Mari Berbagi...dan Memberi....

2011-08-19

Memurnikan Olahraga Melalui Pendidikan Jasmani

| 2011-08-19
Pendidikan jasmani sebagai alternatif pembentukan jiwa dan karakter generasi muda

Sejarah perkembangan olahraga sama tuanya dengan sejarah perkembangan manusia, karena manusia hidup dan selama kehidupannya senantiasa memerlukan gerak atau aktivitas.  
Olahraga merupakan bagian yang tak terpisahkan dari aspek kehidupan manusia, karena disadari atau tidak manusia senantiasa bergerak (move) untuk memenuhi kebutuhan hidup maupun untuk mempertahankan kelangsungan hidup mereka, hal ini telah dilakukan sejak ribuan tahun lalu, walaupun dengan bentuk, cara dan tujuan yang berbeda.
Bangsa primitif, dengan alam dan kondisi yang ada waktu itu, melakukan kegiatan yang banyak melibatkan tubuh, tidak berolahraga, tapi sebagai usaha untuk memenuhi kebutuhan dan mempertahankan hidup. Mempertahankan diri dari tantangan alam dan kelompok lain dengan segala bentuknya, agar hidup dan kehidupan dapat berlangsung dan dipertahankan. Selain itu, aktivitas jasmani (olahraga) sering dihubungkan dengan kegiatan yang dilakukan turun temurun serta menyangkut kepercayaan yang sakral, seperti halnya memuja dewa.
Dewasa ini perkembangan olahraga di masyarakat cukup menggembirakan walaupun secara umum seluruh lapisan masyarakat belum memahami dan sekaligus memanfaatkan hakekat dari olahraga. Apa lagi masyarakat di daerah pedalaman yang masih sangat asing pemahamannya tentang apa, untuk apa, dan bagaimana cara melakukan olahraga yang baik.
Perkembangan olahraga baik tingkat nasional, regional maupun internasional sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia, terutama bagi sebagian pelaku dan pencinta olahraga yang langsung maupun tidak langsung merasakan manfaat dari aktivitas olahraga tersebut. Di sisi lain, olahraga juga tidak terlepas dan sudah menjadi bagian dari politik. Artinya kepentingan-kepentigan politik mulai memasuki ranah kebebasan dan hakikat dari olahraga yang merupakan “kegiatan yang dilkukan untuk bersenang-senang” atau disportare, dan merupakan aktivitas yang menjunjung tinggi kejujuran (fair play).
Olahraga terkadang juga digunakan sebagai ajang politik dan mencari sensasi, gengsi dan kebanggaan sebagian besar pelaku dan pencinta olahraga, bahkan yang lebih membingungkan lagi adalah campur tangan politik praktis pemerintah yang mengintervensi wilayah keolahragaan yang menjadikan olahraga sebagai ajang adu kekuatan politik, kekuasaan, gengsi dan prestise tersebut. Siapa yang mampu memenangkan pertandingan dan dinyatakan sebagi juara (umum), maka dipandang sebagi negara yang memiliki kekuatan, kesuksesan serta dijadikan sebagai barometer perkembangan kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknilogi (IPTEK).
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi telah merambah dan memasuki seluruh aspek kehidupan manusia, tak terkecuali bidang olahraga. Oleh karena itu, untuk mewujudkan pencapai puncak prestasi dilakukan melalui berbagai upaya baik melalui penggunaan teknologi ilmu kepelatihan melalui penyempurnaan motode, alat dan media yang digunakan. Dan yang lebih disayangkan adalah pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan terhadap peraturan yangs seharusnya ditegakkan dengan menghalalkan segala macam cara untuk meraih kemenangan. Dengan demikian hal ini tentu sangat bertentangan dengan nilai-nilai luhur olahraga yaitu “kejujuran/sportifitas” atau “fair play“, bahkan menyimpang dengan “Gerakan Olimpiade (Olympic Movement) “. Bentuk pelanggaran tersebut dari mulai yang sederhana, misalnya memanipulasi data atlit hingga tindakan subyektifitas bahkan penggunaan oabat-obat terlarang atau lebih dikenal dengan doping.
Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan yang dilaksanakan di sekolah merupakan bagian integral dari sistem pendidikan nasional memegang peran yang penting dan sangat stategis dalam upaya membentuk manusia Indonesia secara utuh dan menyeluruh sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
Dalam makalah ini, penulis akan mencoba menganalisis peran Penididkan Jasmani di sekolah dalam membangun sikap dan nilai-nilai luhur olahraga yaitu “fair play” sesuai dengan Gerakan Olimpiade (Olympic Movement)  
A.     Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka permasalahan yang akan dicoba dibahas adalah:
1.        Bagai mana upaya memurnikan olahraga melalui Pendidikan Jasmani ?
2.        Efektifkah Pendidikan Jasmani dalam mewujudkan nilai-nilai olahraga sesuai dengan Gerakan Olimpiade (Olympic Movement) ? 

B.     Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk membahas tentang :
1.      Membahas tentang upaya memurnikan olahraga melalui Pendidikan Jasmani di Indonesia.
2.      Memberikan penjelasan tentang Efektifkah Pendidikan Jasmani dalam mewujudkan nilai-nilai olahraga sesuai dengan Gerakan Olimpiade (Olympic Movement).







BAB II
PENDIAIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN
GERAKAN OLIMPIADE (OLYMPIC MOVEMENT)

A.           Pendidikan  Jasmani
Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dari sistem pendidikan nasional memegang peran yang penting dan sangat stategis dalam upaya membentuk manusia Indonesia secara utuh dan menyeluruh sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan malalui aktivitas jasmani untuk mencapai tujuan pendidikan.1  Menurut UNESCO dalam “International Charter of Physical Education and Sport” pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Lingkungan belajar diatur secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah, jasmani, psikomotor, kognitif, dan afektif setiap siswa.2
Menutur Dr. Syarifudin M.Pd dalam Pokok-pokok Pengembangan Program Pembelajaran Pendidikan Jasmani bahwa tujuan pendidikan jasmani mencakup empat komponen, yakni : 1) komponen organik, merupakan gambaran tujuan aspek fisik dan psikomotor yang harus dicapai pada setiap proses pembelajaran, yang meliputi; kapasitas fungsional dari organ-organ seperti daya tahan jantung dan otot.              2) komponen neuromuskuler merupakan gambaran tujuan yang meliputi aspek kemampuan unjuk kerja keterampilan gerak yang didasari oleh kelenturan, kelincahan, keseimbangan, dan kecepatan. 3) komponen intelektual, merupakan gambaran yang dapat dipadankan dengan kognitif. 4) komponen emosional, merupakan gambaran yang dapat dipadankan dengan afektif.3
Tujuan Pendidikan Jasmani sebagai mana tertuang dalam kurikulum 2004, yaitu : adalah meletakan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai dalam Pendidikan Jasmani.
1.)    membangun landasan kepribadian yang kuat, sikap cinta damai, sikap sosial dan toleransi dalam konteks kemajemukan budaya, etnis dan agama.
2.)    menumbuhkan kemampuan berfikir kritis melalui pelaksanaan tugas-tugas ajar Pendidikan Jasmani.
3.)    mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerjasama, percaya diri dan demokrasi melalui aktivitas jasmani.
4.)    mengembangkan kemampuan gerak dalam keterampilan berbagai macam permainan dan olahraga.
5.)    mengembangkan ketermapilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melaluia berbagai aktivitas jasmani.
6.)    mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri dan orang lain.
7.)    mengetahui dan memahami konsep aktivitas jasmani sebagai informasi untuk mencapai kesehatan, kebugaran, dan pola hidup sehat.
8.)    mampu mengisi waktu luang dengan aktivitas jasmani yang bersifat rekreatif.4
Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi.5
Dalam SK Mendikbud Nomor 413/U/1978 dijelaskan mengenai pengertian pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan yang bertujuan mengembangkan individu secara organic, neuromuskuler, intelektual, dan emosional melalui berbagai aktivitas jasmani. Pendidikan Jasmani adalah pergaulan pedagogig dalam dunia gerak dan penghayatan jasmani. Juga dikatakan bahwa guru pendidikan jasmani mencoba mencapai tujuannya dengan mengajarkan dan memajukan aktifitas-aktifitas jasmani. Dengan demikian diharpkan akan tercapaidari proses pembelajaran Pendidikan Jasmani antara lain:
a. Pembentukan gerak :
1)    Memenuhi serta mempertahankan keinginan gerak
2)    penghayatan ruang, waktu dan bentuk serta pengembangan parasaan irama
3)    mengenal kemungkinan gerak diri sendiri
4)    memiliki keyakinan gerak dan mengembangkan perasaan sikap
5)    memeperkaya dan memperluas kemampuan gerak dengan melakukan pengalaman gerak.
b. Pembentukan prestasi :
1)    mengembangkan kemampuan kerja optimal dengan mengajarkan ketangkasan-ketangkasan.
2)    Belajar mengarahkan diri pada pencapaian prestasi ( kemauan, konsentrasi, keuletan, kewaspadaan kepercayaan pada diri sendiri )
3)    Penguasaan emosi
4)    Belajar mengenal kemauan dan keterbatasan diri
5)    Meningkatkan sikap tepat terhadap nilai yang nyata dari tingkat dan bidang prestasi, dalam kehidupan sehari – hari dalam masyarakat dan olahraga.
c. Pembentukan sosial :
1)      Pengakuan dan penerimaan peraturan – peraturan dan norma-norma bersama
2)      Mengikut sertakan kedalam struktur kelompok fungsional. Belajar bekerjasama. Menerima pimpinan dan memberikan pimpinan
3)      Pengembangan perasaan kemasyarakatan dan pengakuan terhadap orang lain sebagai pribadi – pribadi.
4)      Belajar bertanggung jawab terhadap yang lain, memberi pertolongan memberi perlindungan dan berkorban.
5)      Belajar mengenal dan mengalami bentuk – bentuk pelepas lelah secara aktif untuk pengisian waktu senggang.
d. Pertumbuhan badan
1)      Peningkatan syarat – syarat yang diperlukan untuk dapat tumbuh, bersikap dan bergerak dengan baik untuk dapat berprestasi secara optimal (kuatan dan mobilitas, pelepasan keteganagn dan kesiapsiagaan).
2)      Meningkatkan kesehatan jasmani dan rasa tanggung terhadap kesehatan diri dengan membiasakan cara-cara hidup sehat.6
Pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan prilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif dan kecerdasan emosi.7  Olahraga pendidikan adalah pendidikan jasmani dan olahraga yang dilaksanakan sbegai bagian proses pendidikan yang teratur dan berkesinambungan untuk memperoleh pengetahuan, kepribadian, keterampilan, kesehatan dan kebugaran jasmani.8
Dari pendapat diatas sangat jelas bahwa tujuan pendidikan jasmani yang diselenggarakan di sekolah diharapkan mampu membentuk manusia yang memiliki kompetensi dan daya saing dalam menghadapai tatanan nasional maupun dunia global. Oleh karena itu pencapaian tujuan pendidikan Jasmani harus menyentuh tiga aspek, yaitu kognisi, afeksi dan psikomotorik.
Pendidikan Jasmani merupakan sarana yang sangat efektif dalam membentuk manusia yang memiliki kecerdasan dan karakter moral yang tinggi. Melalui pembelajaran Pendidikan Jasmani, peserta didik sejak dini telah dibiasakan untuk melakukan dan menginternalisasi nilai-nilai yang terkandung dalam Penjas, baik melalui proses pembelajaran, permainan atau game maupun interaksi dengan lingkungan belajar selama mengikuti proses pembelajaran.

B.           OLAHRAGA (Sport)
Sport berasal dari bahasa Latin ”disportare” atau “deportare” dalam bahasa Itali ”deporte” yang artinya penyenangan, pemeliharaan atau menghibur untuk bergembira. Dapatlak dikatakan bahwa sport ialah kegiatan manusia manusia untuk memenuhi kebutuhan gerak melalui aktivitas yang menyenangkan atau menggebirakan diri sambil memelihara jasmaniah. Sedangkan olahraga berasal dari Bahasa Indonesia, yaitu olah yang berarti pelihara, olah atau kelola; sedangkan raga berarti jasad atau jasmani.9  Olahraga adalah upaya merubah atau menyempurnakan raga/manusia.10 Dengan demikian olahraga dapat diartikan sebagai upaya untuk mengolah atau menyemprnakan jasmani menjadi lebih baik/lebih sempurna.  
Menurut UNESCO (ICSPE) bahwa sport atau olahraga adalah setiap aktiviyas fisik berupa permainan yang berisikan perjuangan (struggle) melawan unsur-unsur alam, orang lain maupun diri sendiri.11 (abdul kadir ateng =Konsep dasar pengembangan kebugaran jasmani dalam meningkatkan kebugaran dan keterampilan). Olahraga juga diartikan sebagai kegiatan yang sistematis untuk mendorong, membina, serta mengembangkan potensi jasmani, rohani dan social.12
Olahraga saat ini bukan lagi sebagai disportare sebagai mana definisi atau pengertian awal olahraga. Olahraga merupakan kegiatan yang lebih cenderung bersifat kompetitif. Oleh karenanya, dalam pelaksanaan olahraga sebagai “competitive sport” seringkali menggunakan cara-cara yang tidak sportif atau fair yang seharusnya dilakukan.

C.           GERAKAN OLIMPIADE (OLYMPIC MOVEMENT)
Gerakan Olimpiade atau Olympic Movement adalah suatu gerakan kependidikan untuk anak-anak muda di seluruh dunia. Mengangkat semangat falsafah olimpiade (olympism), gerakan ini mencari cara untuk membangun dunia yang lebih baik dan lebih damai, baik dengan caranya sendiri maupun bekerjasama dengan organisasi lain, terutama dengan PBB dan agen-agennya. Olympism disebarluaskan melalui gerakan olimpiade (Olympic Movement) dimana olahraga sebagai titik sentralnya.13
Olympism adalah suatu falsafah kehidupan, menyatunya dalam keseimbangan antara badan yang sehat, kemauan dan kecerdasan dalam membangun kehidupan yang damai. Olympism adalah falsafah, prinsip atau ajaran yang berkaitan dengan upaya menjadikan olahraga dan berbagai kompetisinya sebagai alat untuk mendukung dan meningkatkan perkembangan yang seimbang dari manusia sebagai suatu langkah penting dalam mebangun masyarakat yang damai yang benar-benar menghormati kewibawaan manusia.
·         Perkembangan seimbang dari fisik (tubuh), kemauan dan pikiran.
·         Keriangan yang ditemukan dalam perjuangan,
·         Nilai kependidikan untuk menjadi role model yang baik untuk pihak lain,
·         Respek pada etika universal termasuk toleransi, kebaikan hati, persatuan, persahabatan, tidak diskriminatif, dan respek pada orang lain.

·         Manusia di negara manapun mencintai olahraga. Nilai-nilai olahraga seperti kesegaran jasmani, jujur, kerja sama, keinginan untuk mencapai sesuatu keunggulan merupakan sifat yang universal. Olahraga selalu dapat dimanfaatkan sebagai usaha yang kuat dalam kehidupan manusia untuk menanggulangi keterpurukan karena peperangan maupun kemiskinan khususnya yang menyangkut kehidupan anak-anak. Tahun Internasional Olahraga dan Pendidikan Jasmani mengingatkan kepada Pemerintah, organisasi-organisasi internasional dan kelompok masyarakat dimana saja untuk menggerakkan olahraga dalam usaha mempromosikan hak azasi dan kesejahteraan manusia serta perdamaian. (Piere de Coubertin)
·         Tujuan Gerakan Olimpiade adalah untuk mengadakan dan menyebar luaskan olahraga, untuk menjamin keberadaan dan kekuatannya, sehingga memungkinkan mereka melaksanakan tugas pendidikan yang diembankan kepadanya dalam dunia modern ini, untuk kejayaan individu atlet melalui aktivitas jasmaninya diperlukan untuk melestarikan nilai/semangat fair play secara umum dalam berkompetisi.
·         Tujuan akhir olahraga terletak dalam peranannya sebagai wahana unik dalam menyempurnakan watak manusia, sebagai sarana untuk memiliki dan membentuk kepribadian yang kuat, serta menumbuh kembangkan sifat yang mulia. Hanya orang-orang yang memiliki kebajikan moral seperti inilah yang menjadi warga masyarakat yang berguna.
            Olympic Charter adalah buku undang-undang yang memuat prinsip-prinsip fundamental, peraturan dan ketentuan yang disusun dan diberlakukan oleh IOC. Buku tersebut mengatur pengoperasian gerakan olimpiade dan menyediakan kondisi untuk berhasilnya pelaksanaan Olimpiade. Setiap bentuk diskriminasi yang didasarkan pada ras, agama, politik, gender, dan sebaliknya tidak sesuai dengan olympic charter dan olympic movement.
Olahraga sebagai wahana dan sekaligus cara untuk membangun manusia yang utuh baik sebagai insan maupun sebagai sumber daya pembangunan. Jadi olahraga bukanlah suatu tujuan, melainkan suatu wahana untuk membentuk manusia yang dilandasi prinsip-prinsip dasar yang telah dicanangkan melalui Olympic Charter. Prinsip- prinsip dasar Olympic Charter meliputi :
1.    Gerakan Olimpiade modern pernah dicetuskan oleh orang-orang yang mengikuti konggres Paris Atletik Internasional yang diselenggarakan pada bulan Juni 1894. Gerakan tersebut menjadikan kesan yang mendalam bagi de Coubertin yang kemudian menjadi cita-cita untuk dapat di terapkan dan disebar luaskan. Komite Olahraga Internasional (IOC) telah membentuk dirinya pada tanggal 23 Juni 1894. Konggres ke XII yang diselanggarakan pada bulan Agustus 1994 merupakan peringatan 100 tahun berdirinya IOC, diselanggarakan di Paris dan disebut pula sebagai “Konggres untuk Persatuan (Congress of Unity)”.
2. Olympism adalah suatu filsafat kehidupan, keterkaitan yang utuh / menyatu dalam keseimbangan antara badan yang sehat, kemauan dan kecerdasan. Menyatunya olahraga dengan kebudayaan dan pendidikan menjadikan gerakan olahraga sebagai wahana untuk mengembangkan pola hidup sehat melalui usaha yang menggembirakan, meningkatkan perilaku yang didasari atas prinsip-prinsip dasar etika secara universal.
3. Tujuan Olympism adalah menempatkan olahraga dimana saja sebagai wahana pembentukan manusia secara utuh yang harmonis dalam usaha membangun suatu masyarakat yang damai dengan saling menghormati. Untuk kepentingan ini gerakan olahraga berusaha secara sendiri-sendiri ataupun bekerjasama dengan organisasi yang terkait menciptakan kegiatan-kegiatan dalam usaha membangun perdamaian yang abadi.
4 Gerakan Olimpiade yang diprakarsai oleh IOC berawal dari pandangan Olimpiade modern dan kemudian dikembangkan dan disebar luaskan melalui berbagai program kegiatan.
5. Tujuan gerakan olimpiade (Olympic Movement) adalah memberikan sumbangan dalam membentuk suatu kedamaian dan kehidupan yang lebih baik dengan memberikan pendidikan anak-anak muda melalui kegiatan / program olahraga dengan tidak memandang adanya perbedaan-perbedaan berdasarkan semangat Olympiade, memperhatikan persamaan pandangan dengan suatu semangat persahabatan, kebersamaan dan fair play.
6. Dibawah pengawasan IOC, gerakan Olimpiade meliputi organisasi organisasi, para olahragawan dan siapa saja yang bersedia melakukan program kegiatan yang sesuai dengan Olympic Charter. Gerakan Olimpiade menggunakan kriteria yang kesemuanya diakui oleh IOC. Organisasi dan management olahraga harus diawasi oleh organisasi olahraga yang mandiri di bawah naungan IOC.
7. Kegiatan gerakan Olimpiade dilambangkan dengan lima lingkaran, bersifat universal dan permanen. Lingkaran tersebut menggambarkan lima Benua. Kegiatan tersebut berlanjut dan berkesinambungan yang akhirnya mencapai puncaknya dalam pertemuan olahragawan dari seluruh benua dalam festival akbar olahraga, yaitu Olympic Games.
8. Melakukan olahraga adalah hak asasi manusia. Setiap orang harus diberi kesempatan untuk melakukan olahraga sesuai dengan kebutuhannya masing-masing
9. Olympic Charter adalah kodifikasi dari Prinsip-Prinsip Dasar (Fundamental Principles), Aturan-Aturan dan Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga yang telah disetujui IOC. Olympic Charter mengatur pelaksanaan Gerakan Olimpiade dan organisasinya, termasuk mengatur pelaksanaan Olympic Games.
Olahraga yang dilakukan secara teratur akan memberikan pelajaran yang beguna dalam kehidupan di masyarakat. Toleransi, kerja sama, kebersamaan adalah masalah yang perlu mendapat perhatian kemudian dikembangkan melalui kegitan olahraga yang berdampak pada kehidupan masyarakat sehari-hari. Nilai-nilai dasar olahraga searah dengan prinsip-prinsip United Nation Charter. Olahraga adalah segalanya, tidak mengenal batas, dan dapat masuk ke semua bidang. Kofi Annan (United Nation)
Olahraga yang dilakukan melalui perancangan dan palaksanaan yang benar merupakan sekolah yang baik bagi kehidupan masa sekarang dan masa depan, oleh karena itu olahraga yang dimulai sejak anak-anak berada di sekolah dasar yang dikenal dengan istilah mata palajaran pendidikan jasmani haruslah mendapat perhatian dan ditunjang dengan segala aspek yang diperlukan.
Keterampilan yang diperolah melalui berbagai macam partisipasi dalam permainan merupakan dasar perkembangan manusia secara keseluruhan. Keterampilan tersebut dapat berupa kerja sama, percaya dan harga diri yang merupakan faktor-faktor penting yang mendasar untuk membentuk pribadi manusia agar mereka dapat dan mampu berpikir dan berbuat untuk kepentingan dirinya, masyarakat, negara, bangsa dan dunia (kepentingan masa depannya). Adolf Ogi (Special Advisor to the United Nations Secretary-General on Sport for Development and Peace)



Keterampilan dan nilai-nilai yang dapat dipelajari melalui olahraga

kooperatif                                          fair play
komunikatif                                       berbagi kesenangan dan kesusahan
menghormati peraturan                  menghargai diri sendiri
masalah dan pemecahannya       percaya kepada orang lain
saling mengerti                                menghormati orang lain
memahami orang lain                     toleransi
kepemimpinan                                 ulet dan tabah
menghargai usaha keras               disiplin
menyikapi kemenangan                 percaya diri
menyikapi kekalahan                       

Untuk menyebarluaskan ajaran Olympism, IOC membentuk INTERNATIONAL OLYMPIC ACADEMY (IOA) yang yang bertujuan melakukan studi, memperkaya dan mendukung idealisme atau ajaran olimpiade (olympism). Bahkan disetiap Negara anggota IOC wajib memiliki NOA (National Olympic Academy) yang tugasnya adalah menjadi kepanjangan tangan dari IOA, yang berkaitan erat dengan peranan memberikan bimbingan dan penyuluhan serta pengajaran. Dalam hal penyuluhan, Olympic Academy bertugas menyediakan dan menyebarkan informasi yang berkaitan dengan Olympism dan Olympic Charter kepada para pengurus, manajer, serta tim anggota dari NOC.
BAB III
P E M B A H A S A N

Dewasa ini, di mana saja, dan kapan saja setiap orang mengetahui bahwa olahraga merupakan bagian dari sisi kehidupan manusia. Hal ini bermula sejak ribuan tahun lalu, terutama sejak pelaksanan olimpiade modern tahun 1896 atas prakarsa Piere de Coubertin.
Ilmuwan terdahulu seperti Socrates, Plato, Aristoteles telah memahami dan menyatakan bahwa peran tubuh atau fisik dalam kehidupan sangat penting. Salah satu untuk memperoleh bentuk tubuh yang indah dan kuat dapat dilakukan melalui aktivitas olahraga (Sport). Namun demikian olahraga bukan merupakan tujuan akhir, namun yang lebih penting adalah bagai mana menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dari olahraga.
Olahraga yang kita kenal dewasa ini lebih telah mengalami pergeseran makna dari makna asal olahraga atau sport yaitu disportare. Olahraga yang kini lebih kita kenal sebagai Competition Soprt yang dalam pelaksanaannya sering melenceng dan keluar dari nilai-nilai olahraga, dan Olympic Carter   yang tujuannya adalah menempatkan olahraga dimana saja sebagai wahana pembentukan manusia secara utuh yang harmonis dalam usaha membangun suatu masyarakat yang damai dengan saling menghormati. Untuk kepentingan ini gerakan olahraga berusaha secara sendiri-sendiri ataupun bekerjasama dengan organisasi yang terkait menciptakan kegiatan-kegiatan dalam usaha membangun perdamaian yang abadi.
Pelanggaran dan penodaan terhadap nilai-nilai sportifitas dan Olympic Carter sering terjadi dalam hampir setiap even olahraga, baik nasional, regional maupun Olympic Games, hal ini disebabkan salah satunya adalah karena adanya campurtangan politik dan pemerintah, sehingga kepentingan politik dan kekuasaan memasuki dan sekaligus membuka ruang untuk terjadinya pelangaran nilai-nilai fair play. Akibatnya adu kekuatan, prestise dan gengsi menyebabkan terbukanya ruang untuk melakukan pelanggaran tersebut. Bermacam-macam penyimpangan tersebut antara lain mulai dari yang sederhana seperti pemalsuan data atlit ingga penggunaan obat-obat terlarang atau doping.
Jadi dapat disimpulkan bahwa apapun jenis dan bentuk pelanggaran dan penyimpangan dari nilai-nilai sportifitas atau fair play bertentangan dengan nilai disportare dan Olympic Carter yang harus dicegah dan dijaga agar pada setiap kegiatan olagraga kompetitif tidak terjadi lagi atau paling tidak bisa diminimalisir. Lalu bagai mana upaya yang dpat dilakukan? Sejak jaman Yunani Kuno, para ahli telah menyadari bahwa pentingnya pendidikan jasmani untuk membentuk watak dan sikap yang kesatria.
Pendidikan jasmani di Indonesia merupakan bagian yang tak terpisahkan dari system pendidikan secara keseluruhan, merupakan alat yang tepat untuk mendidik dan menanamkan kebiasaan untuk hidup sportif atau fair play. Hal ini harus dilakukan melalui internalisasi nilai-nilai pendidkan jasmani di sekolah yang disampikan melalui gerak, olahraga dan permainan. Fair play merupakan alat yang efektif untuk memurnikan sport, dan sebaliknya bahwa olahraga yang dilakukan secara fair menjadi alat yang tepat untuk mewujudkan tujuan pendidikan dalam membentuk peserta didik (manusia) yang berkarakter.
Olah karena itu, pendidikan jasmani yang telah tertuang dalam kurikulum KTSP harus dikembangkan dan didesain secara optimal berdasarkan pertimbangan kebutuhan peserta didik, agar pendidikan yang dilakukan bermanfaat dan sekaligus siswa dapat mengambil manfaat dari proses belajarnya terutama dalam memasuki kehidupan di lingkungan masyarakat. Sekolah harus senantiasa membiasakan sikap kompetitif yang tentu saja harus dilaksanakan dalam kerangka fair play, hal ini untuk membiasakan penanaman nilai-nilai luhur olahraga. Dan apabila sikap ini telah tertanam dan mengurat-akar, maka di manapun dan kapan pun terutama dalam kegiatan olahraga senantissa menjunjung tinggi nilai sportifitas.  Dengan demikian tujuan dari pendidkan jasmani sendiri akan tercapai, seperti:
1.        Terbentuk karakter yang kuat, hal ini dapat dilakukan melalui internalisasi nilai-nilai pendidikan jasmani.
2.        Terbentuk landasan kepribadian yang kuat, sikap cinta damai, social, toleransi dalam suasana kemajemukan social dan budaya serta tingkat competitive sport yang semakin ketat.
3.        Menumbuhkan sikap berpikir kritis
4.        Mengembangkan sikap sortif seperti jujur, disiplin, tanggung jawab, kerjasama, percaya diri dan demokratis
5.        Dan lain-lain.
Untuk mewujudkan pencapaian tujuan pendidikan jasmani di sekolah tentu tidak akan terlepas dari peran guru penjas, kepala sekolah dan seluruh warga sekolah lainnya yang secara kelembagaan memegang peran dan fungsi yang penting untuk mewujudkan dan pencapaian tujuan pendidikan baik berdasarkan tujuan satuan pendidikan (sekolah), maupun tujuan pendidikan nasional secara umum.














BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN

A.     Simpulan
Olahraga merupakan ajang yang sangat tepat untuk menunjukkan kepada masyarakat umum bahkan dunia tentang keadan dan kemajuan suatu kelompok, daerah dan Negara. Dan ironisnya olahraga sering dijadikan ajang politik, prestise, sensasi dan kekuasaan. Dan hal inilah yang memberikan peluang terjadinya pelanggaran Olympic Carter dan nilai-nilai luhur  olahraga yaitu fair play. Pendidikan merupakan alat yang efektif untuk meminimalisir terjadinya penyimpangan dalam competitive sport yang dilakukan melalui internalisasi nilai-nilai dalam mata pelajaran pendidikan jasmani yang diberikan di sekolah yaitu sikap sportif dan fair play, dengan demikian competitive sport dapat terjaga. Dan sebaliknya, bahwa olahraga (permainan ollahraga) dalam pendidikan jasmani yang dilakukan secara fair menjadi alat yang tepat untuk mewujudkan tujuan pendidikan dalam membentuk peserta didik (manusia) yang berkarakter.

B.     Saran
Untuk mewujudkan nilai-nilai sportifitas dalam pendidikan jasmani, peran guru sangat penting dalam mendisain pembelajaran yang bermakna, menyenangkan, menantang peserta didik untuk berperan serta dan berpartisipaasi secara aktif dalam menginternalisasi nilai-nilai karakter luhur. Dengan demikian secara fundamental karakter moral yang fair dapat terus terbawa hingga peserta didik memasuki kehidupan masyarakat secara luas termasuk pula jika ia bernasib baik menjadi seorang atlit profesional.

DAFTAR PUSTAKA














Related Posts

No comments:

Post a Comment