learning
Pembelajaran Berbasis
Masalah (PBM) yaitu proses pembelajaran yang menuntut peserta didik tergerak
untuk belajar, melakukan kajian, dan berdiskusi untuk menemukan solusi dari
permasalahan tersebut.
Dengan kata lain nahwa pembelajaran
Berbasis Masalah adalah kegiatan pembelajaran yang memfokuskan pada pemecahan
masalah nyata, praktis, kontekstual, berbentuk masalah yang strukturnya tidak
jelas atau belum jelas solusinya (ill-structured)
atau open ended yang ada dalam
kehidupan peserta didik melalui prosedur ilmiah dalam pembelajaran, yang
kegiatannya dilaksanakan secara berkelompok.
Masalah yang dimaksudkan di sini
adalah masalah-masalah yang dialami oleh peserta didik dalam kehidupan
sehari-hari, sesuai dengan substansi kompetensi dasar mata pelajaran
masing-masing.
Pembelajaran Berbasis
Masalah menuntut peserta didik menggunakan pengetahuan yang dimilikinya untuk
diimplementasikan, dipergunakan dalam menyelesaikan berbagai masalah, mencari
pengetahuan untuk menyelesaikan masalah serta mengembangkan sikap dan
keterampilan intelektual untuk bekerjasama, berbagi, peduli, rasa ingin tahu,
dan saling menghargai sesamanya.
Sumber: Model Penilaian Formatif
Pada Pembelajaran Abad 21 untuk Sekolah Dasar. Pusat Penilaian Pendidikan
Balitbang Kemdikbud. 2019.
Semoga bermanfaat….! Jangan lupa berbagi….
No comments:
Post a Comment