Mari Berbagi...dan Memberi....

2020-04-24

DARI TRADISIONAL MENJADI TRANS DIGITAL

| 2020-04-24

Dari Tradisional Meta;nuju Trans Digi

Tak satu pun kejadian yang terjadi dalam kehidupan ini luput dari catatan Sang Khalok. Semua telah terencana dengan sangat baik, kapan, di mana, untuk siapa, dan seterusnya, termasuk manfaat dan segala mudaratnya.
Begitu pun dengan fenomena yang saat ini sedang mewabah pada sebagian bahkan seluruh negara di dunia, tak terkecuali negeri tercinta Indonesia. Ribuan jiwa melayang menjadi korban keganasan mahluk kecil bernama Corona Virus Disease-19 (Covid-19), dan jutaan jiwa menanti kepastian Sang Khalik apakah akan kembali bugar atau sebaliknya gugur dan menjadi bukti bahwa kita tidak boleh memandang remeh dengan sesuatu hal yang kecil.
Wabah Corona Virus Disease-19 (Covid-19) dinyatakan oleh World Health Organization (WHO) dinyatakan sebagai suatu pandemic, dan di tanah air dinyatakan sebagai bencana non alam berupa wabah penyakit yang wajib diupayakan penanggulangannya sehingga tidak menyebar secara luas.
Dasyat memang, Corona Virus Disease-19 (Covid-19) telah melanda seluruh tatanan kehidupan manusia, tak terkecuali dunia pendidikan yang tentu implikasinya harus diterima oleh semua pemangku kepentingan.
Sejak pertengahan Maret 2020, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah memberlakukan kebijakan kepada seluruh satuan pendidikan agar melaksanakan sistem pembelajaran jarak jauh atau daring (dalam jaringan). Tidak hanya belajar di rumah, pemerintah juga memberlakukan semua aktivitas dilakukan dari rumah, bekerja dari rumah dan beribadah pun di rumah.
Pemberlakuan belajar dari rumah melalui sistem dalam jaringan (daring) bagi sebagian warga belajar (siswa) yang tinggal di kota besar dengan ketersediaan fasilitas daring yang lengkap, dorongan orang tua dan sudah terbiasa tentu tidak menjadi masalah. Kondisi ini bertolak belakang dengan warga belajar yang berada di pinggiran dengan akses dan fasilitas yang serba minim, ditambah dengan kondisi ekonomi orang tua kelas bawah menambah permasalahan dalam implementasi belajar dari rumah dengan sistem dalam jaringan.
Tidak hanya menimpa siswa yang kurang beruntung, belajar dalam jaringan juga menjadi kendala bagi sebagian pendidik yang juga kurang beruntung. Mengapa? Karena tidak semua pendidik berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS), banyak pendidik yang masih berstatus TKK/TKS/honorer yang gajinya tak sepadan dengan tugas yang diamanatkannya, sehingga pelaksanaan daring menjadi salah satu problema.
Jika kita perhatikan, pemanfaatan teknologi digital dalam proses pembelajaran melalui jaringan bisa dikatakan mengalami peningkatan luar biasa, dan mungkin saat ini sebagai puncaknya. Bagai mana tidak, dikala semua dibatasi dan tidak dianjurkan untuk bertatap muka dan berkumpul, maka sudah barang tentu semuanya beralih ke digital.
Tradisional jangan ditinggal
Jika pembelajaran secara daring tidak berjalan secara optimal, akan berimplikasi kepada capaian kurikulum dan tentu saja kepada kualitas lulusan. Beruntung pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan kebijakan melalu Surat Edaran Menterian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 4 tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam Masa Darurat Penyeberan Corona Virus Disease-19 (Covid-19), salah satunya dinyatakan bahwa kegiatan belajar di rumah tanpa terbebani capaian taget kurikulum.
Proses pembelajaran secara digital (dalam jaringan) dan secara tradisioal keduanya memliki keunggulan masing-masing. Pelaksanaan pembelajaran melalui daring dapat menjangkau seluruh pelosok dengan jarak yang sangat jauh bahkan tanpa batas dan bisa berjalan baik dengan berbagai syarat misalnya ketersediaan fasilitas jaringan. Melalui metode ini, materi pelajaran dapat disampaikan tanpa harus bertatap muka secara langsung. Hal ini menjadi salah satu kelemahan daring, bahwa pengelolaan kelas, pemberian motivasi face to face, membagi perhatian secara adil, membantu siswa yang benar-benar membutuhkan bimbingan dan lain-lain dalam sistem belajar daring sangat sulit untuk diwujudkan.
Berbeda dengan metode tradisional melalui tatap muka langsung yang menjadi pondasi setiap proses pembelajaran sejak turun temurun. Kedekatan, sapaan hangat, sentuhan kasih sayang guru kepada muridnya, fokus perhatian kepada semua anak, dan lain-lain menjadi salah satu kekuatan yang mampu membangkitkan semangat anak untuk belajar untuk menjadi yang terbaik. Setelah hampir dua bulan anak belajar di rumah, mereka sudah mengalami kejenuhan dan kangen dengan situasi belajar yang biasanya mereka lakukan.
Kesimpulannya bahwa bagi siswa yang kurang beruntung, maka tak ada rotan akarpun jadi. Semoga anak-anak yang menjadi harapan masa depan tetap semangat untuk belajar dalam mewujudkan cita-cita. Mari untuk tetap belajar dan bekerja serta beibadah dari rumah,  dan semoga wabah Corona Virus Disease-19 (Covid-19) lekas berlalu sehingga “ belajar dari sekolah oke, dari jauh bisa”.

Rujukan:
Ahmad Yani. Life is Moving. Surabaya: Pustaka Media Guru. 2017.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2o2o  Tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam Masa Darurat Penyebaran Co Ro Naviru S D/Sease (Covid- 1 9)

Related Posts

No comments:

Post a Comment