Penegakan disiplin
dengan pendekatan positif merupakan manifestasi dari kinerja guru dalam
mengelola perilaku murid tanpa menggunakan tindakan agresif, baik secara verbal
maupun nonverbal. Secara operasional, pendekatan ini menekankan pada praktik
pembelajaran yang mengedepankan penghormatan terhadap martabat murid. Guru
tidak lagi menempatkan diri sebagai sosok yang otoriter, melainkan sebagai
fasilitator yang membimbing murid untuk memahami nilai-nilai kedisiplinan
melalui kesadaran internal, bukan karena rasa takut atau paksaan dan
berlandasankan pada nilai-nilai kesepakatan yang telah dibuat bersama.
Salah satu ciri
utama guru yang menerapkan disiplin positif adalah kemampuan mengelola emosi
melalui teguran verbal yang tenang. Saat menghadapi perilaku murid yang tidak
sesuai, guru memilih menggunakan bahasa yang sopan dan nada bicara yang
terkontrol. Alih-alih membentak atau mempermalukan murid di depan umum, guru
memberikan arahan yang jelas dan konstruktif. Komunikasi semacam ini
menciptakan suasana kelas yang aman secara psikologis, sehingga murid merasa
dihargai meskipun sedang dalam proses perbaikan perilaku.
Guru yang
berkomitmen pada pendekatan positif secara tegas meniadakan hukuman fisik,
ancaman, maupun tindakan intimidasi dalam bentuk apa pun. Tidak ada ruang bagi
kekerasan verbal yang menyakiti perasaan atau hukuman fisik yang mencederai
tubuh. Guru memahami bahwa ancaman hanya akan menghasilkan kepatuhan sesaat
yang didasari oleh ketakutan, sementara disiplin positif bertujuan membangun
karakter jangka panjang yang berakar pada integritas diri murid.
Kriteria guru yang
menerapkan disiplin positif juga terlihat dari penggunaan pendekatan dialogis
dalam menyelesaikan konflik atau pelanggaran aturan di kelas. Dibandingkan
langsung menjatuhkan sanksi, guru lebih memilih mengajak murid berdiskusi
secara mendalam. Proses dialog ini bertujuan untuk merefleksikan tindakan murid
dan membantunya menyadari dampak negatif dari perilaku buruk tersebut terhadap
diri sendiri maupun orang lain. Melalui diskusi dua arah ini, murid diajak
untuk mencari solusi atas kesalahan yang dilakukan.
Pada akhirnya, sosok
guru yang menerapkan disiplin positif senantiasa berfokus pada upaya
menyadarkan murid tentang nilai-nilai kedisiplinan. Guru bertransformasi dari
sosok "penghukum" menjadi "rekan dialog" yang membantu
murid melihat konsekuensi logis dari tindakan mereka. Dengan konsistensi dalam
menghindari ucapan yang menyakiti dan fokus pada pengembangan kesadaran diri,
guru berhasil menciptakan ekosistem pembelajaran yang mendukung tumbuh kembang
karakter murid secara sehat dan bermartabat.
Mengapa Disiplin Positif Perlu Dilakukan?
Ada beberapa alasan
fundamental mengapa guru perlu beralih ke pendekatan disiplin positif:
·
Mendukung Kesejahteraan Psikologis (Well-being): Tindakan agresif dapat memicu
trauma. Lingkungan yang aman secara emosional adalah syarat mutlak agar otak
murid dapat menyerap informasi secara optimal.
·
Membentuk Disiplin Internal: Berdasarkan teori kontrol,
disiplin yang efektif lahir dari motivasi intrinsik. Dialog membantu murid
memahami "mengapa" mereka harus disiplin, bukan sekadar "takut
pada siapa".
·
Meningkatkan Hubungan Guru-Murid: Penghormatan yang diberikan
guru akan membangun kepercayaan (trust), sehingga murid menjadi lebih kooperatif.
·
Relevansi Filosofis: Sejalan dengan konsep Ki Hadjar Dewantara,
pendidikan harus "Menuntun" tanpa paksaan agar anak tumbuh menjadi
manusia merdeka yang mampu menguasai dirinya sendiri.
Sebagai
simpulan, penegakan disiplin dengan pendekatan positif merupakan fondasi utama
dalam menciptakan lingkungan belajar yang humanis dan transformatif. Dengan
mengedepankan komunikasi yang santun, penghapusan tindakan agresif, dan
penguatan dialog reflektif, guru tidak hanya berhasil menertibkan perilaku
murid, tetapi juga sedang menyemai benih karakter yang kuat secara internal.
Ketika murid disiplin karena kesadaran akan nilai dan dampak dari tindakannya,
maka tujuan pendidikan untuk mencetak manusia yang mandiri dan bertanggung
jawab dapat tercapai secara berkelanjutan. Oleh karena itu, komitmen guru dalam
menerapkan disiplin tanpa kekerasan adalah investasi jangka panjang bagi masa
depan generasi bangsa.
Sumber: Kemendikbudristek. Panduan Implementasi Disiplin Positif di Satuan Pendidikan, dan sumber lainnya.

No comments:
Post a Comment