Mari Berbagi...dan Memberi....

2020-04-20

Sukses Belajar Sukses Masa Depan

| 2020-04-20

Giat Belajar Sukses Masa Depan

Rasanya sangat wajar jika semua orang menghendaki hidupnya sukses, termasuk sukses saat duduk di bangku sekolah. Semua orang tua rasanya juga menghendaki anaknya yang tengah duduk di bangku sekolah atau di perguruan tinggi dapat meraih prestasi (akademik) setinggi-tingginya. Dan bagi  banyak peserta didik harapan tersebut nampaknya tidaklah berbeda dengan harapan orang tuanya kebanyakan. Lalu apakah kesuksesan saat di bangku sekolah dengan segudang prestasi akan mengantarkan suksesnya hidup masa depan?
Untuk menjawab pertanyaan itu susah-susah gampang, bisa “Ya” atau pun “Tidak”. “Ya”, karena banyak orang yang sukses saat belajar di bangku sekolah, ia juga sukses setelah lulus sekolah dan menjalani hidup di tengah masyarakat.
Jawaban “Tidak”, karena tidak pula sedikit orang yang sukses saat duduk di bangku sekolah bahkan dengan segudang prestasi, tetapi pada masa akhir kehidupannya justru sangat memprihatinkan. Apakah prestasi itu kebetulan? Apakah sukses itu juga kebetulan?
Terlepas dari pernyataan dan pertanyaan di atas, yang jelas di dunia ini tidak ada yang terjadi secara kebetulan. Semuanya telah dicatat oleh Allah SWT sejak jutaan tahun sebelum setiap peristiwa yang akan terjadi. Manusia hanya disyaratkan dan diwajibkan agar ikhtiar sesuai dengan kemampuan masing-masing untuk memperoleh yang terbaik, sekarang, besok, lusa, dan masa mendatang.
Dewasa ini masih banyak pandangan orang tua yang kurang tepat terhadap prestasi anak (peserta didik) di sekolah. Banyak orang yang berfikir jika mempunyai anak yang kecerdasan intelektualnya tinggi akan menjadi orang sukses kelak. (Sulhan, 2010:13). Selain itu, banyak pula orang tua yang hanya mengetahui jika anak berprestasi adalah anak yang berprestasi secara akademik (nilai kecerdasan otak) dengan nilai di atas rekan-rekannya yang lain. Maka tidaklah mengherankan jika banyak orang tua selalu mendorong anaknya untuk memperoleh nilai tinggi secara akademik. Karena menurutnya anak hebat itu adalah anak dengan nilai akademik sempurna, padahal jika dicermati anak tersebut tidak memiliki keistimewaan dalam bidang akademik, karena kita tahu bahwa setiap anak dilahirkan dengan kemampuan berbeda. Oleh karena itu akan memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing.
Kecerdasan yang dimiliki oleh setiap individu berbeda-beda. Kecakapan setiap individu dibagi dalam  dua bagian, yaitu kecakapan nyata (actual ability) dan kecakapan potensial (potential ability).(Yudhawati dan Haryanto, 2011). Menurut beliau bahwa kecakapan aktual yaitu kecakapan yang diperoleh melalui belajar. Sedangkan kecakapan potensial merupakan kecakapan yang masih terkandung dalam diri individu dan diperoleh melalui keturunan (herediter). Kecakapan potensial dibagi menjadi dua bagian, yaitu kecakapan dasar umum yang disebut intelegensi atau kecerdasan, dan kecakapan khusus yang disebut bakat atau aptitudes.
Sebagamana telah dikemukakan sebelumnya bahwa masih banyak pemahaman orang tua terhadap kesuksesan dalam belajar yang bersifat akademik atau kecerdasan intelektual. Padahal bahwa setiap individu terlahir dengan berbagai tingkat kecerdasan.
Menurut Gardner (1993), sebagaimana yang dikutip oleh Yadhawati dan Haryanto (2011), bahwa manusia memiliki kecerdasan ganda atau multiple intelegence, dengan aspek-aspek sebagai berikut:
1.   Logaical-Mathematical
Merupakan kecerdasan terhadap kepekaan dan kemampuan untuk mengamati pola-pola logis dan bilangan serta kemampuan untuk berfikir rasional. Orang yang memiliki kecerdasan ini dapat menggunakan angka-angka dengan baik dan melakukan penalaran dengan benar. Contoh profesi misalnya ahli matematika, akuntan pajak, ahli statistika, dan lain-lain.
2.  Linguistic
Merupakan kecerdasan terhadap suara, ritme, makna kata-kata dan keragaman fungsi bahasa lisan maupun tulisan dengan baik. orang yang memiliki kecerdasan ini mahir memilih dan menggunakan kata-kata dengan efektif. Contoh profesi, misalnya pendongeng, orator, penceramah, dan lain-lain.
3.  Musical
Adalah kecerdasan dalam hal menghasilkan dan mengapresiasikan ritme, nada dan bentuk-bentuk ekspresi musik. Contoh profesi adalah penyanyi.
4.  Spatial
Kemampuan dalam persepsi dunia ruang dan visual secara akurat dan melakukan transformasi persepsi tersebut. Orang yang memiliki kecerdasan ini memiliki kemampuan dalam mempersepsi dunia visual-spasial dengan baik, termasuk kepakaan terhadap garis, warna, bentuk, ruang dan hubungan antar unsur tersebut. Contoh profesi adalah arsitek, pelukis, desain, dan lain-lain.
5.  Bodily Kinesthetic
Merupakan kecerdasan dalam mengontrol gerak tubuh (motor control) secara terampil. Orang yang memiliki kecerdasan ini memiliki kemampuan seluruh anggota tubuh untuk mengekspresikan ide dan perasaan, menggunakan anggota badan lainnya untuk melakukan atau merubah sesuatu. Kemampuan lainnya adalah terkait dengan keterampilan fisik (skill), misalya kekuatan, kecepatan, kelenturan, koordinasi serta kemampuan dalam melakukan kecepatan reaksi. Contoh profesi ini adalah atlit (olahragawan)
6.  Interpersonal
Kemampuan untuk mengamati dan merespon suasana hati, emosi, dan motivasi orang lain. Kecerdasan ini disebut juga kecerdasan sosial atau kecerdasan yang hubungannya dengan orang lain. Orang yang memiliki keserdasan interpesonal ini mampu mengelola perasaan atau suasana hati diri sendiri serta orang lain. Contoh profesi psikolog, pekerjaan yang berhubungan dengan orang banyak.
7.  Intrapersonal
Kemampuan untuk memahami perasaan, kekuatan dan kelemahan serta intelegensi sendiri. Orang yang memiliki kecerdasan ini mudah memahami dan mengenali dirinya sendiri dan bertindak atas dasar pemahaman tersebut.
Bakat merupakan sesuatu yang diwariskan dari orang tua dan bersifat melekat (inherent) serta terkait pula dengan struktur otak yang akan berkembang sejalan dengan interaksi dengan lingkungannya.
Sebagai orang tua, pendidik wajib memfasilitasi peserta didik agar mampu tumbuh dan berkembang sesuai dengan bakat atau potensi yang dimiliki sebagai warisan orang tuanya. Kemampuan intelegensi atau intelligence quotient menjadi dasar awal keberhasilan seorang anak yang cerdas secara akademik dan biasanya cenderung di atas rata-rata teman seusianya. Namun peserta didik yang itelektualnya tinggi tidak selalu menujukkan peserta didik berbakat, akan tetapi memerlukan sentuhan lain agar potensinya dapat muncul, seperti bakat seni dan olahraga. Selain itu, masih ada faktor lain yang turur menentukan perkembangan peserta didik menjadi anak yang berbakat yaitu kecerdasan emosi. Sekitar 60% bakat anak diwariskan dari orang tuanya, selebihnya lingkunganlah yang menentukannya. (Sofyan, 2005).
Dalam setiap sisi kehidupan peran kecerdasan emosi (emotional quotient) sangat penting dalam pengendalian diri sebagai pengantar sukses. Begitupun dalam dunia olahraga misalnya, penampilan seorang atlit akan optimal jika ia memiliki emotional quotien yang baik. sebagai contoh, seorang atlit beladiri saat mengantisipasi serangan lawan akan sempurna jika memiliki ketenangan emosi yang baik, sehingga gerakan lawan akan mudah dibaca sehingga dapat menyusun strategi dengan cepat dan efektif gerakan balasan yang akan dilakukan.
Sebagai orang yang beriman, manusia diwajibkan untuk ikhtiar berdasarkan yang ia mampu untuk menjadi hamba yang sukses di dunia dan akhirat, terlepas bahwa takdir yang akan menentukan. Allah akan memberikan apa yang diminta oleh hamba-Nya selama itu membawa kemaslahatan bagi dirinya, walaupun terkadang apa yang dianggap baik oleh manusia, menurut-Nya bahwa itu kurang baik.
Contoh figur orang yang sukses dengan prestasi (sekolah) dan sukses masa depan diantaranya adalah orang yang paling dekat dengan kita, yaitu presiden ketiga Republik Indonesia, Bacharuddin Jusuf Habibie. Anak keempat yang dilahirkan di Pare-Pare, Sulawesi Selatan pada tanggal 25 Juni 1936 dari pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan RA. Tuti Marini Puspowardojo ini telah sukses sejak ia duduk di bangka SMA dengan prestasi akademiknya yang luar biasa terutama bidang eksakta.
Setelah tamat dari SMA di Bandung tahun 1954, beliau masuk Universitas Indonesia di Bandung (Sekarang ITB). Beliau mendapat gelar Diploma dari Technische Hochschule, Jerman tahun 1960 yang kemudian mendapatkan gekar doktor dari tempat yang sama tahun 1965.
Setelah selesai pendidikan di Jerman kemudian kembali ke tanah air untuk mengabdikan dirinya, dan hidupnya makin sukses dengan menjabat sebagai menjabat Menteri Negara Ristek/Kepala BPPT selama 20 tahun, menjadi wakil presiden, yang diakhiri sebagai pemimpin tertinggi di negreri yang kaya raya dengan sumber alamnya yang melimpah menggantikan Jenderal Suharto yang harus meninggalkan jabatannya sebelum berakhir karena desakan massa. (http://kangeryu.blogspot.co.id)
Contoh lainnya adalah orang yang telah banyak berjasa pada dunia dengan teori relativitasnya. Saat Einstein masih kecil dan sekolah menurut pandangan orang banyak perkembangannya kurang baik bahkan ada yang mengecap ia adalah seorang anak bodoh dan idiot, bahkan saat lulus kuliahpuh ketika melamar untuk menjadi dosen ditolak. Namun siapa sangka, orang yang dulu dicemooh karena banyak yang menganggapnya kurang sehat, ternyata memiliki kecerdasan yang sangat luar biasa hingga membuatnya menjadi orang yang paling terkenal pada abad 20 dengan meraih beberapa penghargaan sebagai orang jenius diantaranya adalah hadiah Nobel pada tahun 1921.
Itulah sepenggal cerita kisah orang sukses. Dan masih banyak orang sukses lainnya untuk dijadikan teladan hidup. Maka, sebagai orang tua sudah sewajarnya memberikan yang terbaik dan membantu orang yang kita cintai untuk terus berkembang menjadi orang yang sukses sesuai dengan kapasitas dan kemampuan yang ia miliki.

Related Posts

No comments:

Post a Comment