Pada zaman mataram 1600 sampai dengan 1775 di setiap kabupaten terdapat sebuah lapangan yang dinamakan aloon-aloon tempat para prajurit mengolah raganya baik berupa pencak silat, panahan atau berkuda latihan gladi keprajuritan dinamakan “seton”.Dalam sejarahnya olah raga di Indonesia melaju sejalan dengan perkembangan masyarakat. Contoh olahraga tradisional di Indonesia: pasola, debus, ujungan, dan loncat batu nias.
Perhatian masyarakat Indonesia sedikit sekali terhadap olahraga sehingga
perkembangannya tidak mencapai tingkatan yang tinggi kegiatan olahraga di
masyarakat pada waktu itu biasanya merupakan demonstrasi yang dilakukan oleh
pelajar-pelajar sekolah menengah seperti HIK
(Hollandssh Indische Kweekscholl atau sekolah guru), MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs atau
SMP), AMS (Algemeenee Middelbare School
atau SMA) dan HBS (Hoogere Burgerschool atau Sekolah Menengah Lima Tahun).
Sedangkan atletik banyak menarik perhatian pelajar-pelajar sekolah lanjutan
karena sering dipertandingkan dalam acara sekolah yang dipertandingkan,
seperti: jalan, lari, lempar dan lompat. Sedangkan permainan yang diajarkan di
tingkat SD adalah kasti dan bola bakar juga ada rounders dan kiepers. Permainan
yang berkembang di masyarakat pada saat itu adalah sepak bola dan bulu tangkis.
Permainan yang berkembang pada masyarakat kelas tinggi adalah tenis untuk
kalangan bangsawan dan pelajar sedangkan tenis meja berkembang pada masyarakat
china untuk permainan asli nenek moyang Indonesia mulai berkurang kecuali
pencak silat yang berkembang di pesantren-pesantren dan padepokan pencak silat.
Pada zaman
sesudah Indonesia memproklamkan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus tahun 1945,
dibentuklah susunan kabinet pertama dimana kegiatan olahraga dan pendidikan
jasmani berada dibawah menteri pengajaran. Pada waktu itu pendidikan jasmani
dipergunakan dilingkungan sekolah, sedangkan olahraga digunakan untuk kegiatan
olahraga di masyarakat yang berupa cabang-cabang olahraga. Dengan dibentuknya
kementarian pengajaran, maka pemimpin-pemimpin bangsa pada waktu itu telah
menunjukkan kepeduliannya akan masalah pendidikan, yang didalamnya tercakup
pula pendidikan jasmani, namun karena baru dalam taraf penataan, maka kegiatan
pendidikan jasmani yang diatur oleh kementarian pengajaran belum banyak begitu
dirasakan. Istilah “gerak badan” masih banyak dipergunakan disekolah dasar
maupun di sekolah menengah. Ada permulaan tahun 1946 para pemimpin olahraga
yang sebagian besar terdiri dari pemimpin seperti ex GELORA (Gerakan Latihan
Olahraga Rakyat, yang didirikan pada zaman Jepang yang merupakan organisasi
olahraga yang didalamnya terdapat cabang-cabang seperti sepak bola, bulu
tangkis, tenis, dll), ex PUTERA dan juga ex pengurus ikatan sport Indonesia disingkat
I.S.I (didirikan tahun 1938) megadakan pertemuan di Surakarta tepatnya di
gedung Habipraya didpimpin oleh Dr. Abdurrachman Saleh yang mana pada pertemuan
tersebut terdapat keputusan-keputusan penting sebagai berikut:
1. Pertemuan itu dinamakan Kongres
Olahraga I (pertama) tahun 1946 .
2. Nama
Persatuan Olahraga Indonesia (PORI) untuk hubungan luar negeri dibentuklah
Komite Olimpiade Republik Indonesia (KORI) kegiatan PORI lebih diarahkan untuk
mengiatkan cabang-cabang olahraga yang telah menjadi anggotanya.
Seperti
dijelaskan diatas peran olahraga semakin penting pada zaman pergerakan nasional
pada 1908, yang mencapai puncaknya saat para pemuda Indonesia mendeklarasikan
Sumpah Pemuda 1928. Mereka menjadikan olahraga sebagai tekad perjuangan bangsa
untuk merdeka. Ini terlihat pada penggalan lagu Indonesia Raya yang
dikumandangkan pertama kali saat deklarasi itu: “bangunlah jiwanya, bangunlah badannya,
untuk Indonesia Raya.”
Setelah
Indonesia merdeka, olahraga turut berperan mewujudkan cita-cita bangsa, seperti
tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945. Pada awalkemerdekaan,saat masa
revolusi, bangsa Indonesia menggelar Pekan Olahraga Nasional untuk pertama
kalinya di Surakarta, 9 September 1948. Ini
membuktikan kepada dunia luar bahwa Indonesia bisa mengadakan kegiatan seperti
apa yang dilakukan olah negara-negara merdeka di dunia ini.
Pengurus besar
PORI mengusulkan kepada Pemerintah Pusat yang waktu itu berada di Yogyakarta
bahwa PORI akan menyelenggarakan Pekan Olahraga di Surakarta yang selanjutnya
PB. PORI membentuk panitia PON. Yang mempelopori terbentuknya PON yaitu Sri
Sultan Hamengkubuwono IX, Dr. Abdul Rahman Saleh, Mr. Widodo Satrodiningrat.
No comments:
Post a Comment