Sejarah perkembangan olahraga sama tuanya dengan
sejarah perkembangan manusia, karena manusia hidup dan selama kehidupannya
senantiasa memerlukan gerak atau aktivitas.
Olahraga
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari aspek kehidupan manusia, karena
disadari atau tidak manusia senantiasa bergerak (move) untuk memenuhi kebutuhan hidup maupun untuk mempertahankan
kelangsungan hidup mereka, hal ini telah dilakukan sejak ribuan tahun lalu,
walaupun dengan bentuk, cara dan tujuan yang berbeda.
Bangsa primitif, dengan alam dan kondisi yang
ada waktu itu, melakukan kegiatan yang banyak melibatkan tubuh, tidak
berolahraga, tapi sebagai usaha untuk memenuhi kebutuhan dan mempertahankan
hidup. Mempertahankan diri dari tantangan alam dan kelompok lain dengan segala
bentuknya, agar hidup dan kehidupan dapat berlangsung dan dipertahankan. Selain
itu, aktivitas jasmani (olahraga) sering dihubungkan dengan kegiatan yang
dilakukan turun temurun serta menyangkut kepercayaan yang sakral, seperti
halnya memuja dewa.
Dewasa ini perkembangan olahraga di
masyarakat cukup menggembirakan walaupun secara umum seluruh lapisan masyarakat
belum memahami dan sekaligus memanfaatkan hakekat dari olahraga. Apa lagi
masyarakat di daerah pedalaman yang masih sangat asing pemahamannya tentang apa,
untuk apa, dan bagaimana cara melakukan olahraga yang baik.
Perkembangan olahraga baik tingkat nasional,
regional maupun internasional sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari
kehidupan manusia, terutama bagi sebagian pelaku dan pencinta olahraga yang
langsung maupun tidak langsung merasakan manfaat dari aktivitas olahraga
tersebut. Di sisi lain, olahraga juga tidak terlepas dan sudah menjadi bagian
dari politik. Artinya kepentingan-kepentigan politik mulai memasuki ranah
kebebasan dan hakikat dari olahraga yang merupakan “kegiatan yang dilkukan
untuk bersenang-senang” atau disportare,
dan merupakan aktivitas yang menjunjung tinggi kejujuran (fair play).
Olahraga terkadang juga digunakan sebagai ajang
politik dan mencari sensasi, gengsi dan kebanggaan sebagian besar pelaku dan
pencinta olahraga, bahkan yang lebih membingungkan lagi adalah campur tangan
politik praktis pemerintah yang mengintervensi wilayah keolahragaan yang
menjadikan olahraga sebagai ajang adu kekuatan politik, kekuasaan, gengsi dan
prestise tersebut. Siapa yang mampu memenangkan pertandingan dan dinyatakan
sebagi juara (umum), maka dipandang sebagi negara yang memiliki kekuatan,
kesuksesan serta dijadikan sebagai barometer perkembangan kemajuan Ilmu
Pengetahuan dan Teknilogi (IPTEK).
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi telah
merambah dan memasuki seluruh aspek kehidupan manusia, tak terkecuali bidang
olahraga. Oleh karena itu, untuk mewujudkan pencapai puncak prestasi dilakukan
melalui berbagai upaya baik melalui penggunaan teknologi ilmu kepelatihan
melalui penyempurnaan motode, alat dan media yang digunakan. Dan yang lebih
disayangkan adalah pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan terhadap peraturan
yangs seharusnya ditegakkan dengan menghalalkan segala macam cara untuk meraih
kemenangan. Dengan demikian hal ini tentu sangat bertentangan dengan nilai-nilai
luhur olahraga yaitu “kejujuran/sportifitas” atau “fair play“, bahkan menyimpang dengan “Gerakan Olimpiade (Olympic
Movement) “. Bentuk pelanggaran tersebut dari mulai yang sederhana, misalnya
memanipulasi data atlit hingga tindakan subyektifitas bahkan penggunaan
oabat-obat terlarang atau lebih dikenal dengan doping.
Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan yang
dilaksanakan di sekolah merupakan bagian integral dari sistem pendidikan
nasional memegang peran yang penting dan sangat stategis dalam upaya membentuk
manusia Indonesia secara utuh dan menyeluruh sesuai dengan tujuan pendidikan
nasional.
Dalam makalah ini, penulis
akan mencoba menganalisis peran Penididkan Jasmani di sekolah dalam membangun
sikap dan nilai-nilai luhur olahraga yaitu “fair
play” sesuai dengan Gerakan Olimpiade (Olympic Movement)
A.
Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di
atas, maka permasalahan yang akan dicoba dibahas adalah:
1.
Bagai mana upaya memurnikan olahraga melalui Pendidikan Jasmani ?
2.
Efektifkah Pendidikan Jasmani dalam mewujudkan nilai-nilai olahraga
sesuai dengan Gerakan Olimpiade (Olympic Movement) ?
B.
Tujuan
Pembahasan
Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk
membahas tentang :
1.
Membahas tentang upaya memurnikan olahraga melalui Pendidikan Jasmani di
Indonesia.
2.
Memberikan penjelasan tentang Efektifkah Pendidikan Jasmani dalam
mewujudkan nilai-nilai olahraga sesuai dengan Gerakan Olimpiade (Olympic Movement).
BAB
II
PENDIAIKAN
JASMANI, OLAHRAGA DAN
GERAKAN
OLIMPIADE (OLYMPIC MOVEMENT)
A.
Pendidikan Jasmani
Pendidikan
Jasmani, Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dari sistem
pendidikan nasional memegang peran yang penting dan sangat stategis dalam upaya
membentuk manusia Indonesia secara utuh dan menyeluruh sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional.
Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan
malalui aktivitas jasmani untuk mencapai tujuan pendidikan.1 Menurut UNESCO dalam “International Charter of Physical
Education and Sport” pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk
meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan
dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi.
Lingkungan belajar diatur secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan seluruh ranah, jasmani, psikomotor, kognitif, dan afektif setiap
siswa.2
Menutur Dr. Syarifudin M.Pd dalam Pokok-pokok
Pengembangan Program Pembelajaran Pendidikan Jasmani bahwa tujuan pendidikan
jasmani mencakup empat komponen, yakni : 1) komponen
organik, merupakan gambaran
tujuan aspek fisik dan psikomotor yang harus dicapai pada setiap proses
pembelajaran, yang meliputi; kapasitas fungsional dari organ-organ seperti daya
tahan jantung dan otot.
2) komponen neuromuskuler merupakan gambaran tujuan yang meliputi aspek kemampuan
unjuk kerja keterampilan gerak yang didasari oleh kelenturan, kelincahan,
keseimbangan, dan kecepatan. 3) komponen intelektual, merupakan gambaran yang dapat dipadankan dengan kognitif. 4)
komponen emosional,
merupakan gambaran yang dapat dipadankan dengan afektif.3
Tujuan
Pendidikan Jasmani sebagai mana tertuang dalam kurikulum 2004, yaitu : adalah meletakan landasan karakter moral yang kuat melalui
internalisasi nilai dalam Pendidikan Jasmani.
1.) membangun landasan kepribadian yang kuat, sikap cinta
damai, sikap sosial dan toleransi dalam konteks kemajemukan budaya, etnis dan
agama.
2.) menumbuhkan kemampuan berfikir kritis melalui pelaksanaan
tugas-tugas ajar Pendidikan Jasmani.
3.) mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung
jawab, kerjasama, percaya diri dan demokrasi melalui aktivitas jasmani.
4.) mengembangkan kemampuan gerak dalam keterampilan berbagai
macam permainan dan olahraga.
5.) mengembangkan ketermapilan pengelolaan diri dalam upaya
pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melaluia
berbagai aktivitas jasmani.
6.) mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri
sendiri dan orang lain.
7.) mengetahui dan memahami konsep aktivitas jasmani sebagai
informasi untuk mencapai kesehatan, kebugaran, dan pola hidup sehat.
8.) mampu mengisi waktu luang dengan aktivitas jasmani yang
bersifat rekreatif.4
Pendidikan Jasmani,
Olahraga dan Kesehatan adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas
jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan
keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap
sportif, dan kecerdasan emosi.5
Dalam SK Mendikbud Nomor 413/U/1978 dijelaskan mengenai
pengertian pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara
keseluruhan yang bertujuan mengembangkan individu secara organic,
neuromuskuler, intelektual, dan emosional melalui berbagai aktivitas jasmani. Pendidikan
Jasmani adalah pergaulan pedagogig dalam dunia gerak dan penghayatan jasmani.
Juga dikatakan bahwa guru pendidikan jasmani mencoba mencapai tujuannya dengan
mengajarkan dan memajukan aktifitas-aktifitas jasmani. Dengan demikian
diharpkan akan tercapaidari proses pembelajaran Pendidikan Jasmani antara lain:
a.
Pembentukan gerak :
1) Memenuhi
serta mempertahankan keinginan gerak
2) penghayatan
ruang, waktu dan bentuk serta pengembangan parasaan irama
3) mengenal
kemungkinan gerak diri sendiri
4) memiliki
keyakinan gerak dan mengembangkan perasaan sikap
5) memeperkaya
dan memperluas kemampuan gerak dengan melakukan pengalaman gerak.
b. Pembentukan prestasi :
1) mengembangkan
kemampuan kerja optimal dengan mengajarkan ketangkasan-ketangkasan.
2) Belajar
mengarahkan diri pada pencapaian prestasi ( kemauan, konsentrasi, keuletan,
kewaspadaan kepercayaan pada diri sendiri )
3) Penguasaan
emosi
4) Belajar mengenal kemauan dan keterbatasan diri
5) Meningkatkan sikap tepat terhadap nilai yang nyata
dari tingkat dan bidang prestasi, dalam kehidupan sehari – hari dalam
masyarakat dan olahraga.
c. Pembentukan sosial :
1) Pengakuan
dan penerimaan peraturan – peraturan dan norma-norma bersama
2) Mengikut
sertakan kedalam struktur kelompok fungsional. Belajar bekerjasama. Menerima
pimpinan dan memberikan pimpinan
3) Pengembangan
perasaan kemasyarakatan dan pengakuan terhadap orang lain sebagai pribadi –
pribadi.
4) Belajar
bertanggung jawab terhadap yang lain, memberi pertolongan memberi perlindungan
dan berkorban.
5) Belajar
mengenal dan mengalami bentuk – bentuk pelepas lelah secara aktif untuk
pengisian waktu senggang.
d. Pertumbuhan badan
1) Peningkatan
syarat – syarat yang diperlukan untuk dapat tumbuh, bersikap dan bergerak
dengan baik untuk dapat berprestasi secara optimal (kuatan dan mobilitas,
pelepasan keteganagn dan kesiapsiagaan).
2) Meningkatkan
kesehatan jasmani dan rasa tanggung terhadap kesehatan diri dengan membiasakan
cara-cara hidup sehat.6
Pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran
melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani,
mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan prilaku hidup sehat dan
aktif, sikap sportif dan kecerdasan emosi.7 Olahraga pendidikan adalah pendidikan jasmani
dan olahraga yang dilaksanakan sbegai bagian proses pendidikan yang teratur dan
berkesinambungan untuk memperoleh pengetahuan, kepribadian, keterampilan,
kesehatan dan kebugaran jasmani.8
Dari pendapat diatas sangat jelas bahwa tujuan pendidikan
jasmani yang diselenggarakan di sekolah diharapkan mampu membentuk manusia yang
memiliki kompetensi dan daya saing dalam menghadapai tatanan nasional maupun
dunia global. Oleh karena itu pencapaian tujuan pendidikan Jasmani harus
menyentuh tiga aspek, yaitu kognisi, afeksi dan psikomotorik.
Pendidikan Jasmani merupakan sarana yang sangat efektif
dalam membentuk manusia yang memiliki kecerdasan dan karakter moral yang
tinggi. Melalui pembelajaran Pendidikan Jasmani, peserta didik sejak dini telah
dibiasakan untuk melakukan dan menginternalisasi nilai-nilai yang terkandung
dalam Penjas, baik melalui proses pembelajaran, permainan atau game maupun
interaksi dengan lingkungan belajar selama mengikuti proses pembelajaran.
B.
OLAHRAGA
(Sport)
Sport berasal
dari bahasa Latin ”disportare” atau “deportare” dalam bahasa Itali ”deporte” yang artinya penyenangan,
pemeliharaan atau menghibur untuk bergembira. Dapatlak dikatakan bahwa sport ialah kegiatan manusia manusia
untuk memenuhi kebutuhan gerak melalui aktivitas yang menyenangkan atau menggebirakan
diri sambil memelihara jasmaniah. Sedangkan olahraga berasal dari Bahasa
Indonesia, yaitu olah yang berarti pelihara, olah atau kelola; sedangkan raga
berarti jasad atau jasmani.9 Olahraga adalah upaya merubah atau
menyempurnakan raga/manusia.10 Dengan demikian olahraga dapat diartikan
sebagai upaya untuk mengolah atau menyemprnakan jasmani menjadi lebih baik/lebih
sempurna.
Menurut UNESCO (ICSPE) bahwa sport atau olahraga adalah setiap
aktiviyas fisik berupa permainan yang berisikan perjuangan (struggle) melawan unsur-unsur alam, orang lain maupun diri
sendiri.11 (abdul kadir ateng =Konsep dasar
pengembangan kebugaran jasmani dalam meningkatkan kebugaran dan keterampilan).
Olahraga juga diartikan sebagai kegiatan yang sistematis untuk mendorong,
membina, serta mengembangkan potensi jasmani, rohani dan social.12
Olahraga saat ini bukan lagi
sebagai disportare sebagai mana
definisi atau pengertian awal olahraga. Olahraga merupakan kegiatan yang lebih
cenderung bersifat kompetitif. Oleh karenanya, dalam pelaksanaan olahraga
sebagai “competitive sport”
seringkali menggunakan cara-cara yang tidak sportif atau fair yang seharusnya dilakukan.
C.
GERAKAN
OLIMPIADE (OLYMPIC MOVEMENT)
Gerakan Olimpiade atau Olympic Movement adalah suatu gerakan kependidikan untuk anak-anak
muda di seluruh dunia. Mengangkat semangat falsafah olimpiade (olympism), gerakan ini mencari cara untuk
membangun dunia yang lebih baik dan lebih damai, baik dengan caranya sendiri
maupun bekerjasama dengan organisasi lain, terutama dengan PBB dan agen-agennya.
Olympism disebarluaskan melalui gerakan olimpiade (Olympic Movement) dimana
olahraga sebagai titik sentralnya.13
Olympism
adalah suatu falsafah kehidupan, menyatunya dalam keseimbangan antara badan
yang sehat, kemauan dan kecerdasan dalam membangun kehidupan yang damai. Olympism adalah falsafah, prinsip atau ajaran yang
berkaitan dengan upaya menjadikan olahraga dan berbagai kompetisinya sebagai
alat untuk mendukung dan meningkatkan perkembangan yang seimbang dari manusia
sebagai suatu langkah penting dalam mebangun masyarakat yang damai yang
benar-benar menghormati kewibawaan manusia.
Dengan memadukan olahraga dengan kultur dan pendidikan, Olympism
mengangkat cara hidup berdasarkan pada:
·
Perkembangan
seimbang dari fisik (tubuh), kemauan dan pikiran.
·
Keriangan
yang ditemukan dalam perjuangan,
·
Nilai
kependidikan untuk menjadi role model yang baik untuk pihak lain,
·
Respek
pada etika universal termasuk toleransi, kebaikan hati, persatuan,
persahabatan, tidak diskriminatif, dan respek pada orang lain.
·
Manusia di negara manapun mencintai olahraga.
Nilai-nilai olahraga seperti kesegaran jasmani, jujur, kerja sama, keinginan
untuk mencapai sesuatu keunggulan merupakan sifat yang universal. Olahraga
selalu dapat dimanfaatkan sebagai usaha yang kuat dalam kehidupan manusia untuk
menanggulangi keterpurukan karena peperangan maupun kemiskinan khususnya yang
menyangkut kehidupan anak-anak. Tahun Internasional Olahraga dan Pendidikan
Jasmani mengingatkan kepada Pemerintah, organisasi-organisasi internasional dan
kelompok masyarakat dimana saja untuk menggerakkan olahraga dalam usaha
mempromosikan hak azasi dan kesejahteraan manusia serta perdamaian. (Piere de
Coubertin)
·
Tujuan Gerakan Olimpiade adalah untuk mengadakan
dan menyebar luaskan olahraga, untuk menjamin keberadaan dan kekuatannya,
sehingga memungkinkan mereka melaksanakan tugas pendidikan yang diembankan
kepadanya dalam dunia modern ini, untuk kejayaan individu atlet melalui
aktivitas jasmaninya diperlukan untuk melestarikan nilai/semangat fair play
secara umum dalam berkompetisi.
·
Tujuan akhir olahraga terletak dalam peranannya
sebagai wahana unik dalam menyempurnakan watak manusia, sebagai sarana untuk
memiliki dan membentuk kepribadian yang kuat, serta menumbuh kembangkan sifat
yang mulia. Hanya orang-orang yang memiliki kebajikan moral seperti inilah yang
menjadi warga masyarakat yang berguna.
Aktivitas dari gerakan olimpiade, yang disimbolkan oleh
saling bersatunya lima buah lingkaran, bersifat universal, pemanen, dan
mencakup lima benua. Dengan diarahkan oleh IOC (International Olympic Committee), gerakan olimpiade mencakup
organisasi dan orang-orang yang pekerjaannya, kebijakannya, serta aksinya
terikat oleh Olympic Charter.
Olympic
Charter adalah
buku undang-undang yang memuat prinsip-prinsip fundamental, peraturan dan
ketentuan yang disusun dan diberlakukan oleh IOC. Buku tersebut mengatur
pengoperasian gerakan olimpiade dan menyediakan kondisi untuk berhasilnya
pelaksanaan Olimpiade. Setiap bentuk diskriminasi yang didasarkan pada ras,
agama, politik, gender, dan sebaliknya tidak sesuai dengan olympic charter dan
olympic movement.
Olahraga
sebagai wahana dan sekaligus cara untuk membangun manusia yang utuh baik
sebagai insan maupun sebagai sumber daya pembangunan. Jadi olahraga bukanlah
suatu tujuan, melainkan suatu wahana untuk membentuk manusia yang dilandasi
prinsip-prinsip dasar yang telah dicanangkan melalui Olympic Charter. Prinsip- prinsip dasar Olympic Charter meliputi :
1. Gerakan
Olimpiade modern pernah dicetuskan oleh orang-orang yang mengikuti konggres
Paris Atletik Internasional yang diselenggarakan pada bulan Juni 1894. Gerakan
tersebut menjadikan kesan yang mendalam bagi de Coubertin yang kemudian menjadi
cita-cita untuk dapat di terapkan dan disebar luaskan. Komite Olahraga
Internasional (IOC) telah membentuk dirinya pada tanggal 23 Juni 1894. Konggres
ke XII yang diselanggarakan pada bulan Agustus 1994 merupakan peringatan 100
tahun berdirinya IOC, diselanggarakan di Paris dan disebut pula sebagai
“Konggres untuk Persatuan (Congress of
Unity)”.
2. Olympism adalah suatu filsafat kehidupan, keterkaitan yang
utuh / menyatu dalam keseimbangan antara badan yang sehat, kemauan dan
kecerdasan. Menyatunya olahraga dengan kebudayaan dan pendidikan menjadikan
gerakan olahraga sebagai wahana untuk mengembangkan pola hidup sehat melalui
usaha yang menggembirakan, meningkatkan perilaku yang didasari atas
prinsip-prinsip dasar etika secara universal.
3. Tujuan Olympism adalah menempatkan olahraga dimana saja
sebagai wahana pembentukan manusia secara utuh yang harmonis dalam usaha
membangun suatu masyarakat yang damai dengan saling menghormati. Untuk
kepentingan ini gerakan olahraga berusaha secara sendiri-sendiri ataupun
bekerjasama dengan organisasi yang terkait menciptakan kegiatan-kegiatan dalam
usaha membangun perdamaian yang abadi.
4 Gerakan Olimpiade yang diprakarsai oleh IOC berawal dari
pandangan Olimpiade modern dan kemudian dikembangkan dan disebar luaskan
melalui berbagai program kegiatan.
5. Tujuan gerakan olimpiade (Olympic Movement) adalah
memberikan sumbangan dalam membentuk suatu kedamaian dan kehidupan yang lebih
baik dengan memberikan pendidikan anak-anak muda melalui kegiatan / program
olahraga dengan tidak memandang adanya perbedaan-perbedaan berdasarkan semangat
Olympiade, memperhatikan persamaan pandangan dengan suatu semangat
persahabatan, kebersamaan dan fair play.
6. Dibawah pengawasan IOC, gerakan Olimpiade meliputi
organisasi organisasi, para olahragawan dan siapa saja yang bersedia melakukan
program kegiatan yang sesuai dengan Olympic Charter. Gerakan Olimpiade
menggunakan kriteria yang kesemuanya diakui oleh IOC. Organisasi dan management
olahraga harus diawasi oleh organisasi olahraga yang mandiri di bawah naungan
IOC.
7. Kegiatan gerakan Olimpiade dilambangkan dengan lima
lingkaran, bersifat universal dan permanen. Lingkaran tersebut menggambarkan
lima Benua. Kegiatan tersebut berlanjut dan berkesinambungan yang akhirnya
mencapai puncaknya dalam pertemuan olahragawan dari seluruh benua dalam
festival akbar olahraga, yaitu Olympic Games.
8. Melakukan olahraga adalah hak asasi manusia. Setiap orang
harus diberi kesempatan untuk melakukan olahraga sesuai dengan kebutuhannya
masing-masing
9. Olympic Charter adalah kodifikasi dari Prinsip-Prinsip
Dasar (Fundamental Principles), Aturan-Aturan dan Anggaran Dasar & Anggaran
Rumah Tangga yang telah disetujui IOC. Olympic Charter mengatur pelaksanaan
Gerakan Olimpiade dan organisasinya, termasuk mengatur pelaksanaan Olympic Games.
Olahraga
yang dilakukan secara teratur akan memberikan pelajaran yang beguna dalam
kehidupan di masyarakat. Toleransi, kerja sama, kebersamaan adalah masalah yang
perlu mendapat perhatian kemudian dikembangkan melalui kegitan olahraga yang
berdampak pada kehidupan masyarakat sehari-hari. Nilai-nilai dasar olahraga
searah dengan prinsip-prinsip United Nation Charter. Olahraga adalah segalanya,
tidak mengenal batas, dan dapat masuk ke semua bidang. Kofi Annan (United Nation)
Olahraga
yang dilakukan melalui perancangan dan palaksanaan yang benar merupakan sekolah
yang baik bagi kehidupan masa sekarang dan masa depan, oleh karena itu olahraga
yang dimulai sejak anak-anak berada di sekolah dasar yang dikenal dengan
istilah mata palajaran pendidikan jasmani haruslah mendapat perhatian dan
ditunjang dengan segala aspek yang diperlukan.
Keterampilan
yang diperolah melalui berbagai macam partisipasi dalam permainan merupakan
dasar perkembangan manusia secara keseluruhan. Keterampilan tersebut dapat
berupa kerja sama, percaya dan harga diri yang merupakan faktor-faktor penting
yang mendasar untuk membentuk pribadi manusia agar mereka dapat dan mampu
berpikir dan berbuat untuk kepentingan dirinya, masyarakat, negara, bangsa dan
dunia (kepentingan masa depannya). Adolf Ogi
(Special Advisor to the United Nations Secretary-General on Sport for
Development and Peace)
Keterampilan
dan nilai-nilai yang dapat dipelajari melalui olahraga
kooperatif
fair
play
komunikatif
berbagi
kesenangan dan kesusahan
menghormati
peraturan menghargai diri
sendiri
masalah
dan pemecahannya percaya kepada
orang lain
saling
mengerti menghormati
orang lain
memahami
orang lain toleransi
kepemimpinan
ulet dan
tabah
menghargai
usaha keras disiplin
menyikapi
kemenangan percaya diri
menyikapi
kekalahan
Untuk menyebarluaskan ajaran
Olympism, IOC membentuk INTERNATIONAL OLYMPIC ACADEMY (IOA) yang yang bertujuan melakukan studi, memperkaya dan mendukung
idealisme atau ajaran olimpiade (olympism). Bahkan disetiap Negara anggota
IOC wajib memiliki NOA (National Olympic Academy) yang tugasnya adalah menjadi kepanjangan tangan dari IOA, yang
berkaitan erat dengan peranan memberikan bimbingan dan penyuluhan serta
pengajaran. Dalam hal penyuluhan, Olympic Academy bertugas menyediakan dan
menyebarkan informasi yang berkaitan dengan Olympism dan Olympic Charter kepada
para pengurus, manajer, serta tim anggota dari NOC.
BAB
III
P E M
B A H A S A N
Dewasa ini, di mana saja,
dan kapan saja setiap orang mengetahui bahwa olahraga merupakan bagian dari
sisi kehidupan manusia. Hal ini bermula sejak ribuan tahun lalu, terutama sejak
pelaksanan olimpiade modern tahun 1896 atas prakarsa Piere de Coubertin.
Ilmuwan terdahulu
seperti Socrates, Plato, Aristoteles telah memahami dan
menyatakan bahwa peran tubuh atau fisik dalam kehidupan sangat penting. Salah
satu untuk memperoleh bentuk tubuh yang indah dan kuat dapat dilakukan melalui
aktivitas olahraga (Sport). Namun demikian olahraga bukan merupakan
tujuan akhir, namun yang lebih penting adalah bagai mana menjunjung tinggi
nilai-nilai luhur dari olahraga.
Olahraga
yang kita kenal dewasa ini lebih telah mengalami pergeseran makna dari makna
asal olahraga atau sport yaitu disportare. Olahraga yang kini lebih
kita kenal sebagai Competition Soprt yang dalam pelaksanaannya sering
melenceng dan keluar dari nilai-nilai olahraga, dan Olympic Carter yang tujuannya
adalah menempatkan olahraga dimana saja sebagai wahana pembentukan manusia
secara utuh yang harmonis dalam usaha membangun suatu masyarakat yang damai
dengan saling menghormati. Untuk kepentingan ini gerakan olahraga berusaha
secara sendiri-sendiri ataupun bekerjasama dengan organisasi yang terkait
menciptakan kegiatan-kegiatan dalam usaha membangun perdamaian yang abadi.
Pelanggaran
dan penodaan terhadap nilai-nilai sportifitas dan Olympic Carter sering terjadi dalam hampir setiap even olahraga,
baik nasional, regional maupun Olympic
Games, hal ini disebabkan salah satunya adalah karena adanya campurtangan
politik dan pemerintah, sehingga kepentingan politik dan kekuasaan memasuki dan
sekaligus membuka ruang untuk terjadinya pelangaran nilai-nilai fair play. Akibatnya adu kekuatan,
prestise dan gengsi menyebabkan terbukanya ruang untuk melakukan pelanggaran
tersebut. Bermacam-macam penyimpangan tersebut antara lain mulai dari yang
sederhana seperti pemalsuan data atlit ingga penggunaan obat-obat terlarang
atau doping.
Jadi
dapat disimpulkan bahwa apapun jenis dan bentuk pelanggaran dan penyimpangan
dari nilai-nilai sportifitas atau fair
play bertentangan dengan nilai disportare
dan Olympic Carter yang harus dicegah
dan dijaga agar pada setiap kegiatan olagraga kompetitif tidak terjadi lagi
atau paling tidak bisa diminimalisir. Lalu bagai mana upaya yang dpat dilakukan?
Sejak jaman Yunani Kuno, para ahli telah menyadari bahwa pentingnya pendidikan
jasmani untuk membentuk watak dan sikap yang kesatria.
Pendidikan
jasmani di Indonesia merupakan bagian yang tak terpisahkan dari system
pendidikan secara keseluruhan, merupakan alat yang tepat untuk mendidik dan
menanamkan kebiasaan untuk hidup sportif atau fair play. Hal ini harus dilakukan melalui internalisasi
nilai-nilai pendidkan jasmani di sekolah yang disampikan melalui gerak,
olahraga dan permainan. Fair play merupakan alat yang efektif untuk memurnikan sport, dan sebaliknya bahwa olahraga
yang dilakukan secara fair menjadi alat yang tepat untuk mewujudkan tujuan
pendidikan dalam membentuk peserta didik (manusia) yang berkarakter.
Olah
karena itu, pendidikan jasmani yang telah tertuang dalam kurikulum KTSP harus
dikembangkan dan didesain secara optimal berdasarkan pertimbangan kebutuhan
peserta didik, agar pendidikan yang dilakukan bermanfaat dan sekaligus siswa
dapat mengambil manfaat dari proses belajarnya terutama dalam memasuki
kehidupan di lingkungan masyarakat. Sekolah harus senantiasa membiasakan sikap
kompetitif yang tentu saja harus dilaksanakan dalam kerangka fair play, hal ini untuk membiasakan
penanaman nilai-nilai luhur olahraga. Dan apabila sikap ini telah tertanam dan
mengurat-akar, maka di manapun dan kapan pun terutama dalam kegiatan olahraga
senantissa menjunjung tinggi nilai sportifitas. Dengan demikian tujuan dari pendidkan jasmani
sendiri akan tercapai, seperti:
1.
Terbentuk karakter yang kuat, hal ini dapat
dilakukan melalui internalisasi nilai-nilai pendidikan jasmani.
2.
Terbentuk landasan kepribadian yang kuat, sikap cinta damai, social, toleransi
dalam suasana kemajemukan social dan budaya serta tingkat competitive sport yang semakin ketat.
3.
Menumbuhkan sikap berpikir kritis
4.
Mengembangkan
sikap sortif seperti jujur, disiplin, tanggung jawab, kerjasama, percaya diri
dan demokratis
5.
Dan lain-lain.
Untuk
mewujudkan pencapaian tujuan pendidikan jasmani di sekolah tentu tidak akan
terlepas dari peran guru penjas, kepala sekolah dan seluruh warga sekolah
lainnya yang secara kelembagaan memegang peran dan fungsi yang penting untuk
mewujudkan dan pencapaian tujuan pendidikan baik berdasarkan tujuan satuan
pendidikan (sekolah), maupun tujuan pendidikan nasional secara umum.
BAB
IV
SIMPULAN
DAN SARAN
A.
Simpulan
Olahraga merupakan ajang
yang sangat tepat untuk menunjukkan kepada masyarakat umum bahkan dunia tentang
keadan dan kemajuan suatu kelompok, daerah dan Negara. Dan ironisnya olahraga
sering dijadikan ajang politik, prestise, sensasi dan kekuasaan. Dan hal inilah
yang memberikan peluang terjadinya pelanggaran Olympic Carter dan nilai-nilai luhur olahraga yaitu fair play. Pendidikan merupakan alat yang efektif untuk
meminimalisir terjadinya penyimpangan dalam competitive
sport yang dilakukan melalui internalisasi nilai-nilai dalam mata pelajaran
pendidikan jasmani yang diberikan di sekolah yaitu sikap sportif dan fair play, dengan demikian competitive sport dapat terjaga. Dan
sebaliknya, bahwa olahraga (permainan ollahraga) dalam pendidikan jasmani yang
dilakukan secara fair menjadi alat yang tepat untuk mewujudkan tujuan pendidikan
dalam membentuk peserta didik (manusia) yang berkarakter.
B.
Saran
Untuk mewujudkan nilai-nilai
sportifitas dalam pendidikan jasmani, peran guru sangat penting dalam mendisain
pembelajaran yang bermakna, menyenangkan, menantang peserta didik untuk
berperan serta dan berpartisipaasi secara aktif dalam menginternalisasi nilai-nilai
karakter luhur. Dengan demikian secara fundamental karakter moral yang fair
dapat terus terbawa hingga peserta didik memasuki kehidupan masyarakat secara
luas termasuk pula jika ia bernasib baik menjadi seorang atlit profesional.
DAFTAR
PUSTAKA
No comments:
Post a Comment