Rasanya sangat wajar jika
semua orang menghendaki hidupnya sukses, termasuk sukses saat duduk di bangku
sekolah. Semua orang tua rasanya juga menghendaki anaknya yang tengah duduk di bangku
sekolah atau di perguruan tinggi dapat meraih prestasi (akademik) setinggi-tingginya.
Dan bagi banyak peserta didik harapan tersebut nampaknya tidaklah berbeda dengan
harapan orang tuanya kebanyakan. Lalu apakah kesuksesan saat di bangku sekolah
dengan segudang prestasi akan mengantarkan suksesnya hidup masa depan?
Untuk menjawab pertanyaan itu
susah-susah gampang, bisa “Ya” atau pun “Tidak”. “Ya”, karena banyak orang yang
sukses saat belajar di bangku sekolah, ia juga sukses setelah lulus sekolah dan
menjalani hidup di tengah masyarakat.
Jawaban “Tidak”, karena
tidak pula sedikit orang yang sukses saat duduk di bangku sekolah bahkan dengan
segudang prestasi, tetapi pada masa akhir kehidupannya justru sangat
memprihatinkan. Apakah prestasi itu kebetulan? Apakah sukses itu juga
kebetulan?
Terlepas dari pernyataan dan
pertanyaan di atas, yang jelas di dunia ini tidak ada yang terjadi secara
kebetulan. Semuanya telah dicatat oleh Allah SWT sejak jutaan tahun sebelum
setiap peristiwa yang akan terjadi. Manusia hanya disyaratkan dan diwajibkan
agar ikhtiar sesuai dengan kemampuan masing-masing untuk memperoleh yang
terbaik, sekarang, besok, lusa, dan masa mendatang.
Dewasa ini masih banyak
pandangan orang tua yang kurang tepat terhadap prestasi anak (peserta didik) di
sekolah. Banyak orang yang berfikir jika mempunyai anak yang kecerdasan
intelektualnya tinggi akan menjadi orang sukses kelak. (Sulhan, 2010:13).
Selain itu, banyak pula orang tua yang hanya mengetahui jika anak berprestasi adalah
anak yang berprestasi secara akademik (nilai kecerdasan otak) dengan nilai di
atas rekan-rekannya yang lain. Maka tidaklah mengherankan jika banyak orang tua
selalu mendorong anaknya untuk memperoleh nilai tinggi secara akademik. Karena
menurutnya anak hebat itu adalah anak dengan nilai akademik sempurna, padahal
jika dicermati anak tersebut tidak memiliki keistimewaan dalam bidang akademik,
karena kita tahu bahwa setiap anak dilahirkan dengan kemampuan berbeda. Oleh
karena itu akan memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing.
Kecerdasan yang dimiliki
oleh setiap individu berbeda-beda. Kecakapan setiap individu dibagi dalam dua bagian, yaitu kecakapan nyata (actual ability) dan kecakapan potensial
(potential ability).(Yudhawati dan
Haryanto, 2011). Menurut beliau bahwa kecakapan aktual yaitu kecakapan yang
diperoleh melalui belajar. Sedangkan kecakapan potensial merupakan kecakapan
yang masih terkandung dalam diri individu dan diperoleh melalui keturunan (herediter). Kecakapan potensial dibagi
menjadi dua bagian, yaitu kecakapan dasar umum yang disebut intelegensi atau
kecerdasan, dan kecakapan khusus yang disebut bakat atau aptitudes.
Sebagamana telah dikemukakan
sebelumnya bahwa masih banyak pemahaman orang tua terhadap kesuksesan dalam
belajar yang bersifat akademik atau kecerdasan intelektual. Padahal bahwa
setiap individu terlahir dengan berbagai tingkat kecerdasan.
Menurut Gardner (1993),
sebagaimana yang dikutip oleh Yadhawati dan Haryanto (2011), bahwa manusia
memiliki kecerdasan ganda atau multiple
intelegence, dengan aspek-aspek sebagai berikut:
1.
Logaical-Mathematical
Merupakan
kecerdasan terhadap kepekaan dan kemampuan untuk mengamati pola-pola logis dan
bilangan serta kemampuan untuk berfikir rasional. Orang yang memiliki
kecerdasan ini dapat menggunakan angka-angka dengan baik dan melakukan
penalaran dengan benar. Contoh profesi misalnya ahli matematika, akuntan pajak,
ahli statistika, dan lain-lain.
2. Linguistic
Merupakan kecerdasan terhadap suara, ritme,
makna kata-kata dan keragaman fungsi bahasa lisan maupun tulisan dengan baik.
orang yang memiliki kecerdasan ini mahir memilih dan menggunakan kata-kata
dengan efektif. Contoh profesi, misalnya pendongeng, orator, penceramah, dan
lain-lain.
3. Musical
Adalah kecerdasan dalam hal menghasilkan
dan mengapresiasikan ritme, nada dan bentuk-bentuk ekspresi musik. Contoh
profesi adalah penyanyi.
4. Spatial
Kemampuan dalam persepsi dunia ruang dan
visual secara akurat dan melakukan transformasi persepsi tersebut. Orang yang
memiliki kecerdasan ini memiliki kemampuan dalam mempersepsi dunia
visual-spasial dengan baik, termasuk kepakaan terhadap garis, warna, bentuk,
ruang dan hubungan antar unsur tersebut. Contoh profesi adalah arsitek,
pelukis, desain, dan lain-lain.
5. Bodily Kinesthetic
Merupakan kecerdasan dalam mengontrol
gerak tubuh (motor control) secara
terampil. Orang yang memiliki kecerdasan ini memiliki kemampuan seluruh anggota
tubuh untuk mengekspresikan ide dan perasaan, menggunakan anggota badan lainnya
untuk melakukan atau merubah sesuatu. Kemampuan lainnya adalah terkait dengan
keterampilan fisik (skill), misalya
kekuatan, kecepatan, kelenturan, koordinasi serta kemampuan dalam melakukan
kecepatan reaksi. Contoh profesi ini adalah atlit (olahragawan)
6. Interpersonal
Kemampuan untuk mengamati dan merespon
suasana hati, emosi, dan motivasi orang lain. Kecerdasan ini disebut juga
kecerdasan sosial atau kecerdasan yang hubungannya dengan orang lain. Orang
yang memiliki keserdasan interpesonal ini mampu mengelola perasaan atau suasana
hati diri sendiri serta orang lain. Contoh profesi psikolog, pekerjaan yang
berhubungan dengan orang banyak.
7. Intrapersonal
Kemampuan untuk memahami perasaan,
kekuatan dan kelemahan serta intelegensi sendiri. Orang yang memiliki kecerdasan
ini mudah memahami dan mengenali dirinya sendiri dan bertindak atas dasar
pemahaman tersebut.
Bakat merupakan sesuatu yang diwariskan dari orang tua
dan bersifat melekat (inherent) serta
terkait pula dengan struktur otak yang akan berkembang sejalan dengan interaksi
dengan lingkungannya.
Sebagai orang tua, pendidik
wajib memfasilitasi peserta didik agar mampu tumbuh dan berkembang sesuai
dengan bakat atau potensi yang dimiliki sebagai warisan orang tuanya. Kemampuan
intelegensi atau intelligence quotient
menjadi dasar awal keberhasilan seorang anak yang cerdas secara akademik dan
biasanya cenderung di atas rata-rata teman seusianya. Namun peserta didik yang
itelektualnya tinggi tidak selalu menujukkan peserta didik berbakat, akan
tetapi memerlukan sentuhan lain agar potensinya dapat muncul, seperti bakat
seni dan olahraga. Selain itu, masih ada faktor lain yang turur menentukan
perkembangan peserta didik menjadi anak yang berbakat yaitu kecerdasan emosi. Sekitar
60% bakat anak diwariskan dari orang tuanya, selebihnya lingkunganlah yang
menentukannya. (Sofyan, 2005).
Dalam setiap sisi kehidupan
peran kecerdasan emosi (emotional
quotient) sangat penting dalam pengendalian diri sebagai pengantar sukses.
Begitupun dalam dunia olahraga misalnya, penampilan seorang atlit akan optimal
jika ia memiliki emotional quotien
yang baik. sebagai contoh, seorang atlit beladiri saat mengantisipasi serangan
lawan akan sempurna jika memiliki ketenangan emosi yang baik, sehingga gerakan
lawan akan mudah dibaca sehingga dapat menyusun strategi dengan cepat dan
efektif gerakan balasan yang akan dilakukan.
Sebagai orang yang beriman,
manusia diwajibkan untuk ikhtiar berdasarkan yang ia mampu untuk menjadi hamba
yang sukses di dunia dan akhirat, terlepas bahwa takdir yang akan menentukan.
Allah akan memberikan apa yang diminta oleh hamba-Nya selama itu membawa
kemaslahatan bagi dirinya, walaupun terkadang apa yang dianggap baik oleh
manusia, menurut-Nya bahwa itu kurang baik.
Contoh figur orang yang
sukses dengan prestasi (sekolah) dan sukses masa depan diantaranya adalah orang
yang paling dekat dengan kita, yaitu presiden ketiga Republik Indonesia, Bacharuddin
Jusuf Habibie. Anak keempat yang dilahirkan di Pare-Pare, Sulawesi Selatan pada
tanggal 25 Juni 1936 dari pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan RA. Tuti Marini
Puspowardojo ini telah sukses sejak ia duduk di bangka SMA dengan prestasi
akademiknya yang luar biasa terutama bidang eksakta.
Setelah tamat dari SMA di Bandung tahun 1954, beliau
masuk Universitas Indonesia di Bandung (Sekarang ITB). Beliau
mendapat gelar Diploma dari Technische
Hochschule, Jerman tahun 1960 yang kemudian mendapatkan gekar doktor dari
tempat yang sama tahun 1965.
Setelah selesai pendidikan di Jerman kemudian kembali
ke tanah air untuk mengabdikan dirinya, dan hidupnya makin sukses dengan
menjabat sebagai menjabat Menteri Negara Ristek/Kepala BPPT selama 20 tahun,
menjadi wakil presiden, yang diakhiri sebagai pemimpin tertinggi di negreri
yang kaya raya dengan sumber alamnya yang melimpah menggantikan Jenderal Suharto
yang harus meninggalkan jabatannya sebelum berakhir karena desakan massa. (http://kangeryu.blogspot.co.id)
Contoh lainnya adalah orang
yang telah banyak berjasa pada dunia dengan teori relativitasnya. Saat Einstein
masih kecil dan sekolah menurut pandangan orang banyak perkembangannya kurang
baik bahkan ada yang mengecap ia adalah seorang anak bodoh dan idiot, bahkan
saat lulus kuliahpuh ketika melamar untuk menjadi dosen ditolak. Namun siapa
sangka, orang yang dulu dicemooh karena banyak yang menganggapnya kurang sehat,
ternyata memiliki kecerdasan yang sangat luar biasa hingga membuatnya menjadi
orang yang paling terkenal pada abad 20 dengan meraih beberapa penghargaan sebagai
orang jenius diantaranya adalah hadiah Nobel pada tahun 1921.
Itulah sepenggal cerita
kisah orang sukses. Dan masih banyak orang sukses lainnya untuk dijadikan
teladan hidup. Maka, sebagai orang tua sudah sewajarnya memberikan yang terbaik
dan membantu orang yang kita cintai untuk terus berkembang menjadi orang yang
sukses sesuai dengan kapasitas dan kemampuan yang ia miliki.
No comments:
Post a Comment