Mari Berbagi...dan Memberi....

2025-12-24

Penegakan Disiplin dengan Pendekatan Positif (Menumbuhkan Kesadaran, Bukan Ketakutan)

| 2025-12-24

Suasana ceria kelas

Dinamika ruang kelas sering kali menghadapkan guru pada tantangan pengelolaan perilaku murid yang beragam. Selama ini, paradigma lama cenderung menempatkan hukuman dan ancaman sebagai instrumen utama untuk menertibkan kelas. Namun, seiring dengan berkembangnya kesadaran akan hak anak dan kesehatan mental dalam pendidikan, muncul sebuah urgensi untuk mengalihkan gaya kepemimpinan guru menuju penegakan disiplin dengan pendekatan positif. Pendekatan ini bukan sekadar metode manajemen kelas, melainkan sebuah filosofi pendidikan yang memandang disiplin sebagai proses pemberdayaan kesadaran diri, bukan hasil dari penekanan atau intimidasi dan rasa takut.

Penegakan disiplin dengan pendekatan positif merupakan manifestasi dari kinerja guru dalam mengelola perilaku murid tanpa menggunakan tindakan agresif, baik secara verbal maupun nonverbal. Secara operasional, pendekatan ini menekankan pada praktik pembelajaran yang mengedepankan penghormatan terhadap martabat murid. Guru tidak lagi menempatkan diri sebagai sosok yang otoriter, melainkan sebagai fasilitator yang membimbing murid untuk memahami nilai-nilai kedisiplinan melalui kesadaran internal, bukan karena rasa takut atau paksaan dan berlandasankan pada nilai-nilai kesepakatan yang telah dibuat bersama.

Salah satu ciri utama guru yang menerapkan disiplin positif adalah kemampuan mengelola emosi melalui teguran verbal yang tenang. Saat menghadapi perilaku murid yang tidak sesuai, guru memilih menggunakan bahasa yang sopan dan nada bicara yang terkontrol. Alih-alih membentak atau mempermalukan murid di depan umum, guru memberikan arahan yang jelas dan konstruktif. Komunikasi semacam ini menciptakan suasana kelas yang aman secara psikologis, sehingga murid merasa dihargai meskipun sedang dalam proses perbaikan perilaku.

Guru yang berkomitmen pada pendekatan positif secara tegas meniadakan hukuman fisik, ancaman, maupun tindakan intimidasi dalam bentuk apa pun. Tidak ada ruang bagi kekerasan verbal yang menyakiti perasaan atau hukuman fisik yang mencederai tubuh. Guru memahami bahwa ancaman hanya akan menghasilkan kepatuhan sesaat yang didasari oleh ketakutan, sementara disiplin positif bertujuan membangun karakter jangka panjang yang berakar pada integritas diri murid.

Kriteria guru yang menerapkan disiplin positif juga terlihat dari penggunaan pendekatan dialogis dalam menyelesaikan konflik atau pelanggaran aturan di kelas. Dibandingkan langsung menjatuhkan sanksi, guru lebih memilih mengajak murid berdiskusi secara mendalam. Proses dialog ini bertujuan untuk merefleksikan tindakan murid dan membantunya menyadari dampak negatif dari perilaku buruk tersebut terhadap diri sendiri maupun orang lain. Melalui diskusi dua arah ini, murid diajak untuk mencari solusi atas kesalahan yang dilakukan.

Pada akhirnya, sosok guru yang menerapkan disiplin positif senantiasa berfokus pada upaya menyadarkan murid tentang nilai-nilai kedisiplinan. Guru bertransformasi dari sosok "penghukum" menjadi "rekan dialog" yang membantu murid melihat konsekuensi logis dari tindakan mereka. Dengan konsistensi dalam menghindari ucapan yang menyakiti dan fokus pada pengembangan kesadaran diri, guru berhasil menciptakan ekosistem pembelajaran yang mendukung tumbuh kembang karakter murid secara sehat dan bermartabat.

Mengapa Disiplin Positif Perlu Dilakukan?

Ada beberapa alasan fundamental mengapa guru perlu beralih ke pendekatan disiplin positif:

·         Mendukung Kesejahteraan Psikologis (Well-being): Tindakan agresif dapat memicu trauma. Lingkungan yang aman secara emosional adalah syarat mutlak agar otak murid dapat menyerap informasi secara optimal.

·         Membentuk Disiplin Internal: Berdasarkan teori kontrol, disiplin yang efektif lahir dari motivasi intrinsik. Dialog membantu murid memahami "mengapa" mereka harus disiplin, bukan sekadar "takut pada siapa".

·         Meningkatkan Hubungan Guru-Murid: Penghormatan yang diberikan guru akan membangun kepercayaan (trust), sehingga murid menjadi lebih kooperatif.

·         Relevansi Filosofis: Sejalan dengan konsep Ki Hadjar Dewantara, pendidikan harus "Menuntun" tanpa paksaan agar anak tumbuh menjadi manusia merdeka yang mampu menguasai dirinya sendiri.

Sebagai simpulan, penegakan disiplin dengan pendekatan positif merupakan fondasi utama dalam menciptakan lingkungan belajar yang humanis dan transformatif. Dengan mengedepankan komunikasi yang santun, penghapusan tindakan agresif, dan penguatan dialog reflektif, guru tidak hanya berhasil menertibkan perilaku murid, tetapi juga sedang menyemai benih karakter yang kuat secara internal. Ketika murid disiplin karena kesadaran akan nilai dan dampak dari tindakannya, maka tujuan pendidikan untuk mencetak manusia yang mandiri dan bertanggung jawab dapat tercapai secara berkelanjutan. Oleh karena itu, komitmen guru dalam menerapkan disiplin tanpa kekerasan adalah investasi jangka panjang bagi masa depan generasi bangsa.

 

Sumber: Kemendikbudristek. Panduan Implementasi Disiplin Positif di Satuan Pendidikan, dan sumber lainnya.


 Terima kasih.

 

 

Related Posts

No comments:

Post a Comment