Mari Berbagi...dan Memberi....

2020-08-13

Definisi Bermain

| 2020-08-13

 

bermain

Oleh: Yuliasih - Permainan tidak terlepas dari kehidupan manusia terutama anak-anak. Dimana ada manusia disitu pulalah terdapat berbagai macam permainan. Bermain merupakan hal utama bagi anak. Anak memang senang bermain, tetapi mereka sebenarnya sedang dalam proses belajar yaitu belajar mengenal diri sendiri, lingkungan dan orang-orang sekitar. Melalui permainan, anak-anak mengalami proses pembelajaran. Bagi kita orang dewasa, bermain mungkin tidak terlihat seperti belajar. Orang dewasa sebaiknya ikut dalam permainan tersebut. Permainan anak-anak adalah permainan yang mempunyai peraturan yang sederhana, mudah dimengerti, mudah dilaksanakan hingga akhirnya mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan anak. Fungsi bermain untuk memulihkan tenaga dan rasa jenuh sedangkan tujuan bermain adalah sebagai saranan melatih keterampilan.[1]

Secara fisik, dengan bermain maka seseorang akan melibatkan seluruh anggota tubuh untuk bergerak. Dengan bergerak maka anak akan mendapatkan rangsangan sehingga organ tubuh akan mengalami perubahan yang membawa efek yang bagus untuk pertumbuhan badan. Secara konseptual permainan memberi efek mengembangkan keterampilan untuk memiliki ataupun meningkatkan bahkan pengayaan kemampuan gerak. Permainan merupakan bentuk dari bermain yang memiliki karakteristik tertentu.

Bermain merupakan salah satu kebutuhan penting bagi anak dan orang tua harus menyadari itu dan tidak melarang anak-anaknya untuk bermain. Orang tua justru harus mengarahkan serta memfasilitasi anaknya untuk bermain. Dengan bermain, anak bisa belajar untuk beradaptasi, bersosialisasi, serta bisa bebas berekspresi.[2] Ada lima keriteria dalam bermain, yakni:

1.       Motivasi intrinsik, yaitu tingkah laku bermain dimotivasi dari dalam diri anak itu sendiri. Bukan karena adanya tuntutan dari orang-orang disekitarnya atau karena kebutuhan akan fungsi-fungsi tubuhnya.

2.       Pengaruh positif, yaitu tingkah laku yang menyenangkan untuk dilakukan.

3.       Bukan dikerjakan sambil lalu, karena itu tidak mengikuti urutan yang sebenarnya melainkan lebih bersifat pura-pura.

4.       Cara/ tujuan, cara bermain lebih diutamakan dari pada tujuannya karena anak lebih tertarik pada tingkah laku itu sendiri dari pada keluaran yang dihasilkan.

5.       Kelenturan, yakin bermain itu perilaku yang lentur yang dtunjukan baik dalam bentuk maupun hubungan serta berlaku dalam setiap situasi.[3]

 

Bermain merupakan salah satu kebutuhan penting bagi anak, dan orang tua harus menyadari itu dan tidak melarang anak-anaknya untuk bermain. Orang tua justru harus mengarahkan serta memfasilitasi anaknya untuk bermain. Dengan bermain, anak bisa belajar untuk beradaptasi, bersosialisasi serta bebas berekpresi.[4]

Menurut tokoh-tokoh pendidikan anak-anak, seperti: Plato, Aristoteles, Frobel, Hurlock dan Spencer dalam Satya mengatakan bahwa bermain adalah suatu upaya anak untuk mencari kepuasan melarikan diri ke alam fantasi dengan melepaskan segala keinginannya yang tidak dapat tersalurkan, seperti : keinginan untuk menjadi presiden, raja, permaisuri dan lain-lain. Bermain sebagai kegiatan mempunyai nilai praktis. Artinya bermain digunakan sebagai media untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan tertentu pada anak.[5]

Permainan anak-anak merupakan wadah dasar dan indikator pengembangan mental. Bermain memungkinkan anak-anak untuk memajukan perkembangannya seperti sensori motor, intelegensi pada bayi, mulai dari operasional sampai operasional konkrit pada anak pra sekolah juga mengembangkan kognitif, fisik, dan perkembangan sosial ekonomi menurut George W. Maxim dalam Satya.[6]

Adapun pendapat lain mengatakan bahwa bermain merupakan tujuan dasar dari belajar pada masa kanak-kanak. Anak-anak secara bertahap mengembangkan konsep dari hubungan yang wajar, kemampuan untuk membedakan, untuk menilai, untuk menganalisis dan mengambil intisari, untuk membayangkan dan merumuskan.[7] Sedangkan menurut Hurlock bahwa bermain merupakan setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkan tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Bermain dilakukan secara sukarela dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar/ kewajiban.[8]

Kemudian selanjutnya Supartini mengatakan bahwa bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela untuk memperoleh kesenangan/ kepuasan.[9] Berdasarkan beberapa teori tentang bermain yang telah dikemukakan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sukarela untuk mencari kepuasan dan kesenangan untuk mengembangkan kognitif, fisik, dan perkembangan sosial ekonomi agar dapat bersosialisasi serta bebas berekspresi. Apabila ditinjau dari dimensi perkembangan kognitif anak, makan tahapan bermain terdiri dari :

1.       Bermain praktis, yaitu saat anak mengeksplorasi semua kemungkinan dari suatu materi

2.       Bermain simbolik, yaitu saat anak mulai menggunakan makna simbolis benda-benda

3.       Bermain dengan aturan, yaitu saat anak mulai menggunakan aturan (rules) termasuk  yang mereka buat sendiri pada awalnya.[10]

Definisi “permainan”  yang banyak dianut oleh para pakar adalah yang dilontarkan oleh Huizinga, yang terkenal lewat buku Homo Ludens (1955). Huizinga berupaya untuk menggutamakan ciri atau sifat bermain dalam kegiatan manusia dengan mendenifisikan play, bermain sebagai:

a.        avoluntary, activity, axisting, outside, ”ordinary” life

b.       totally upsorbing

c.        unproductive

d.       accuning within a circumscribed time and space

e.        ordered by rules

f.         characterrized by group relationships which surround themselves by secrecy and disguise.[11]

Permainan dibagi atas dua yaitu permainan untuk bermain (play) dan permainan untuk bertanding (game). Permainan dalam bentuk bermain dilakukan guna mengisi waktu luang dan bersifat hiburan yang pada umumnya dilakukan anak-anak. Makna bermain dalam pendidikan adalah sebagai berikut:

1)       Bermain merupakan aktivitas yang dilakukan dengan suka rela atas dasar rasa senang.

2)       Bermain dengan rasa senang, menumbuhkan aktivitas yang dilakukan secara spontan.

3)     Bermain dengan rasa senang, untuk memperoleh kesenangan, menimbulkan kesadaran agar bermain dengan baik perlu berlatih, kadang-kadang memerlukan kerjasama dengan teman, menghormati lawan, mengetahui kemampuan teman, patuh pada peraturan, dan mengetahui kemampuan dirinya sendiri.[12]

Permainan dapat membentuk percaya diri seseorang, hal Ini dimaksudkan dengan bermain dapat meningkatkan kemampuan untuk tampil di depan umum. Setiap permainan selalu melibatkan lebih dari satu orang, dengan demikian anak akan dikondisikan untuk mau tampil. Dengan tampilnya anak dihadapan teman sebaya merupakan suatu kondisi yang baik untuk menumbuhkan sikap memiliki harga diri yang pada akhirnya percaya diri akan terpupuk dengan tidak sengaja. Permainan akan mengasah kemampuan anak terutama dalam menumbuhkan optimisme dan aktualisasi diri. Pendekatan ini juga akan mengajarkan anak dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan yang menciptakan gagasan dalam lingkungan yang sportif dan menjelajahi dinamika kreativitas dalam lingkungan yang aman dan menyenangkan baginya. Permainan kreatif juga berhubungan erat dengan potensi kreatif yang dimiliki tiap anak. Pada garis besarnya permainan meliputi garis-garis berikut:

1.       Permainan meniru. Gerakan atau pokok bahasan meniru perilaku hewan, manusia atau mesin yang bergerak.

2.       Permainan peran. Memerankan perilaku atau gerakan-gerakan suatu profesi, jabatan, atau pekerjaan tertentu.

3.       Permainan fantasi. Gerakan atau pokok bahasan yang diambil dari dunia dongeng atau imajinasi yang lain.

4.       Permainan dramatisasi. Memaninkan suatu lakon berdasarkan kerangka kerja drama.[13]

Bermain dikategorikan menjadi 2 yaitu bermain aktif dan bermain pasif. Bermain aktif, kesenangan timbul dari apa yang dilakukan individu. Misalnya berlari, bersepeda, dan berenang. Sedangkan permainan pasif atau sering disebut dengan hiburan yaitu kesenangan diperoleh dari kegiatan orang lain. Misalnya menonton acara televisi, membaca buku, mendengarkan dan radio.[14] Fungsi bermain untuk anak-anak merupakan:

a)      suatu persiapan untuk menjadi dewasa;

b)     suatu pertandingan, yang akan menghasilkan yang kalah dan yang menang;

c)      perwujudan dari rasa cemas dan marah;

d)     suatu hal yang tidak sangat penting dalam masyarakat.[15]



[1] Mayke S., Bermain, Mainan dan Permainan (Jakarta: Grasindo, 2001), p. 3.

[2] ­­­______________http://www.bermain_untuk_anak-anak.com/pdf (diakses 15 Januari 2013).

[3] Sofia Hartati, How to be a good teacher and how to be a good mother, enno media, (Jakarta, 2007), p. 57.

[4] _______________http://carapedia.co./pengertian_definisi_bermain_info2105.html (diakses 8 Februari 2013).

[5] Wira Indra Satya, Membangun Kebugaran Jasmani dan Kecerdasan Melalui Bermain (Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikti Direktorat Ketenagaan, 2006), p. 8.

[6] Ibid,. p. 9.

[7] Rochdi Simon dkk, Model Permainan di Sekolah Dasar berdasarkan pendekatan Developmentally Appropriate Practice (Bandung: Program Studi PGSD UPI, 2007), p. 9.

[8] Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak Jilid I (Jakarta: PT. Gelora Aksara                     Pratama), p. 320.

[9] Supartini, www.scribd/doc/73717650/definisi_bermain (diakses 6 Februari 2013).

[10] Ibid., p.65.

[11] Sukirman D. Permainan Tradisional Jawa (Kepel Press Purwanggan, 2005), p.19.

[12] ______________http//www.bermain-kesenangan.co.id/files/metode_bermain.pdf (diakses Selasa, 8 Januari  2013).

[13] J. Matakupan, Strategi Belajar Menggajar Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (Dinas Pendidikan dan Pengajaran DKI Jakarta, 1992), p. 15.

[14] Elizabeth B. Hurlock, op. cit., p. 321.

[15] Op.Cit., p. 20.

Related Posts

No comments:

Post a Comment