Kondisi fisik sehat dan bugar merupakan dambaan setiap orang di manapun. Karena dengan fisik dan bugar apapun yang dimiliki akan terasa lebih bermakna, kerja lebih semangat dan tentunya menjadi salah satu jalan menuju umat terbaik, karena dapat menjalankan segala perintah-Nya dengan penuh semangat.
Kebugaran jasmani adalah kemampuan
seseorang untuk melakukan tugas fisik tanpa mengalami kelelahan yang berarti.
Untuk memperoleh kebugaran jasmani yang baik hanya dapat dicapai melalui
aktivitas fisik atau gerak tubuh (olahraga) secara teratur dan terukur serta
terstruktur dengan melibatkan komponen kebugaran jasmani.
Komponen kebugaran jasmani
yang terkait dengan kesehatan antara lain adalah kekuatan otot (muscle strength), daya tahan
kardiovaskuler (cardiovascular endurance),
dan kelenturan (flexibility).
Sedangkan yang terkait dengan kualitas tampilan (performa) antara lain
kelincahan (agility), keseimbangan (balance), koordinasi (coordination), kecepatan (speed), power (power), dan waktu reaksi (reaction
time). Dan terkait dengan kemampuan aerobik yaitu kekuatan otot (muscle strength), daya tahan otot (muscle endurance), kelentukan (flekibility), dan komposisi tubuh (body compotion). (Lutan, 2002).
Dari uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa komponen kebugaran jasmani antara lain:
1. Kekuatan
Otot (Muscle Strength)
Kemampuan otot untuk melakukan gerakan
gerakan terhadap tahanan yang diberikan.
2. Daya
Tahan Kardiovaskuler (Cardiovascular
Endurance)
Kemampuan untuk melakukan aktivitas
fisik dalam waktu lama dan tanpa mengalami kelelahan.
3. Daya Tahan Otot (Muscle Endurance)
Kemampuan otot untuk melakukan gerakan
terhadap tahanan yang diberikan dalam waktu yang lama.
4. Power
(Power)
Kemampuan otot untuk melakukan gerakan
yang kuat dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
5. Kelenturan
(Flexibility)
Kemampuan otot dan persendian untuk
melakukan gerakan seluas-luasnya.
6. Kecepatan
(Speed)
Kemampuan untuk melakukan gerakan dalam
wakti sesingkat-singkatnya.
7. Kelincahan
(Agility)
Kemampuan untuk melakukan gerakan
secepat-cepatnya tanpa kehilangan keseimbangan.
8. Keseimbangan
(Balance)
Kemampuan
untuk mengontrol atau mempertahankan posisi tubuh tanpa mengalami kehilangan
keseimbangan.
9. Waktu
Reaksi (Reaction Time)
Kemampuan untuk melakukan gerakan pada
batas waktu tertentu.
10. Komposisi
Tubuh (Body Compotion)
Banyak ahli sependapat bahwa komponen kebugaran jasmani
tersebut di atas, komponen daya tahan atau kardiovaskuler (Cardiovascular Endurance) adalah komponen terpenting dalam
menentukan kebugaran jasmani seseorang. (Depdiknas, 2000).
Daya tahan adalah kemampuan
tubuh untuk bekerja dalam waktu relatif lama tanpa mengalami kelelahan berarti.
Daya tahan tinggi dapat mempertahankan penampilan (performa) yang baik dalam
waktu lama. Inilah yang merupakan dambaan setiap orang bagaimana agar tetap
tampil prima dalam waktu lama setiap kali melaksanakan aktivitas fisik apapun.
Cardiovascular
Endurance atau Cardiovascular
respiratory Endurance (daya tahan jantung dan pernafasan) pada dasarnya
adalah kemampuan jantung dan alat pernafasan dalam menyediakan atau memenuhi
kebutuhan O2 (oksigen) yang dibutuhkan oleh seluruh jaringan tubuh.
Sebagai mana dijelaskan di
atas, bahwa kebugaran jasmani adalah kemampuan melakukan aktivitas fisik atau
tugas sehari-hari dalam waktu yang relatif lama dan tanpa mengalami kelelahan yang
berarti, serta dapat melakukan aktivitas fisik lainnya. Jika ditelaah tentang
aktivitas fisik sesuai definisi kebugara, maka intinya adalah kemampuan
melakukan aktivitas atau kegiatan fisik dalam waktu yang relatif lama.
Kemampuan ini terkait erat dengan kemampuan suplai energi (sumber tenaga) yang diperlukan tubuh. Inilah yang
disebut dengan kemampuan aktivitas aerobik atau kemampuan jantung dalam
menyediakan kandungan O2 (oksigen) agar mamapu menyuplai kebutuhan energi ke
seluruh tubuh atau disebut juga VO2 maks.
Aerobik adalah aktivitas
yang berlangsung lama dan dalam mencukupi anergi untuk tetap mampu beraktivitas
didukung oleh O2 (oksigen) atau udara. Kebugaran aerobik diukur dengan memantau
penyerapan O2 (oksigen) maksimum yang dikenal dengan VO2 maks. (Lutan, 2001). Sedangkan
kebalikan dari aktivitas aerob adalah anaerob (tanpa membutuhkan
oksigen/udara).
Pada aktivitas anaerob, sumber
energi atau tenaga diambil dari tenaga yang disimpan pada otot yang disebut ATP
(Adenosine Triphosphate) yang
merupakan hasil metabolisme anaerob. Metabolisme anaerob diartikan sebagai
proses kimiawai dalam tubuh yang memecah karbohidrat menjadi energi dengan
tanpa bantuan O² (oksigen). Aktivitas fisik anaerob waktu pelaksanaannya
realtif sangat singkat, yaitu antara 0-30 detik. Contoh aktivitas atau olahraga
anaerob misalnya lari 100 meter.
Metabolisme aerobik merupakan serentetan reaksi kimia pemecahan karbohidrat dan lemak menjadi
karbon dioksida, air dan energi dengan bantuan O2 (oksigen).
Aktivitas fisik aerob waktu pelaksanaannya realtif lebih lama, yaitu lebih dari
3 menit. Contoh aktivitas atau olahraga anaerob misalnya lari 1.500 meter ke
atas. Aktivitas olahraga antara 1,5-3
menit merupakan gabungan sistem asam laktat dan aerobik.
Misalnya lari 400 – 800 meter. Intinya adalah, selama aktivitas manusia
berlangsung proses aerobik dan
anaerobik terjadi
saling berganti untuk menyediakan enersi untuk meresintesis ATP.
Agar tubuh memiliki
kebugaran yang baik, maka tubuh harus mampu menyediakan O2 (oksigen) yang
dikenal dengan VO2 maks. Kandungan VO2 maks setiap orang berbeda-beda. Hal
inilah yang menyebabkan perbedaan tingkat kebugaran jasmani. Kemampuan VO2 maks
dapat ditingkatkan hanya dengan latihan aktivitas fisik atau olahraga secara
teratur, terstruktur dan progresif.
Teratur, bahwa olahraga
harus dilakukan secara terjadwal. Misalnya minimal dua atau tiga kali dalam
seminggu dengan rentang waktu latihan 20 - 30 menit jika olahraga yang
dilakukan hanya untuk menjaga kebugaran fisik saja. Sementara jika olahraga
untuk mencapai prestasi setinggi-tingginya, maka olahraga harus dilakukan
minimal empat atau lima kali dalam satu minggu dengan durasi antara 45 – 120
menit. (Harsono, 1988).
Terstruktur. Latihan fisik
harus memprhatikan bagian-bagian tubuh yang akan ditingkatkan kualitasnya. Oleh
karena itu perlakuan terhadap peningkatan kebugaran pada setiap bagian tubuh
harus juga memperhatikan komponen kebugaran apa yang ingin ditingkatkan
kualitasnya. Misalnya meningkatkan kekuatan otot bagian tas atau bagian bawah,
atau tubuh bagian depan dan belakang, meningkatkan kecepatan, dan lain-lain.
Agar proporsi atau komposisi kebugaran dari bagian tubuh selaras, maka harus
diupayakan semua komponen atau anggota tubuh dilatih dengan benar dan
memperhatikan keseimbangan. Karena perlakuan yang diberikan hanya pada sebagian
otot atau anggota tubuh saja akan memberikan dampak tubuh menjadi tidak
seimbang. Sebagai contoh, jika latihan hanya diberikan atau dilakukan terhadap
otot pada bagian atas, misalnya hanya melatih otot lengan bagian atas saja
yaitu biceps sementara otot belakang
yaitu triceps tidak dilatih, maka
akan membuat lengan akan tertarik ke
arah dalam (fleksi).
Progresif. Latihan fisik
harus memperhatikan beban lebih, artinya bahwa setiap latihan yang dilakukan
hendaknya masuk pada zona latihan atau training
zone. Oleh karena itu perlu penambahan beban atau tahanan. Jenis
peningkatannya bisa dengan penambahan waktu latihan, penambahan beban,
penambahan refetisi, dan lain-lain. Khususnya pada olahraga prestasi prinsip
penambahan beban lebih (overload
principle) dan pencapaian zona latihan (training
zone) harus betul-betul diperhatikan oleh pelaku (atlit) dan pelatih, karen
berapa lamapun berlatih, sesering apapun berlatih, sampai kapan pun
mengulang-ulang latihan peningkatan prestasi tidak mungkin dapat diraih.
(Harsono, 1988).
No comments:
Post a Comment