Wabah Corona Virus Desease-19 (COVID-19) menimbulkan tantangan baru bagi kehidupan manusia, tak ketinggalan dunia pendidikan sebagai garda terdepan dalam membangun generasi bangsa yang berkualitas.
Hingga akhir Juli 2020, berdasarkan data Worldometers, jumlah kasus
virus corona tercatat sebanyak 15.347.848 kasus. Dari angka itu, 625.110 orang
meninggal dunia, dan jumlah yang sembuh sebanyak 9.332.230 orang. (Kompas.com, 23/7/2020). Sedangkan di Indonesia jumlah
korban 4.714 orang dinyatakan meninggal, dari 97.286 yang dinyatakan positif
terpapar.
Kekhawatiran dan masih tingginya angka positif dan kematian akibat Covid-19, maka pemerintah belum berani
dan belum bisa memastikan sekolah untuk melaksanakan pembelajaran tatap muka.
Dan berasarkan kesepakatan empat kementerian, yaitu Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan, Menteri Agama, Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri, bahwa
sekolah yang berada di zona oranye, kuning dan apalagi merah tidak
diperkenankan untuk membuka sekolah dan menyelenggaran pembelajaran tatap muka.
Hal ini dilakukan untuk mencegah sekolah sebagai klaster baru penyebaran Covid-19.
Agar anak (peserta didik) tetap mendapatkan layanan pendidikan, maka
pemerintah melaksanakan program Belajar dari Rumah (BDR) melalui model
Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) baik yang dilakukan secara daring (dalam
jaringan/online) maupun secara luring
(di luar jaringan/offline), atau
kombinasi dari keduanya.
Kita belum mengetahui secara pasti tentang efektivitas pelaksanaan
belajar dari rumah melalui pembelajaran jarak jauh baik secara luring ataupun
daring atau gabungan keduanya, yang jelas saat ini semua pihak baik sekolah
(guru), orang tua, maupun objek sasaran yaitu peserta didik mengalami banyak kesulitan.
Bagi seorang muslim, Islam telah mangatur segala urusan mahluk-Nya di
dunia dengan serapih-rapihnya penuh dengan kemanfaata/kemaslahatan bagi dirinya
dan atau bagi sesamanya.
Perkara pembelajaran, Islam telah mengatur pula bagai aman strategi
dalam mendidik (mengajar) anak. Salah satunya adalah konsep pendidikan menurut
An Nahlawi dalam kitabnya yang berjudul Ushul
Al-Tarbih Al-Islamiyyah Wa Asalibuha, bahwa menurut beliau ada tujuh kiat
atau cara dalam mendidik anak (mengajar) anak:
1. Hiwar
(dialog)
Dialog secara langsung merupakan
sarana komunikasi yang sangat efektif dalam mendidik atau mengajari anak.
Karena melalui metode ini kemampuan pemahaman anak terhadap apa yang disampikan
akan dapat dengan mudah dipahami dan bahkan mengajukan pertanyaan (bertanya)
langsung jika ada hal-hal yang tidak atau kurang dipahami oleh guru atau orang
tua.
Begitu pun saat Baginda Rosulullah saw, saat berdakwah, metode dialog ini merupakan salah satu sarana yang sering digunakan dalam menyampaikan pesan kenabiannya kepada para sahabat (pengikut) setia Beliau.
2. Kisah
Dalam pendidikan Islam, metode
pendidikan melalui kisah dapat membangkitkan dan membentuk prilaku atau
karakter yang bagi anak-anak. Jika yang dikisahkan merupakan kisah atau sejarah
yang memiliki kandungan cerita yang baik, maka insya Allah dalam jiwa anak akan
terbentuk prilaku karakter atau sifat positif sebagai mana yang dikisahkan
kepada anak tersebut dan sebaliknya.
Saat ini banyak prilaku penyimpangan sifat atau karakter anak sebagai dampak dari apa yang sering ia lihat atau dengar, misalnya melalui cerita dan lain-lain. Sehingga ia terinsfirasi untuk melakukan kejahatan atau penyimpangan karakter tersebut.
3. Perumpamaan
Tentang perumpamaan dalam Islam,
baik tercatan dalam Al Qur’an maupun Hadits sangat banyak jumlahnya. Misalnya
perumpamaan sifat atau karakter seorang muslim yang diumpamakan seperti seperti
seekor “lebah” yang memakan yang baik
dan mengeluarkan yang baik pula, dan jika ia hinggap di batang atau ranting
tidak menyebakan kerusakan apapun pada ranting atau batang yang ia hingggapi.
Perumpamaan semacam ini sangat baik disampaikan saat mendidik anak, sehingga ia akan lebih mengerti dan memahami apa sebenarnya yang harus ia ikuti sebagai seoranag hamba yang baik.
4. Keteladanan
Sudah sangat jelas dengan metode
pendidikan Islam yang satu ini. Orang tua dan guru sebagai pribadi yang dewasa harus
mencerminkan pribadi yang menujukkan sosok teladan yang harus diikuti segala
prilakunya oleh anak.
Guru atau orang tua yang teladan dan konssten dengan prilaku keteladannya tersebut akan lebih mudah dalam menanamkan pemahaman anak dalam mencerna apa yang harus dia terima dan mereflekdiknnya dalam dunia nyata baik dalam kontek dunia anak maupun dalam kontek kemasyarakatan (hubungan dengan sesame).
5. Latihan dan
Pengamalan
Anak yang telah memiliki pemahaman
tentang apa yang ia pelajari, maka selanjutnya sangat penting untuk memberikan
kesempatan kepada mereka dalam membiasakan apa yang telah mereka peroleh. Pada
tataran ini mereka harus dibiasakan atau dilatih sehingga terbentuk pola
kebiasaan atau terampil (otomatis) berprilaku sesuai dengan apa yang ia
pelajari dan orang tua atau guru kehendaki.
Orang tua atau guru harus berperan sebagai pembimbing yang memiliki karakter dan sifat teladan bagi mereka sehingga pola latihan yang mereka lakukan tak membebani karena orangtua pun memberikan dorongan, contoh, dan lain-lain dalam pembentukan pribadi anak yang soleh, cerdas dan berkarakter.
6. Ibrah dan
Mauizhah
Ibrah mengandung makna mengambil
palajaran dari kisah atau kejadian yang dapat dijadikan sebagai pelajaran.
Islam banyak pelajaran yang dapat dijadikan pijakan dalam menopang dan menjalani kewajiban menjalankan syariat dari
banyak kisah sebagai bahan pelajaran berharga agar menjadi seorang ikhsan.
dari banyak pelajaran yang didapat selanjutnya harus mampu di sampaikan kepada anak-anak berupa nasehat agar ia kelak menjadi insan yang baik sesuai pelajaran yang diperolehnya.
7. Targhib dan
Tarhib
Targhib adalah janji-janji yang
menyenangkan sebagai balasan bagi orang yang berbuat baik. Sedangkan tarhib
adalah ancaman yang menggambarkan kengerian jika seseorang melakukan atau
melanggar aturan (agama).
Dalam konsep belajar (pendidikan) metode ini sangatbbaik untuk memotivasi atau meberikan dorongan kepada anaka agar senantiasa berbuat sesuai dengan aturan atau pedoman (agama) yang dianutnya.
Jika kita sandingakn (bandingkan)
antara konsep atau metode pendidikan Islam dan metode/konsep pendidikan
nasional sangat jelas dan tidak ada yang berbeda baik dalam Kurikulum KTSP 2006
maupun Kurikulum 2013.
Konsep atau metode pendidikan Islam
tetap relevan dan cocok untuk seluruh masa dan kondisi serta untuk seluruh
kalangan umat di dunia, karena Islam diturunkan sebagai rahmat bagi semua umat
tanpa ada pengecualian.
Masa sekarang merupakan masa
tersulit bagi dunia pendidikan di tanah air, karena suasana pandemic Covid-19 yang mengharuskan anak-anak
melakukan proses Pembelajaran Jarak jauh (PJJ) yang dilakukan secara daring
ataupun luring, oleh karena itu kiranya seluruh stakeholder pendidikan senantiasa menerapkan metode pendidikan
Islam dalam proses PJJ, karena metode ini tetap relevan termasuk saat pandemic seperti
sekarang ini.
No comments:
Post a Comment