Mari Berbagi...dan Memberi....

2020-07-18

Pengertian Kebugaran Jasmani

| 2020-07-18

Pengertian kebugaran jasmani
Kondisi fisik sehat dan bugar merupakan dambaan setiap orang di manapun. Karena dengan fisik dan bugar apapun yang dimiliki akan terasa lebih bermakna, kerja lebih semangat dan tentunya menjadi salah satu jalan menuju umat terbaik, karena dapat menjalankan segala perintah-Nya dengan penuh semangat.

Kebugaran jasmani adalah kemampuan seseorang untuk melakukan tugas fisik tanpa mengalami kelelahan yang berarti. Untuk memperoleh kebugaran jasmani yang baik hanya dapat dicapai melalui aktivitas fisik atau gerak tubuh (olahraga) secara teratur dan terukur serta terstruktur dengan melibatkan komponen kebugaran jasmani.

Komponen kebugaran jasmani yang terkait dengan kesehatan antara lain adalah kekuatan otot (muscle strength), daya tahan kardiovaskuler (cardiovascular endurance), dan kelenturan (flexibility). Sedangkan yang terkait dengan kualitas tampilan (performa) antara lain kelincahan (agility), keseimbangan (balance), koordinasi (coordination), kecepatan (speed), power (power), dan waktu reaksi (reaction time). Dan terkait dengan kemampuan aerobik yaitu kekuatan otot (muscle strength), daya tahan otot (muscle endurance), kelentukan (flekibility), dan komposisi tubuh (body compotion). (Lutan, 2002).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa komponen kebugaran jasmani antara lain:

1.      Kekuatan Otot (Muscle Strength)

Kemampuan otot untuk melakukan gerakan gerakan terhadap tahanan yang diberikan.

2.      Daya Tahan Kardiovaskuler (Cardiovascular Endurance)

Kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik dalam waktu lama dan tanpa mengalami kelelahan.

3.       Daya Tahan Otot (Muscle Endurance)

Kemampuan otot untuk melakukan gerakan terhadap tahanan yang diberikan dalam waktu yang lama.

4.      Power (Power)

Kemampuan otot untuk melakukan gerakan yang kuat dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.

5.      Kelenturan (Flexibility)

Kemampuan otot dan persendian untuk melakukan gerakan seluas-luasnya.

6.      Kecepatan (Speed)

Kemampuan untuk melakukan gerakan dalam wakti sesingkat-singkatnya.

7.      Kelincahan (Agility)

Kemampuan untuk melakukan gerakan secepat-cepatnya tanpa kehilangan keseimbangan.

8.      Keseimbangan (Balance)

Kemampuan untuk mengontrol atau mempertahankan posisi tubuh tanpa mengalami kehilangan keseimbangan.

9.      Waktu Reaksi (Reaction Time)

Kemampuan untuk melakukan gerakan pada batas waktu tertentu.

10.   Komposisi Tubuh (Body Compotion)

Banyak ahli sependapat bahwa komponen kebugaran jasmani tersebut di atas, komponen daya tahan atau kardiovaskuler (Cardiovascular Endurance) adalah komponen terpenting dalam menentukan kebugaran jasmani seseorang. (Depdiknas, 2000).

Daya tahan adalah kemampuan tubuh untuk bekerja dalam waktu relatif lama tanpa mengalami kelelahan berarti. Daya tahan tinggi dapat mempertahankan penampilan (performa) yang baik dalam waktu lama. Inilah yang merupakan dambaan setiap orang bagaimana agar tetap tampil prima dalam waktu lama setiap kali melaksanakan aktivitas fisik apapun.

Cardiovascular Endurance atau Cardiovascular respiratory Endurance (daya tahan jantung dan pernafasan) pada dasarnya adalah kemampuan jantung dan alat pernafasan dalam menyediakan atau memenuhi kebutuhan O2 (oksigen) yang dibutuhkan oleh seluruh jaringan tubuh.

Sebagai mana dijelaskan di atas, bahwa kebugaran jasmani adalah kemampuan melakukan aktivitas fisik atau tugas sehari-hari dalam waktu yang relatif lama dan tanpa mengalami kelelahan yang berarti, serta dapat melakukan aktivitas fisik lainnya. Jika ditelaah tentang aktivitas fisik sesuai definisi kebugara, maka intinya adalah kemampuan melakukan aktivitas atau kegiatan fisik dalam waktu yang relatif lama. Kemampuan ini terkait erat dengan kemampuan suplai energi (sumber  tenaga) yang diperlukan tubuh. Inilah yang disebut dengan kemampuan aktivitas aerobik atau kemampuan jantung dalam menyediakan kandungan O2 (oksigen) agar mamapu menyuplai kebutuhan energi ke seluruh tubuh atau disebut juga VO2 maks.  

Aerobik adalah aktivitas yang berlangsung lama dan dalam mencukupi anergi untuk tetap mampu beraktivitas didukung oleh O2 (oksigen) atau udara. Kebugaran aerobik diukur dengan memantau penyerapan O2 (oksigen) maksimum yang dikenal dengan VO2 maks. (Lutan, 2001). Sedangkan kebalikan dari aktivitas aerob adalah anaerob (tanpa membutuhkan oksigen/udara).

Pada aktivitas anaerob, sumber energi atau tenaga diambil dari tenaga yang disimpan pada otot yang disebut ATP (Adenosine Triphosphate) yang merupakan hasil metabolisme anaerob. Metabolisme anaerob diartikan sebagai proses kimiawai dalam tubuh yang memecah karbohidrat menjadi energi dengan tanpa bantuan O² (oksigen). Aktivitas fisik anaerob waktu pelaksanaannya realtif sangat singkat, yaitu antara 0-30 detik. Contoh aktivitas atau olahraga anaerob misalnya lari 100 meter.

Metabolisme aerobik merupakan serentetan reaksi kimia    pemecahan karbohidrat dan lemak menjadi karbon dioksida, air dan energi dengan bantuan O2 (oksigen). Aktivitas fisik aerob waktu pelaksanaannya realtif lebih lama, yaitu lebih dari 3 menit. Contoh aktivitas atau olahraga anaerob misalnya lari 1.500 meter ke atas. Aktivitas olahraga antara 1,5-3 menit merupakan gabungan sistem asam laktat dan aerobik. Misalnya lari 400 – 800 meter. Intinya adalah, selama aktivitas manusia berlangsung proses aerobik dan anaerobik terjadi saling berganti untuk menyediakan enersi untuk meresintesis ATP.

Agar tubuh memiliki kebugaran yang baik, maka tubuh harus mampu menyediakan O2 (oksigen) yang dikenal dengan VO2 maks. Kandungan VO2 maks setiap orang berbeda-beda. Hal inilah yang menyebabkan perbedaan tingkat kebugaran jasmani. Kemampuan VO2 maks dapat ditingkatkan hanya dengan latihan aktivitas fisik atau olahraga secara teratur, terstruktur dan progresif. 

Teratur, bahwa olahraga harus dilakukan secara terjadwal. Misalnya minimal dua atau tiga kali dalam seminggu dengan rentang waktu latihan 20 - 30 menit jika olahraga yang dilakukan hanya untuk menjaga kebugaran fisik saja. Sementara jika olahraga untuk mencapai prestasi setinggi-tingginya, maka olahraga harus dilakukan minimal empat atau lima kali dalam satu minggu dengan durasi antara 45 – 120 menit. (Harsono, 1988).

Terstruktur. Latihan fisik harus memprhatikan bagian-bagian tubuh yang akan ditingkatkan kualitasnya. Oleh karena itu perlakuan terhadap peningkatan kebugaran pada setiap bagian tubuh harus juga memperhatikan komponen kebugaran apa yang ingin ditingkatkan kualitasnya. Misalnya meningkatkan kekuatan otot bagian tas atau bagian bawah, atau tubuh bagian depan dan belakang, meningkatkan kecepatan, dan lain-lain. Agar proporsi atau komposisi kebugaran dari bagian tubuh selaras, maka harus diupayakan semua komponen atau anggota tubuh dilatih dengan benar dan memperhatikan keseimbangan. Karena perlakuan yang diberikan hanya pada sebagian otot atau anggota tubuh saja akan memberikan dampak tubuh menjadi tidak seimbang. Sebagai contoh, jika latihan hanya diberikan atau dilakukan terhadap otot pada bagian atas, misalnya hanya melatih otot lengan bagian atas saja yaitu biceps sementara otot belakang yaitu triceps tidak dilatih, maka akan membuat lengan  akan tertarik ke arah dalam (fleksi).

Progresif. Latihan fisik harus memperhatikan beban lebih, artinya bahwa setiap latihan yang dilakukan hendaknya masuk pada zona latihan atau training zone. Oleh karena itu perlu penambahan beban atau tahanan. Jenis peningkatannya bisa dengan penambahan waktu latihan, penambahan beban, penambahan refetisi, dan lain-lain. Khususnya pada olahraga prestasi prinsip penambahan beban lebih (overload principle) dan pencapaian zona latihan (training zone) harus betul-betul diperhatikan oleh pelaku (atlit) dan pelatih, karen berapa lamapun berlatih, sesering apapun berlatih, sampai kapan pun mengulang-ulang latihan peningkatan prestasi tidak mungkin dapat diraih. (Harsono, 1988).




Related Posts

No comments:

Post a Comment