Kehadiran buah hati adalah dambaan setiap pasangan suami isteri di manapun. Karena anak adalah pewaris tahta keluarga dan penerus garis keturunan yang akan tetap mengenang leluhurnya dari mana ia berasal.
Bagi seorang muslim khususnya, hidup berpasangan atau menikah untuk menghadirkan keturunan dan bukan untuk semata-mata bersenang-senang merupakan suatu kewajiban, apalagi bagi individu yang telah memenuhi syarat, misalnya dari aspek usia ia telah dewasa, dari sisi ekonomi telah matang, dan yang terpenting adalah adanya kekhawatiran atau rasa takut akan gangguan nafsu syahwat.
Banyak pasangan yang telah lama menjalani bahtera rumahtangga, namun belum dikaruniai buah hati padahal mereka sangat mendambakannya. Desakan dari bapak atau ibu mertua terkadang membuat pasangan suami isteri tambah menjadi gundah dan tidak sedikit yang hilang kepercayaan. Terkadang berbagai upaya dilakukan baik secara medis maupun secara tradisional. Ironisnya tidak sedikit pasangan yang mendatangi dukun dan malah menjadi korban sang dukun tersebut.
Bagi keluarga yang baik, kehadiran buah hati saat dalam kandungan adalah dambaan, ketika ia terlahir adalah dambaan kesayangan, saat ia tumbuh sebagai anak-anak adalah kebanggan, dan ketika beranjak besar dan dewasa ia adalah harapan.
Peluk, cium, cinta, dan kasih sayang orang tua terhadap anaknya tak akan terukur dengan alat ukur apapun, jika dilukiskan tak akan mampu pewarna apapun yang mampu meggambarkannya. Itulah gambaran sosok kasih sayang orang tua terutama ibu terhadap buah hatinya.
Sakitnya anak adalah sakitnya orang tua, bahagia anak adalah bahagia orang tua. Banyak yang tidak diketahui oleh banyak anak tentang rahasia orang tua terhadap anaknya, misalnya:
Jika anak sedih atau sakit, maka orang tua terutama ibu jauh lebih merasakan sedih atau sakit dari apa yang dirasakan anaknya. Bahkan jika Allah mengendaki biarlah orang tua sajalah yang cukup menanggung derta anak-anak mereka.
1. Jika orang tua mendapat kebahagiaan misalnya mendapat rizki lebih, yakinlah bahwa yang didahulukan untuk merasakan kelebihan rizki itu pastilah anaknya terlebih dahulu. Mereka tidak akan memikirkan bagaimana dan apa yang akan diterima oleh dirinya (orang tua), yang terpenting adalah melihat buah hatinya bahagia.
2. Jika ibu memasak dan menghidangkan makanan di atas meja makan, yakinlah bahwa mereka dahulukan dan atau membiarkan anak-anaknya terlebih dahulu untuk mengambil hidangan apa yang mereka sukai. Mereka tak pernah memikirkan tidak kebagian hidangan lezat karena dihabiskan anak-anak tercinta. Dan yang lebih membanggakan mereka akan merasa senang jika anak-anaknya makan dengan lahap dan berharap tidak merasakan kelaparan.
3. Jika anak-anaknya telah dewasa dan memberi uang atau apapun kepada orang tua, jawabanya adalah “Sudahlah Nak, Mamah masih ada yang kemarin, pakailah saja, ya”.
Itulah orang tua, cinta terhadap anaknya sedalam lautan dan seluas samudra yang tak bertepi. Namun bagaimana dengan perhatian anak terhadap orang tua?
No comments:
Post a Comment