MODIFIKASI
BENTUK UKURAN PEMUKUL DAN BOLA DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN
TENIS MEJA PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI MOGANA 1
BAB
I
P E N D A H U L U A N
A. Latar Belakang
Pendidikan Jasmani, Olahraga dan
Kesehatan merupakan bagian integral dari sistem pendidikan nasional memegang
peran yang penting dan sangat stategis dalam upaya membentuk manusia Indonesia
secara utuh dan menyeluruh sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
Pendidikan
jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang
didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan
motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan
kecerdasan emosi. Untuk itu, lingkungan belajar harus diatur secara seksama
agar dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah, pengetahuan,
sikap, dan keterampilan siswa. Dan tugas utama dalam penyelenggaraan pendidikan
jasmani adalah membantu siswa dalam proses pertumbuhan, baik yang berkenaan
dengan keterampilan fisik, maupun dalam aspek sikap dan pengetahuannya (Lutan,
2002:18).
Masa
anak usia sekolah dasar merupakan masanya bermain. Mereka senantiasa bergerak
aktif seperti tidak mengenal lelah. Kebiasaan hidup aktif yang dimiliki oleh
anak-anak sekolah dasar tersebut harus dapat dimanfaatkan dan diarahkan
seoptimal mungkin agar bermanfaat khusunya bagi dirinya sendiri di masa depan
agar kebiasaan hidup aktif tetap terjaga hingga ia dewasa kelak. Adalah tugas orang tua untuk memberikan
kesempatan dan mengarahkan serta membimbing kebiasaan hidup aktif tersebut agar
bermanfaat. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui kegiatan
pembelajaran di sekolah melalui Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan.
Tujuan
pengajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar yaitu mengembangakan kemampuan
gerak dasar, ini dapat dilakukan dengan memberikan aneka pengelaman gerak
melalui pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah dalam bentuk permainan dan
olahraga, uji diri, senam, aktivitas ritmik, aquatik, dan pendidikan luar kelas.
Salah
satu jenis permainan dan olahraga yang dapat diberikan di sekolah dasar antara
lain adalah permainan bola kecil yaitu tenis meja. Permainan tenis meja
memiliki gerakan karakteristik yang berbeda dengan permainan lainnya, dimana
bola harus dipantul terlebih dahulu dilapangan sendiri sebelum mengarah
kelapangan permainan lawan.
Untuk
dapat bermain dengan baik, seorang pemain harus menguasai teknik dasar terlebih
dahulu, disamping faktor lain seperti, stamina, taktik dan strategi bermain.
Bagi siswa yang memiliki keterampilan gerak (teknik permainan) rendah sangat
mengalami kesulitan dalam bermain. Kendala ini disebabkan banyak factor, antara
lain minimnya pengalaman gerak siswa dalam permainan tenis meja.
Belum
terpenuhinya secara penuh Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007 tentang sarana dan
rasarana pendidikan khususnya sarana pendukung olahraga permainan tenis meja di
SDN Mogana 1 Kabupaten Pandeglang berdampak kepada rendahnya kualitas
pembelajaran yang secara langsung berpengaruh kepada penguasaan teknik dasar tenis meja. Permainan
ini tidak banyak dikenal oleh siswa karena diwilayah tempat tinggal mereka
tidak tersedia sarana permainan tersebut. Namun demikian sepintas mereka pernah
mendengar dan melihat apa itu permianan tenis meja.
SDN
Mogana 1 memiliki siswa 132 orang dengan jumlah siswa kelas IV sebanyak 24
orang. Sementara sarana peralatan permainan tenis meja yang dimiliki tidak
sepadan dengan jumlah siswa. Kondisi ini menyebabkan kegiatan pembelajaran
kurang menarik, karena siswa terlalu lama menunggu panggilan untuk melakukan giliran
dalam melakukan latihan.
Dampak
lebih jauh yang disebabkan kurangnya sarana tersebut adalah masih rendahnya
penguasaan gerak dasar memukul dalama permainan tenis meja. Hal ini dapat
dilihat dari perolehan nilai hasil belajar siswa tahun pelajaran 2010/2011
dengan rata-rata 60, dan masih jauh dari capaian Kriteria Ketuntasan Minimal sebesar
65.
Kemampuan
guru Penjasorkes dalam mengelola pembelajaran dimungkinkan pula untuk melakukan
berbagai modifikasi baik alat, lapangan, bentuk permainan maupun peraturan
tanpa harus mengubah ciri-ciri khusus permainan tersebut. Sebagai mana yang
dikemukakan oleh Lutan (2002), bahwa :
“…syarat-syarat pokok dari cabang olahraga yang
dipelajarinya berdasarkan Modifikasi diartikan sebagai perubahan alat/lapangan,
ukuran, bentuk permainan dan aturan standar menjadi lebih sederhana tanpa
mengubah ciri-ciri khusus dan syarat karakteristik, kemampuan, dan perkembangan
anak.”
Lebih
lanjut Rusli Lutan sebagai mana yang dikutip oleh Syamsudin (2008:59),
mengemukakan bahwa :
Modifikasi dalam mata
pelajaran pendidikan jasmani diperlukan dengan tujuan: (1) agar
peserta didik memperoleh kepuasan dalam mengikuti pelajaran; (2) meningkatkan
keberhasilan peserta didik dalam berpartisipasi; (3) peserta didik dapat melakukan
pola gerak secara benar.
Menurut
Saymsudin (2008:63) modifikasi dapat dilakukan oleh guru dengan menambah atau
mengurnagi tingkat kompleksitas dan kesulitan tugas ajar dengan cara
memodifikasi peralatan yang digunakan untuk aktivitas jasmani.
Berdasarkan
beberapa pendapat di atas, sangat jelas bahwa modifikasi dalam Penjasorkes sangat
mungkin dilakukan oleh guru dengan alasan untuk membantu peserta didik dalam
mencapai tujuan pembelajaran mereka, apa lagi bagi sekolah-sekolah yang tidak
memiliki sarana dan prasarana pendidikan jasmani yang memadai seperti halnya di
SDN Mogana 1 kecamatan Banjar Kabupaten Pandeglang.
Cara ini dimaksudkan untuk menuntun, mengarahkan, dan
membelajarkan siswa yang tadinya tidak bisa menjadi bisa, yang tadinya kurang
terampil menjadi lebih terampil. Cara-cara guru memodifikasi pembelajaran akan
tercermin dari aktivitas pembelajarannya yang diberikan guru mulai awal hingga
akhir pelajaran. Dengan
demikian, dalam belajar pendidikan jasmani para siswa akan termotivasi untuk
belajar dan terus belajar tentang suatu ketrampilan gerak sampai mencapai
tujuan pembelajaran. Jika siswa berhasil mencapai sasaran maka motivasi dan
produktivitasnya akan meningkat.
Berdasarkan
hal tersebut di atas, penulis sebagai guru Penjasorkes di SDN Mogana 1 mencoba
mengatasi permasalahan yang terjadi dengan melakukan modifokasi alat pemukul
dan bola tenis meja dengan kayu yang dibentuk sedimikian rupa menyerupai bat
tenis dengan bola yang terbuat dari karet (balon).
Dalam
penelitian ini yang dimaksud modifikasi adalah modifikasi permainan tenis meja
terutama alat yang digunakan, yaitu pemukul atau bet terbuat dari kayu yang
dibentuk sedemikian rupa meyerupai bat tenis, dan bola yang digunakan terbuat
dari bola karet (balon). Diharapkan dengan bet yang terbuat dari kayu setiap
siswa dapat memilikinya dan dapat membantu dalam belajar tenis meja terutama
dalam kemampuan gerak memukul. Bola keret atau balon dimaksudkan agar jalannya
bola tidak terlalu cepat sehingga siswa dapat mengambil posisi dan memiliki
persiapan waktu yang cukup untuk melakukan pukulan.
Melalui
modifikasi tersebut diharapkan dapat membantu peserta didik dalam mengembangkan
keterampilan gerak dasar memukul dalam permainan tenis meja.
B. Identifikasi Masalah
Bertitik
tolak dari latar belakang di atas, maka penulis dapat mengidentifikasi
permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah
gaya mengajar berpengaruh terhadap hasil belajar siswa?
2. Apakah
penggunaan media pembelajaran berpengaruh terhadap hasil belajar siswa?
3. Apakah
modifikasi alat dalam pmbelajaran berpengaruh dalam pembelajaran?
4. Apakah
pengunaan alat bantu kayu dan bola keret/balon dapat membantu siswa dalam
meningkatkan hasil belajar tenis meja?
5. Bagaimanah
tingkat partisipasi siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan alat bantu kayu
dan bola karet/balon?
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang
di atas, maka rumusan masalah dapat penulis kemukakan sebagai berikut: Apakah modifikasi
bentuk ukuran pemukul dan bola dapat meningkatkan hasil belajar tenis meja bagi
siswa kelas IV SDN Mogana 1 Kecamatan Banjar?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan
yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: mengetahui modifikasi bentuk
ukuran pemukul dan bola dalam meningkatkan hasil belajar tenis bagi siswa kelas
IV SDN Mogana 1.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat
penelitian yang penulis harapkan adalah sebagai berikut :
1. Manfaat
bagi Lembaga (sekolah), dapat dijadikan acuan sebagai bahan evaluasi dalam
menentukan keberhasilan peserta didik.
2. Bagi
Guru, sebagai bahan referensi yang dapat digunakan sebagai salah satu media pembelajaran
tenis meja.
3. Bagi
Peserta Didik, dapat digunakan sebagai bahan renungan dan mengetahui hasil
belajarnya di sekolah
4. Bagi
Peneliti, dapat dijadikan acuan dan referensi guna melakukan penelitian lebih
lanjut dalam meningkatkan hasil belajar belajar peserta didik.
5. Memberi
masukan kepada guru untuk perbaikan proses pembelajaran dan dapat diterapkan
dalam pembelajaran selanjutnya.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang
lingkup penelitian ini dibatasi pada hal-hal sebagai berikut:
1. Meningkatkan
kemampuan gerak dasar memukul dalam permainan tenis meja.
2. Penggunaan
bet (pemukul) dan bola yang dimodifikasi terhadap peningkatan gerak dasar
memukul bagi siswa.
3. Penelitian
dilaksanakan selam pembelajaran berlangsung, aspek permainan dan olahraga.
4. Siswa
yang terlibat dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Mogana 1 Kecamatan
Banjar Kabupaten Pandeglang.
G. Definisi Istilah
Untuk
menghindari kesalahan dalam menafsirkan istilah-istilah dalam penelitian ini,
maka beberapa itilah tersebut didefinisikan secara konseptual sebagai berikut:
1.
Belajar, adalah perubahan prilaku sebagai hasil dari
pengalaman, bukan karena pengaruh faktor keturunan atau kematangan. ( Rusli Lutan, 2002:7)
2. Hasil
Belajar, perubahan tingkahlaku subyek yang meliputi kemampuan kognitif, afektif
dan psikomotor dalam situasi tertentu berkat pengalamannya yang berulang-ulang.
(Hamalik, 1995:48).
3. Modifikasi,
modifikasi diartikan sebagai perubahan alat/lapangan, ukuran, bentuk permainan
dan aturan standar menjadi lebih sederhana tanpa mengubah ciri-ciri khusus dan
syarat karakteristik permainan tersebut, kemampuan, dan perkembangan anak (Lutan,
2002).
4. Permainan
Tenis Meja, adalah suatu permainan yang menggunakan meja sebagai lapangan yang
dibatasi oleh jarring (net) yang menggunakan bola kecil terbuat dari celluloid
dan permainannya menggunakan pemukul atau yang disebut bat (baca: bet). (Depdiknas,
2002:3)
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR
DAN
HIPOTESIS TINDAKAN
A.
Kajian
Pustaka
1.
Konsep
Belajar
Belajar merupakan kegiatan sehari-hari bagi siswa
disekolah. Kegiatan belajar tersebut ada yang dilakukan di sekolah, di rumah,
dan di tempat lain seperti : perpustakaan, museum. Belajar merupakan masalah
setiap orang, sehingga tidak mengherankan bila belajar merupakan istilah yang
tidak asing bagi kita.
Dalam proses pembelajaran
disekolah, unsur belajar memegang peranan
yang penting dan diharapkan sangat dominan. Mengajar adalah proses membimbing kegiatan belajar, dan
kegiatan mengajar hanya bermakna bila terjadi kegiatan belajar siswa. Oemar
Hamalik (2007:36) mengatakan belajar adalah modifikasi atau memperteguh
kelakuan melalui pengalaman. Menurut pengertian ini, belajar adalah merupakan
suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan
hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yaitu mengalami. Hasil
belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan kelakuan.
Menurut Witherington
(Ratna Yudhawati dan Dany Haryanto, 2011:23), menjelaskan bahwa belajar
merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai polapola
respon yang baru berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan
kecakapan. Sedangkan menurut Rusli
Lutan (2002:7), bahwa belajar adalah perubahan prilaku sebagai hasil dari
pengalaman, bukan karena pengaruh faktor keturunan atau kematangan. Perubahan
yang diharapkan bersifat melekat atau permanen. Proses belajar itu sendiri tidak
dapat diamati secara langsung, namun terjadinya hanya dapat ditafsirkan
berdasarkan prilaku yang teramati.
Pengertian belajar menurut Skinner seperti dikutip oleh Moh. Surya
(1992:22), bahwa, “Learning is a process
of progressive behavior adaptation” (belajar adalah proses adaptasi
tingkahlaku secara progresif).
Sementara itu peranan siswa dalam proses belajar mengajar
ini adalah suatu proses yang dialami oleh siswa di sekolah dalam mencari atau
menambah pengetahuan, pengalaman, dan sikap, hal ini sejalan dengan pendapat Oemar
Malik bahwa:
Belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap.
Hasilnya tampak perubahan tingkah laku pada diri siswa. (Oemar Malik, 2008:155)
Kesan
yang tertinggal pada siswa setelah melakukan proses belajar adalah bahwa apa
yang dipelajari di sekolah tidak akan terlupakan walaupun dalam perjalanan
waktu selanjutnya bias saja terjadi perubahan dalam arti peningkatan
pengetahuan yang juga menuju pada perubahan sikap, keterampilan maupun
pemahamannya.
Berdasarkan
kajian beberapa teori di atas, pada hakikatnya belajar yang dilakukan siswa
adalah suatu proses perubahan yang tejadi pada diri siswa yang dilakukan secara
sengaja di sekolah, untuk memperoleh perubahan prilaku yang
baru dalam upaya memenuhi kebutuhan atau instingnya. Pemenuhan kebutuhan
tersebut dapat dilakukan melalui pengalaman-pengalaman yang telah ia peroleh
sebelumnya maupun melalui interaksi dengan lingkungannya. Dampak yang
dihasilkan dari proses belajar adalah berupa perubahan prilaku yang nampak dari
cara berpikir, bersikap dan bertindak yang ditampilkan dalam kebiasaan
sehari-hari.
Prinsip
belajar yang dapat dikembangkan dalam proses pembelajaran antara lain : (1)
Prinsip perhatian dan motivasi, (2) Prinsip transfer dan retensi, (3) Prinsip
keaktifan, (4) Prinsip keterlibatan langsung, (5) Prinsip pengulangan, (6)
Prinsip tantangan, (7) Prinsip balikan dan penguatan, (8) Prinsip perbedaan
individu. (Aunurrahaman, 2009:114)
Disamping
prinsip-prinsip diatas, ada beberapa prinsip belajar dikaji dari ranah
pembelajaran, mencakup prinsip pembelajaran kognitif, prinsip pembelajaran
afektif, dan prinsip pembelajaran psikomotorik. Terdapat beberapa hal penting yang perlu diketahui guru
berkenaan dengan pembelajaran psikomotorik, seperti yang dikemukakan oleh
Aunurrahman (2009:136) :
a. Perkembangan psikomotorik anak, sebagian berlangsung secara beraturan, dan
sebagian diantaranya tidakberaturan.
b. Didalam tugas suatu kelompok akan menunjukan variasi kemampuan dasar
psikomotorik.
c. Struktur ragawi dan sistem ayaraf individu membantu menentukan taraf
penampilan psikomotorik.
d. Melalui aktivitas bermain dan aktivitas informal lainnya para siswa akan
memperoleh kemampuan mengontrol gerakannya secara lebih baik
e. Seirama dengan kematangan fisik dan mental, kemampuan belajar untuk
memadukan dan memperluas gerakan motorik akan lebih dapat diperkuat
f. Faktor-faktor lingkungan memberikan pengaruh terhadap bentuk dan cakupan
penampilan psikomotor individu.
g. Penjelasan yang baik, demonstrasi dan partisipasi aktif siswa dapat
menambah efisiensi belajar psikomotorik.
h. Latihan yang cukup yang memberikan dalam rentang waktu tertentu dapat
memperkuat proses belajar psikomotorik.
i.
Tugas-tugas psikomotorik yang terlalu sukar bagi siswa
dapat menimbulkan keputusasaan dan kelelahan yang lebih cepat.
Beberapa
prinsip pembelajaran yang dikemukakan diatas menjadi bahan kajian dan
pertimbangan dasar bagi guru dalam memilih dan menentukan pendekatan
pembelajaran, memilih metode atau strategi, menentukan teknik-teknik
pemotivasian siswa serta mengenal lebih mendalam masalah-masalah yang ihadapi
siswa dalam upaya mewujudkan proses pembelajaran yang efektif.
2.
Hasil
Belajar
Dalam
proses pembelajaran harus diperhatikan segala sesuatunya karena sangat
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Hasil belajar yang baik maupun hasil
belajar yang tidak baik keduanya akan mempengaruhi pertumbuhan serta
perkembangan siswa dalam hal jasmani, pemikiran, mental, cara pandang sampai
gaya hidup. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah ia menerima pengalaman belajarnya dilakukan berkesinambungan. (Nana
Sudjana, 1989:28)
Baik atau tidaknya kemampuan yang dimiliki oleh siswa
tergantung dari apa yang siswa dapat selama proses pembelajaran. Seorang guru
harus memperhatikan dengan baik hal-hal yang terdapat dalam proses pembelajaran
seperti materi belajar, tempat, media mengajar, siswa, waktu, bahasa yang
digunakan dan kondisi kelas. Semua itu dilakukan agar siswa mendapatkan
informasi secara benar dan jelas serta menghindarkan siswa dari pemahaman atau
cara pandang yang salah baik selama pembelajaran maupun setelah pembelajaran.
Jadi yang dimaksud hasil belajar
adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa terhadap suatu atau beberapa
tugas belajar sesuai dengan tujuan akhir yang ingin dicapai dari suatu proses
pembelajaran yang dilakukan. Untuk mendapatkan hasil belajar yang baik dan
sesuai dengan tujuan maka proses pembelajaran harus direncanakan dan
dilaksanakan sebaik-baiknya oleh guru.
3.
Pendekatan
Bermain
Keberhasilan proses pembelajaran di
sekolah akan memberikan gambaran secara umum tentang kondisi sekolah tersebut
terutama dalam bagaimana aktivitas yang dilakukan oleh guru dalam melaksanakan
tugas dan kewajibanya sebagai pendidik, pengajar, pembimbing siswa di sekolah.
Efektifitas pengajaran sangat ditentukan oleh
pendekatan pengajaran yang dipilih guru atas dasar pengetahuan guru terhadap
sifat keterampilan atau tugas gerak yang akan dipelajari siswa, hal ini sejalan
dengan pendapat Aip Syarifudin, bahwa:
“
Unsur-unsur utama yang harus dipenuhi dalam proses belajar mengajar pendidikan
jasmani adalah : (1) tujuan yang hendak dicapai, (2) bahan pelajaran yang akan
disajikan, (3) metode dan alat dan alat pelajaran yang akan digunakan, dan (4)
penilaian untuk mengukur keberhasilan tidaknya pengajaran”.(Aip Syarifuddin,
1994:9)
Setelah memahami unsur-unsur utama yang harus
dipenuhi dalam proses belajar mengajar pendidikan jasmani, guru menyadari
adanya kompleksitas di dalam pengajaran penjas. Beberapa diantaranya adalah keterbatasan
sarana dan prasarana dan kondisi siswa yang bervariasi, oleh karena itu, agar
proses pembelajaran berlangsung dengan efektif, maka seorang guru tidak bisa menggunakan satu
metode atau pendekatan mengajar saja, melainkan mencari berbagai pendekatan,
strategi, metode, taktik dan lain-lain agar pembelajaran dapat mencapai tujaan
yang telahditetapkan.
Menurut Samsudin (2008:40) dalam buku pembelajaran
pendidikan jasmani dan kesehatan, dijelaskan bahwa metode pengajaran secara
umum meliputi keseluruhan cara atau teknik dalam menyajikan bahan pelajaran
kepada siswa serta bagaimana siswa diperlakukan selama pembelajaran tersebut.
Guru harus pandai dan cermat dalam
menentukan suatu metode mengajar, selain itu guru harus kreatif serta cepat
menentukan keputusan dalam proses belajar mengajar agar terciptanya situasi
pembelajaran yang kondusif dan tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Seperti yang dikemukakan oleh Syaiful Sagala (2009:201), bahwa setiap metode
pembelajaran yang digunakan bertalian dengan tujuan belajar yang ingin dicapai.
Guru dapat memilih metode khusus yang
berdasarkan tujuan, apakah untuk proses
kognitif, untuk mendorong interaksi sosial yang positif diantara siswa, atau
untuk menggunakan ruang dan alat secara lebih efisien. Hal tersebut sesuai
dengan pendapat bahwa, kematangan anak didik yang bervariasi mempengaruhi
pemilihan dan penentuan metode pengajaran. (Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan
Zain, 2006:90) Kematangan anak didik
tersebut dapat mencangkup aspek psikologis, aspek biologis, dan aspek
intelektual.
Metode mengajar masing-masing
memiliki kelebihan dan kelemahan tersendiri. Guru dituntut harus dapat kreatif dan
mampu melakukan pengamatan dengan baik sehingga tepat dalam menerapkan suatu
Metode mengajar kedalam proses pengajaran pendidikan jasmani di Sekolah.
Strategi penggunaan metode mengajar amat menentukan kualitas hasil belajar
mengajar. Ketepatan dalam menetapkan suatu metode mengajar, membuat proses
pembelajaran akan berjalan dengan baik dan tercapai tujuan awal dari
pembelajaran yang telah direncanakan sebelumnya.
Pendekatan bermain adalah suatu proses
penyampaian pengajaran dalam bentuk bermain tanpa mengabaikan materi inti.
Permainan yang dimaksukan disini adalah permainan kecil yang materinya
disesuaikan dengan standar kompetensi dalam kurikulum. Diharapkan melalui
bermain siswa dapat melakukan apa yang harus diakerjakan sesuai dengan
kemampuannya.
Bermain merupakan salah satu kegiatan yang
menuntut jasmani untuk bergerak seuai dengan keinginan diri sendiri (individu)
tanpa adanya paksaan dari orang lain, hal ini menunjukkan bahwa dengan bermain
berarti jasmani pun melakukan kegiatan olahraga. Seperti yang dilakukan dalam
kehidupan sehari-hari manusia agar memperoleh kesenangan dan kesehatan.
Sukintaka (1992:7) didalam bukunya menjelaskan mengenai sifat bermain, bahwa:
1.
Bermain
merupakan aktivitas yang dilakukan dengan sukarela atas dasar rasa senang.
2. Bermain dengan rasa senang,
menumbuhkan aktivitas yang dilakukan secara spontan.
3. Bermain dengan rasa senang,
untuk memperoleh kesenangan, menimbulkan kesadaran agar bermain dengan baik
perlu berlatih, kadang-kadang memerlukan kerjasama dengan teman, menghormati
lawan, mengetahui kemampuan teman, patuh pada peraturan, dan mengetahui
kemampuan dirinya sendiri.
Bermain dapat mengembangkan
kemampuan lain yang dimiliki oleh anak. Salah satunya ialah anak dapat
menunjukkan keterampilan gerak mereka selama mengikuti permainan sehinnga dapat
diketahui anak tersebut berbakat dalam kegiatan olahraga.
Fungsi kegiatan bermain
pada anak ialah mastery play, sesuai
dengan pendapat Mayke S. Tedjasaputra yaitu :
Sebagian besar kegiatan bermain pada
anak disebut sebagai mastery play,
atau bermain untuk menguasai keterampilan tertentu karena kegiatan tersebut
dapat merupakan latihan bagi anak untuk menguasai keterampilan-keterampilan
yang baru baginya melalui pengulangan-pengulangan yang dilakukan anak.( Mayke
S. Tedjasaputra, 2001:31)
Berdasarkan pendapat diatas, selain untuk
perkembangan kognisi, afeksi, dan psikomotor, bermain juga mempunyai peranan penting bagi
perkembangan sosial dan emosi anak, dengan demikian, dengan bermain anak dapat
memiliki perhatian, daya ingat, dan kerjasama yang lebih baik sehingga dapat
meningkatkan prestasi belajar.
Pendekatan bermain memberikan
kebebasan kepada siswa untuk begerak yang akan merangsang anak melakukan
gerakan yang diperintahkan sesuai materi yang akan diberikan. Bermain bagi anak
bertujuan untuk mengembangkan dan membina pola gerak dasar umum dan dominan
pada materi yang diberikan sekaligus membina keberanian siswa untuk mengikuti
kegiatan pembelajaran.
Kepercayaan diri anak dapat terlihat selama
aktivitas bermain, anak-anak mampu untuk melakukan sesuatu sesuai keinginan
mereka tanpa harus memikirkan rasa takut ataupun malu terhadap temannya.
Bermain dapat dimanfaatkan oleh guru sebagai salah satu metode mengajar dengan
maksud agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Metode mengajar memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing, kondisi seperti ini dapat diatasi dengan tidak
menggunakan hanya satu metode mengajar saja dalam proses belajar mengajar di
sekolah.
Penggunaan metode mengajar lebih dari satu
dilakukan agar semua siswa aktif dan dapat memahami secara benar materi yang
disampaikan oleh guru sehingga tidak ada lagi salah penafsiran atau kebingungan
yang dialami oleh siswa baik pada saat pembelajaran berlangsung ataupun setelah
pembelajaran itu selesai.
4.
Permainan Tenis Meja
Tenis
meja adalah suatu permainan yang menggunakan meja sebagai lapangan yang
dibatasi oleh jaring (net) yang menggunakan bola kecil terbuat dari celluloid
dan permainnannya menggunakan pemukul atau disebut bat. (Depdiknas, 2002: 3)
Tenis
meja merupakan cabang olahraga permainan yang teknik gerakannya komplek.
Artinya terdiri dari gabungan unsur-unsur gerak yang terkoordinasi sehingga
siswa tidak mudah untuk menguasai teknik permainan tenis meja dengan baik. Dalam
permainan tenis meja, teknik-teknik gerakkannya menuntut koordinasi yang baik
seperti kordinasi mata dengan tangan, gerakan awal dengan gerakan lanjutan dan
yang lebih mendasar adalah koordinasi syaraf dengan otot.
Salah
satu teknik yang harus dikuasai dalam tenis meja adalah pukulan push (forehand an back hand). Pukulan push
adalah teknik memukul bola dengan gerakan mendorong, sikap bet terbuka. Gerakan
ini biasanya digunakan untuk mengembalikan pukulan-pukulan push itu sendiri dan pukulan-pukulan chop. Putaran bola pada pukulan push hampir tidak ada. (Achmad
Damiri dan Nurlan Kusmaedi, 1992:60).
Jika
dilihat dari macam-macam pukulan dalam tenis meja, pukulan push merupakan pukulan yang paling mudah jika dibanding dengan
jenis pukulan lainnya, namun demikian tidaklah mudah melakukannya apalagi bagi
seorang pemula, karena bagaimanapun setiap gerakkannya menuntut koordinasi yang
baik, membutuhkan proses dan latihan yang kontinyu, dan pengalaman gerak yang
banyak untuk menguasai dengan baik pukulan tersebut.
B. Kerangka Berpikir
Berbagai kemajuan yang terjadi di
dalam bidang pendidikan menuntut seorang guru bertindak kreatif, professional
serta mampu menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan
bagi siswa. Guru seringkali
dianggap sebagai pusat dalam suatu pembelajaran yang menguasai segala
pengetahuan. Sedang siswa hanya menerima apa yang diketahuinya. Sistem
pembelajaran ini sudah tidak sesuai dengan tuntutan perkembangan yang ada. Baik
guru maupun siswa harus aktif bersama-sama. Bahkan terkadang harus siswa yang
aktif dan guru hanya sebagai fasilitator saja. Jadi guru tidak sebagai
penyampai informasi, namun juga harus mampu memahami individu mahaiswa dan
membantu mereka menghadapi kesulitan belajar. Kesulitan belajar yang sering
dialami antara lain adalah sulitnya mewujudkan kemampuan merespons, bertanya
dan menjawab dari peserta didik. Kesulitan seperti ini menjadi beban moral bagi
guru.
Menyadari akan hal itu,
guru terus berusaha bagaimana caranya agar siswa berhasil dengan baik, siswa
terus berusaha mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi, seperti berusaha
bagaimana agar kemampuan merespons, bertanya dan menjawab siswa dalam proses
pembelajaran dapat terlaksana dengan baik pada setiap proses pembelajaran.Untuk
itu penting bagi seorang guru untuk menguasai keterampilan dasar pdalam embelajaran.
Dalam pembalajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan, proses
pembelajaran harus diarahkan agar siswa dapat memahami pekembangan pengetahuan
serta mencari informasi langsung ke sumbernya. Pembelajaran harus diarahkan
pada keberhasilan belajar siswa secara konsisten sesuai dengan tujuan
pendidikan. Guru menyelenggarakan pembelajaran secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, memberikan
ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan
bekal keilmuan, bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa.
Dalam proses
pembelajaran guru memberikan keteladanan, guru harus mampu mengembangkan dan
menggunakan berbagai macam media untuk pengajaran, yang pada akhirnya
diharapkan akan membentuk nilai-nilai pada mata pelajaran Pendidikan jasmani Olahraga dan Kesehatan.
Modifikasi alat/sarana pendukung pembelajaran
merupakan salah satu upaya legal yang dapat dilakukan guru pendidikan jasmani untuk
menjembatani siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
SDN Mogana 1 merupakan salah satu sekolah
yang belum memiliki sarana olahrag yang memadai termasuk perlengkapan permainan
tenis meja. Oleh karena itu, sebagai salah satu solusinya adalah dengan membuat
alat pemukul (bet) dari kayu yang sederhana dan mudah didapat dan dibuat
sedemikian rupa menyerupai bet sebenarnya.
Selain itu untuk membantu mengontrol
pergerakan bola, maka peneliti menggunakan bola yang terbuat dari karet/balon
dengan tujuan bola akan bergerak agak lambat. Dengan demikian siswa memiliki
waktu yang cukup sebelum mengambil keputusan pukulan apa yang harus ia lakukan.
Diharapkan dengan menggunakan modifikasi ini minat dan kesempatan siswa untuk
berlatih semakin banyak, yang akhirnya akan membantu mereka dalam penguasaan
gerak dasar permainan tenis meja.
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan
tinjuan teori serta kerangka berpikir di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis
penelitian sebagai berikut: “Modifikasi bentuk ukuran pemukul
dan bola dapat meningkatkan hasil belajar tenis meja
pada siswa kelas IV SDN Mogana 1 Kecamatan
Banjar Kabupaten Pandeglang.”
BAB
III
METODE
PENELITIAN
A. Jenis
dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau
Classroom Action Research (CAR),
karena permasalahan yang timbul berasal
dari praktik pembelajaran di kelas, yaitu adanya kesenjangan antara harapan dan
kenyataan yang terjadi dalam pembelajaran penjas khusunya di SDN Mogana 1
Kabupaten Pandegalang, yakni masih rendahnya hasil belajar siswa dalam
permainan tenis meja. Kondisi ini disebabkan karena guru kurang mampu mendesain
pembelajaran sesaui dengan sarana dan prasarana yang tersedia sehingga pembelajaran
kurang menarik karena siswa terlalu lama menungu giliran latihan. Selain itu,
pengunaan alat sebenarnya sangat menyulitkan siswa terutama bagi siswa yang
sama sekali belum pernah bermain tenis meja.
Ciri-ciri penelitian
tindakan kelas adalah : (1) Refleksi diri, maksudnya dalam penelitian tindakan
dipandang sebagai suatu cara untuk memberi cirri bagi seperangkat barbagai
macam kegiatan yang direncanakan untuk meningkatkan mutu pendidikan, pada
pokoknya ia merupakan suatu cara yang dituangkan kedalam suatu program refleksi
diri, (2) Penelitian tindakan mencoba untuk mengidentifikasi kriteria dari
kegiatan-kegiatan untuk melakukan perbaikan dalam program refleksi diri, (3)
Penelitian tindakan kelas bersifat partisipatif dan kolaboratoris karena
melibatkan orang lain sebagai bagian dari suatu penelitian.
Oleh
karena itu dalam penelitian ini penenliti akan mencoba memodifikasi alat
pemukul dan bola untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran,
meningkatkan kesempatan lebih banyak kepada siswa untuk berlatih.
Tindakan yang dilakukan diawali dengan
mengidentifikasi gagasan umum sesuai dengan judul penelitian. Selanjutnya
gagasan tersebut dilaksanakan melalui empat tahapan secara berdaur ulang, yaitu
Perencanaan, Pelaksanaan Tindakan, Observasi dan Refleksi. (Suharsimi,
suhardjono, dan Supardi, 2007:16).
Hasil penelitian
diharapkan dapat menjadi barometer terhadap hasil pemecahan masalah dan
pengambilan keputusan melalui pertimbangan yang mengarah kepada pertimbangan
secara terstruktur.
Kolaborator dalam
penelitian tindakan berfungsi sebagai pengamat, pengawas, pemberi saran dan
sebagai penentu dalam penelitian sistematik yang dilakukan sehingga terapainya
tujuan sesuai yang diharapkan. Dengan demikian, tahapan akhir yang menjadi
terminologi proses rancangan program aksi tergantung pada tujuan yang ingin
dicapai oleh peneliti dan kolaborator sebagai pelaku praktis dalam penelitian
ini.
Jika pada siklus pertama belum
menunjukkan hasil yang diharapkan, maka penelitian dilanjutkan pada siklus
berikutnya, dengan perencanaan ulang yang mengacu pada hasil refleksi tindakan
pada siklus pertama, dan dilakukan tindakan lagi sesuai perencanaan yang
dibuat, serta pengamatan dan refleksi tindakan siklus kedua. Jika hasil yang
diperoleh pada siklus kedua belum juga menunjukkan hasil yang diharapkan, maka
penelitian dilakukan lagi pada siklus selanjutnya. Begitu seterusnya sampai
didapatkan hasil yang diharapkan.
Penelitian ini
menggunakan dua siklus, setiap siklus terdiri dari langkah-langkah perencanaan,
tindakan, observasi, dan refleksi.
B. Lokasi
dan Waktu Penelitian
·
Penelitian
Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SDN Mogana 1 Kabupaten Pandeglang.
·
Waktu
penelitian dilakukan pada saat jam pelajaran Penjas dan dilaksanakan pada :
Hari : Rabu
dan kamis
(siklus I: tgl. 9 dan 10 Juni 2012; siklus II: 16 dan 24 Juni 2012)
Pukul : 08.00
s/d 09.10
C. Subyek
Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa kelas IV
Sekolah Dasar Negeri Mogana 1 Kabupaten Pandeglang yang mengikuti mata
pelajaran Penjas sebanyak 24 orang, terdiri dari 11 orang perempuan dan 13
orang laki-laki.
D. Variabel
dan Definisi Operasional Variabel
1.
Variabel
penelitian
Terdapat tiga variabl pokok
dalam penelitian tindakan ini, yaitu;
1)
Variable
input: Siswa kelas IV SDN Mogana 1
2)
Variabel
proses: modifikasi bentuk ukuran pemukul dan bola tenis meja
3)
Variabel
output: hasil belajar tenis meja
2.
Definisi
operasional penelitian
1) Modifikasi
diartikan sebagai perubahan alat/lapangan, ukuran, bentuk permainan dan aturan
standar menjadi lebih sederhana tanpa mengubah ciri-ciri khusus dan syarat
karakteristik permainan tersebut, kemampuan, dan perkembangan anak. Rusli Lutan
(2002).
2) Hasil
belajar adalah Perubahan tingkahlaku subyek yang meliputi kemampuan kognitif,
afektif dan psikomotor dalam situasi tertentu berkat pengalamannya yang
berulang-ulang. (Hamalik, 1995:48).
3)
Permainan tenis meja adalah
suatu permainan yang menggunakan meja sebagai lapangan yang dibatasi oleh
jarring (net) yang menggunakan bola kecil terbuat dari celluloid dan
permainannya menggunakan pemukul atau yang disebut bat (baca: bet). (Depdiknas,
2002:3)
E. Prosedur
penelitian
Prosedur penelitian yang dilakukan
adalah terdiri dari empat tahap setiap siklusnya, yaitu perencanaan,
pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. (Suharsimi Arikunto,
Suhardjono, dan Supardi, 2007:16)
1. Perencanaan (Planning)
Pada
tahap ini peneliti membuat perencanaan tindakan yang meliputi perencanaan umum
dan perencanaan khusus. Perencanaan umum merupakan perencanaan yang disusun
untuk keseluruhan aspek, sedangkan perencanaan khusus merupakan perencanaan
yang disusun untuk tiap tindakan yang dilakukan dalam pembelajaran untuk
masing-masing siklus. Keseluruhan perencanaan tersebut disusun berdasarkan
hasil diskusi antara peneliti, tim peneliti, dan kolaborator.
Perencanaan umum meliputi perencanaan
waktu pelaksanaan penelitian yang akan dilakukan selama kurang lebih satu
bulan. Peneliti mengadakan pertemuan dengan kepala sekolah untuk konsultasi,
dan pertemuan dengan guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan untuk
mendiskusikan langkah-langkah pelaksanaan penelitian.
Selain itu direncanakan pengaturan
kondisi kelas, persiapan materi pelajaran serta media dan alat-alat
pembelajaran yang diperlukan, pembuatan kisi-kisi instrumen pemantau tindakan
dan kisi-kisi instrumen hasil belajar pukulan
dalam hal ini peneliti memilih salah satu teknik yang peneliti paling mudah
untuk dilakukan oleh siswa, yaitu teknik pukulan push.
Adapun perencanaan khusus disesuaikan
dengan jadwal pembelajaran dan disusun dalam tiap pelaksanaan tindakan. Dalam
hal ini peneliti membuat rencana pembelajaran sesuai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP), menyiapkan alat dan media pembelajaran yang diperlukan pada setiap pelaksanaan tindakan, menyiapkan
instrumen pemantau tindakan dan instrumen evaluasi hasil belajar pukulan push
dalam tenis meja, serta pengumpulan data lainnya berkaitan dengan penelitian
ini.
Hal penting lainnya yang dilakukan
dalam perencanaan adalah:
1.
Menelaah
SK dan KD
2.
Peneliti
dan kolaborator melihat kondisi awal dari keterlibatan siswa siswa dalam pembelajaran.
3.
Peneliti
dan kolaborator mendiskusikan hasil dari keterlibatan awal siswa dalam pembelajaran.
4.
Peneliti
dan kolaborator menyiapkan materi-materi yang akan diberikan kepada siswa.
2. Implementasi Tindakan (Acting)
Tahapan implementasi tindakan
merupakan realisasi dari tindakan yang telah direncanakan sebelumnya. Tindakan dilaksanakan sejalan dengan
langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan bet kayu (modifikasi) dan bola
karet/balon yang telah direncanakan, untuk meningkatkan hasil belajar pukulan push dalam tenis meja. Penelitian
tindakan ini dilaksanakan dalam dua siklus, masing-masing siklus dilakukan 2
kali tindakan sesuai dengan program pembelajaran.
3. Pengamatan (Observing)
Kegiatan pengamatan (observing) dilakukan bersamaan dengan
pelaksanaan tindakan yang bertujuan untuk mengenali, merekam dan
mendokumentasikan proses pembelajaran yang terjadi, berkenaan dengan kegiatan
guru dan siswa selama tindakan dilakukan. Observer mengamati pelaksanaan
kegiatan pembelajaran dengan menggunakan lembar pengamatan, sambil merekam atau
mendokumentasikannya. Pelaksanaan observasi menggunakan format yang telah
disusun dan disediakan sesuai dengan tahap perencanaan, selain itu untuk
mengetahui penguasaan hasil belajar tenis meja dilakukan tes unjuk kerja salah
satu teknik dasar yaitu pukulan push.
Hasil rekaman dan dokumentasi penting
dilakukan agar data yang diperlukan dalam penelitian ini dapat dijaring secara
lengkap dan akurat. Selain itu peneliti mencatat semua peristiwa atau hal yang
terjadi di kelas selama proses pembelajaran berlangsung. Hal yang dicatat
meliputi pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam melakukan setiap tahapan pembelajaran
yang disajikan guru, melakukan interaksi sesame siswa lainnya, ketekunan
belajar, dan lain-lain.
Kegiatan ini sangat membantu peneliti
untuk melihat kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan rencana tindakan yang
telah disusun sebelumnya. Selain itu sangat perlu untuk mengetahui sejauh mana
terjadinya perubahan yang diharapkan, yakni peningkatan hasil belajar pukulan push dalam tenis meja.
4. Refleksi Tindakan (Reflecting)
Tahap akhir dari kegiatan penelitian
ini adalah refleksi. Tahapan refleksi tindakan merupakan upaya mengkaji secara
menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah
terkumpul, kemudian melakukan evaluasi untuk menyempurnakan tindakan yang akan
dilaksanakan pada siklus berikutnya.
Tahapan ini dilakukan oleh peneliti
dan kolaborator setelah pelaksanaan tindakan. Kegiatan refleksi dilakukan
secara kolaboratif, dengan mendiskusikan hasil analisis lembar instrumen unjuk
kerja, lembar pengamatan, catatan lapangan, serta faktor penyebab permasalahan
lainnya yang terjadi selama pembelajaran di kelas. Hasil refleksi ini menjadi
acuan revisi untuk menentukan perencanaan kembali (replanning) pada siklus II.
Berdasarkan catatan hasil refleksi
berdasarkan catatan data hasil observasi, peneliti dan kolaborator mengevaluasi
kekurangan atau kelemahan serta kemajuan-kemajuan yang diperoleh siswa,
pengaruh pemanfaatan media dan alat pembelajaran yang digunakan, sarana dan
prasarana, maupun materi atau bahan ajar yang digunakan.
Selain itu dalam kegiatan refleksi,
dilakukan juga perbandingan antara hasil belajar pukulan push dalam tenis meja, sebelum dan sesudah diberikan tindakan.
Apabila belum terjadi peningkatan hasil belajar, maka penelitian dilanjutkan
pada siklus berikutnya. Setelah beberapa siklus dilakukan dan telah terjadi
peningkatan hasil belajar push dalam
tenis meja sesuai dengan target yang akan dicapai, maka peneliti dapat
mengakhiri penelitian.
Selanjutnya pada siklus II
dilaksanakan berdasarkan analisis data hasil observasi, pemaknaan data hasil
observasi, penjelasan hasil analisis dan kesimpulan mengenai prosentase
teratasi atau tidaknya permasalahan dalam pembelajaran, serta faktor-faktor
lainnya yang menjadi petimbangan sebelum tercapainya target dalam penelitian
ini.
Perencanaan
|
Refleksi
|
SIKLUS
I
|
Pelaksanaan
|
Pengamatan
|
Perencanaan
|
Pelaksanaan
|
SIKLUS
II
|
Pengamatan
|
Refleksi
|
?
|
Gambar
1: Model Penelitian Tindakan Kelas
Sumber
: Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi. Penelitian
Tindakan Kelas.
(Jakarta
: PT. Bumi Aksara. 2008). hal. 16.
F. Instrumen
Penelitian
Instrumen
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah rubrik penilaian unjuk
kerja, yaitu teknik gerakan memukul push seperti
dibawah ini.
Tabel 1: Instrumen Untuk Mengukur
Keterampulan Gerak Dasar Memukul (pukulan push
dalam permainan tenis meja)
No
|
Nama
Siswa
|
Sikap
Awal
|
Gerakan Push
|
Gerak
Lanjut
|
|||||||
3
|
2
|
1
|
3
|
2
|
1
|
3
|
2
|
1
|
|||
1
|
|||||||||||
2
|
|||||||||||
3
|
|||||||||||
4
|
|||||||||||
5
|
|||||||||||
Kriteria:
1. Sikap
awal
a.
Berdiri
menghadap lapangan/meja sambil memegang bet, badan rileks, pandangan kearah
bola
b.
Lengan
yang memegang bet ditarik mendekati tubuh, sedikit dibawah bahu kiri dengan
sudut bet terbuka
c.
Kaki
kanan berada didepan, berat badan berada pada kaki kiri.
Perolehan skor:
1)
Skor
3 apabila siswa melakukan ketiga teknik (gerakan) diatas.
2)
Skor
2 apabila siswa melakukan dua dari tiga teknik (gerakan) diatas.
3)
Skor
1 apabila siswa melakukan salah satu dari ketiga teknik (gerakan) diatas.
2.
Gerakan
a.
Perkenaan
saat bola mencapai titik pantulan tertinggi
b.
Berat
badan mulai dipindahkan ke depan
c.
Perkenaan
bet dengan bola tepat pada tengah-tengah
Perolehan skor:
1)
Skor
3 apabila siswa melakukan ketiga teknik (gerakan) diatas.
2)
Skor
2 apabila siswa melakukan dua dari tiga teknik (gerakan) diatas.
3)
Skor
1 apabila siswa melakukan salah satu dari ketiga teknik (gerakan) diatas.
3.
Gerak lanjut
a.
Gerakan
lengan pukul hingga lurus, pada tahap ini sikap bet terbuka makin Nampak
b.
Berat
seluruhnya pada kaki depan
c.
Pandangan
mengikuti bola
Perolehan skor:
1)
Skor
3 apabila siswa melakukan ketiga teknik (gerakan) diatas.
2)
Skor
2 apabila siswa melakukan dua dari tiga teknik (gerakan) diatas.
3)
Skor
1 apabila siswa melakukan salah satu dari ketiga teknik (gerakan) diatas.
G. Analisis
Data
Teknik yang digunakan dalam
menganalisis data yang terkumpul dilakukan dengan mencari sumber data dalam
penelitian yaitu siswa dan tim peneliti, dengan jenis data kuantitatif yang diperoleh
langsung dari hasil tes unjuk kerja tes keterampilan teknik puklan push, dan dan hasil pengamatan sebelum
dan sesudah dilakukan tindakan berupa proses pengajaran dengan modifikasi alat
pemukul dan bola dalam permainan tenis meja.
Selanjutnya data diolah untuk mencari
rerata dari masing-masing siklus (kegiatan pembelajaran) dan membandingkan
perbedaan dua rata-rata dari hasil tes sebelum dan sesudah diberikan tindakan.
Indikator
keberhasilan penelitian ini ditentukan oleh :
1.
Tingkat
penguasaan keterampilan hasil belajar teknik memukul push siswa meningkat (rata-rata ≥ KKM atau 65).
2.
Partisipasi
siswa dalam belajar meningkat
3.
Siswa
menjadi termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran.
4.
Terjadi
interaksi yang kondusif antara siswa dengan siswa, maupun guru dengan siswa.
5.
Guru
mampu merencanakan dan menyajikan proses pembelajaran dengan penerapan modifikasi
alat permainan tenis meja.
6.
Suasana
belajar mengajar menjadi lebih menyenangkan, kondusif, dan tidak menimbulkan
rasa jenuh bagi siswa.
Penelitian
ini dikatkan berhasil apabila :
1.
Rata-rata
hasil belajar siswa lebih besar atau sama dengan KKM yang telah ditentukan (≥65).
2.
Sebagian
besar siswa merasa senang dan aktif dalam proses pembelajaran.
3.
Siswa
dapat bersosialisasi secara baik dengan siswa lain dan guru.
4.
Siswa
menjadi termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran.
5.
Suasana
belajar mengajar lebih kondusif dan menyenangkan siswa.
BAB IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Penelitian
Siklus I
Hasil penelitian Siklus I diperoleh melalui penafsiran
data yang dikumpulkan melalui tes keterampilan salah satu teknik dasar memukul
bola, yaitu pukulan push dan hasil observasi terhadap aktivitas siwa
dalam pembelajaran. Dan untuk mendapatkan hasil data yang betul-betul mampu
menjawab permasalahan yang diajukan dalam penenlitian ini, maka peneliti
berkolaborasi dengan teman sejawat.
Penelitian yang dilakukan diawali dengan penyusunan
rencana tindakan (penyusunan silabus dan RPP), pelaksanaan tindakan
(implementasi rencana yang telah disusun), observasi, dan refleksi.
Siklus I dilakukan selama dua kali pertemuan. Pada tahap tindakan,
kegiatan pembelajaran dilakuakn sesuai RPP dengan memanfaatkan media
pembelajaran berupa kayu yang dibuat sedemikian rupa menyerupai bet atau
pemukul untuk setiap siswa. Sedangkan bola yang digunakan terbuat dari bola
karet atau balon ukuran kecil.
Kegiatan pembelajaran dilakukan secara bertahap, dari
gerakan yang sederhana menuju gerakan yang lebih sukar. Tahap awal kegiatan
inti pembelajaran adalah siswa memantul-mantulkan bola/balon ke atas yang
dilakukan sendiri dan jumlah pukulannya tidak dibatasi. Tahap kedua dilakukan
secara berpasangan, tahap ketiga dilakukan secara kelompok (tiga orang)
menggunakan satu bola. Dan tahap pembelajaran inti terakhir adalah melakukan
pukulan menggunakan lapangan (meja) sebenarnya secara bergantian.
Berdasarkan data hasil observasi kegiatan pembelajaran
pada siklus I, menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran mampu membangkitkan dan
memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Hal ini
menjukan bahwa kesempatan siswa dalam melakkan latihan gerak memukul pukulan push semakin banyak karena masing-masing
siswa memiliki satu alat pemukul (bet) dan satu buah bola/balon karet.
Tabel
2: Hasil Belajar Gerak Dasar Memukul Pukulan Push
Dalam
Permainan Tenis Meja Siklus I
No
|
Siklus
|
Nilai Rata2
|
Tuntas (%)
|
Tdk Tuntas (%)
|
1
|
Pra Siklus
|
60,00
|
47,22
|
52,78
|
2
|
Siklus I
|
64,81
|
58,33
|
41,67
|
Peningkatan
|
4,81
|
11,11
|
Berdasarkan tabel diatas, data hasil tes unjuk kerja
keterampilan gerak dasar memukul pukulan push
dalam permainan tenis meja, diperoleh nilai rata-rata sebesar 64,81 atau
meningkat jika dibandingkan dengam nilai rata-rata pra siklus yaitu 60 dengan
tingkat ketuntasan sebesar 58,33%.
Penggunaan alat bantu bet dari kayu dan bola karet/balon
dapat membantu siswa dalam menguasai keterampilan gerak dasar memukul, terutama
dalam jenis pukulan push. Alat bantu pemukul
yang digunakan dimiliki oleh setiap siswa, maka dengan demikian kesempatan
siswa dalam melakukan latihan dan ulangan materi pelajaran sangat terbuka. Bola
karet/balon membantu siswa dalam mengantisipasi gerak memukul, karena jalannya
bola lebih lambat sehingga kesempatan siswa untuk mengontrol dan menempatkan
posisi badan memiliki cukup waktu.
Data tersebut jika dibuat dalam grafik adalah sebagai
berikut:
Gambar
2: Grafik Hasil Belajar Siswa Siklus I
Data hasil pada siklus I belum memuaskan peneliti, oleh
karena itu penelitian dilanjutkan pada siklus II.
B.
Hasil Penelitian Siklus II
Siklus II merupakan hasil penyempurnaan tindakan pada
siklus I. Perbaikan dilakukan terhadap rencana tindakan terutama dalam
penyusunan RPP. Rencana tindakan yang dilakukan dengan dua pertemuan, yang
masing-masing di dalam pelaksanaan inti pembelajaran dengan meningkatkan waktu
berlatih siswa. Hal ini dilakukan dengan memanfaatkan meja belajar sebagai
lapangan permainan tenis meja, selanjutnya diakhir kegiatan pembelajaran
dilakukan perlombaan permainan tenis meja dengan peraturan sederhana.
Pemanfaatan meja sebagai lapangan permainan dan kompetisi
sederhana pada akhir pelajaran membangkitkan semangat siswa untuk mampu
menampilkan kemampuan terbaiknya, oleh karena itu ketika siswa lain tidak
sedang bertanding, maka ia selalu melakukan latihan baik dilakukan sendiri
dengan memainkan bola ke tembok, maupun secara berpasangan dengan temannya.
Dari hasil pengumpulan data yang dilakukan dengan tes
keterampilan unjuk kerja, diperoleh data sebagai berikut:
Tabel
3: Hasil Belajar Gerak Dasar Memukul Pukulan Push
Dalam
Permainan Tenis Meja Siklus II
No
|
Siklus
|
Nilai Rata2
|
Tuntas (%)
|
Tdk Tuntas (%)
|
1
|
Siklus I
|
64,81
|
58,33
|
41,67
|
2
|
Siklus II
|
79,63
|
83,33
|
16,67
|
Peningkatan
|
14,82
|
25,00
|
Berdasarkan tabel 3 diatas, menunjukkan bahwa perbaikan
proses pembelajaran pada siklus II menunjukkan hasil yang cukup membanggakan,
hal ini dibuktikan dengan peningkatan hasil belajar siswa, yaitu dengan nilai
rata-rata siswa sebesar 79,63 pada siklus II, atau meningkat sebesar 14,82 jika
dibandingkan dengan rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 64,58.
Selain itu, tingkat ketuntasan hasil belajar siswa
meningkat secara signifikan, yaitu sebesar 58,33 pada siklus I, naik
menjadi 83,33 pada siklus II, atau
terjadi peningkatan sebesar 25%.
Gambar
3: Grafik Hasil Belajar Siswa Siklus II
Berdasarkan analisis data hasil belajar siswa dalam
penguasaan keterampilan gerak memukul pukulan push yang dilakukan dengan analisis data kuantitatif dalam bentuk rata-rata
seperti yang dijelaskan diatas, maka peneliti memandang bahwa siswa sebagian
besar (83,33%) telah mampu melakukan keterampilan gerak dasar memukul yaitu
pukulan push dalam permainan tenis
meja sesuai kriteria yang telah ditentukan sebagai berikut:
Teknik
Gerakan memukul (pukulan) push
1.
Sikap awal
a.
Berdiri
menghadap lapangan/meja sambil memegang bet, badan rileks, pandangan kearah
bola
b.
Lengan
yang memegang bet ditarik mendekati tubuh, sedikit dibawah bahu kiri dengan
sudut bet terbuka
c.
Kaki
kanan berada didepan, berat badan berada pada kaki kiri.
Perolehan skor:
1) Skor 3 apabila siswa
melakukan ketiga teknik (gerakan) diatas.
2) Skor 2 apabila siswa
melakukan dua dari tiga teknik (gerakan) diatas.
3) Skor 1 apabila siswa
melakukan salah satu dari ketiga teknik (gerakan) diatas.
2. Gerakan
a.
Perkenaan
saat bola mencapai titik pantulan tertinggi
b.
Berat
badan mulai dipindahkan ke depan
c.
Perkenaan
bet dengan bola tepat pada tengah-tengah
Perolehan skor:
1) Skor 3 apabila siswa
melakukan ketiga teknik (gerakan) diatas.
2) Skor 2 apabila siswa
melakukan dua dari tiga teknik (gerakan) diatas.
3) Skor 1 apabila siswa
melakukan salah satu dari ketiga teknik (gerakan) diatas.
3. Gerak
lanjut
a.
Gerakan
lengan pukul hingga lurus, pada tahap ini sikap bet terbuka makin Nampak
b.
Berat
seluruhnya pada kaki depan
c.
Pandangan
mengikuti bola
Perolehan skor:
1)
Skor
3 apabila siswa melakukan ketiga teknik (gerakan) diatas.
2)
Skor
2 apabila siswa melakukan dua dari tiga teknik (gerakan) diatas.
Berdasarkan perolehan data seperti yang ditunjukkan pada tabel
3 maupun gambar 3 pada siklus II diatas, maka peneliti cukup merasa puas dengan
apa yang diperoleh dalam penelitian ini, karena indikator
keberhasilan penelitian ini dapat tercapai dengan baik, yaitu:
7.
Tingkat
penguasaan keterampilan hasil belajar teknik memukul push siswa meningkat (rata-rata ≥ KKM atau 65);
8.
Partisipasi
siswa dalam belajar meningkat;
9.
Siswa
menjadi termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran;
10.
Terjadi
interaksi yang kondusif antara siswa dengan siswa, maupun guru dengan siswa;
11.
Guru
mampu merencanakan dan menyajikan proses pembelajaran dengan penerapan modifikasi
alat permainan tenis meja;
12.
Suasana
belajar mengajar menjadi lebih menyenangkan, kondusif, dan tidak menimbulkan
rasa jenuh bagi siswa; oleh karena itu peneliti tidak perlu melanjutkan
penelitian pada siklus berikutnya.
BAB
V
SIMPULAN
DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan pada Bab IV, diperoleh beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai
simpulan, diantaranya adalah :
Pertama, modifikasi bentuk
dan ukuran pemukul dan bola dapat meningkatkan hasil pembelajaran tenis meja
khususnya materu pukulan push pada
siswa kelas IV SD Negeri Mogana 1 Kecamatan Banjar.
Kedua, penggunaan bermacam-macam
ukuran bet dan bola dapat meningkatkan partisipasi belajar siswa khusunya pada
materi pukulan push dalam permainan
tenis meja, karena siswa memiliki kesempatan secara terbuka terbuka untuk
melakukan latihan gerak memukul sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Ketiga, pemberian
kesempatan untuk berkompetisi diakhir pelajaran dapat meningkatkan motivasi
siswa untuk lebih giat dalam belajar, karena mereka tertantang untuk tampil
menjadi yang terbaik diantara
teman-temannya.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti
dapat menyampaikan saran sebagai berikut :
Pertama, bagi
guru diharapkan dapat menggunakan atau modifikasi bet yang terbuat dari kayu
dengan berbagi ukuran dan bola karet/balon untuk meningkatkan hasil belajar
pukulan push dalam permainan tenis
meja, khususnya bagi sekolah yang tidak memiliki sarana permainan tenis meja
yang memadai.
Kedua, bagi
pihak sekolah diharapkan memfasilitasi guru agar menerapkan berbagai pendekatan
pembelajaran dalam mata pelajaran Penjasorkes.
Ketiga, bagi
Dinas Pendidikan Kabupaten Pandeglang dapat mengalokasikan dana untuk
memberikan pelatihan atau sosialisasi kepada guru-guru mengenai inovasi dalam
pembelajaran Penjas.
Keempat, bagi
siswa agar dapat menggunakan bet kayu dan bola karet/balon/plastic untuk
meningkatkan kemampuan atau hasil belajar permainan tenis meja khususnya pada
pukulan push.
Kelima, bagi
peneliti selanjutnya dapat mengadakan penelitian lebih lanjut terhadap
efektifitas penggunaan bet kayu dan bola karet/balon/plastic terhadap hasil
belajar pukulan push dalam permainan
tenis meja.
DAFTAR
PUSTAKA
Achmad Damiri,
dan Nurlan Kusmaedi, 1992. Olahraga
Pilihan Tenis Meja. Bandung:
FPOK IKIP
Agus Mahendra. 2010. Asas dan Falsafah Pendidikan Jasmani. Bandung:
FPOK UPI
David L.
Gallahue dan John C. Ozmun, 2006. Under
Standing Motor Development. New York: McGraw-Hill
Depdiknas.2004. Kurikulum 2004 Pendidikan Jasmani.
Jakarta : Depdiknas
____________________
2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan SD Jakarta : BNSP
____________________ 1997.
Pokok-Pokok Pengembangan Pembelajaran
Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdikbud
Iif Khoiru Ahmadi; Et.al. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP. Surabaya:
PT. Prestasi Pustakarya
Martini Jamaris. 2010. Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikani. Jakarta:Yayasan
Penamas Murni
Moh. Surya.
1992. Psikologi Pendidikan. Bandung: FIP IKIP Bandung
Nurhasan, 2001.
Tes dan Pengukuran dalam Pendidikan
Jasmani : Prinsip-prinsip dan Penerapannya. Jakarta : Depdiknas
Samsudin. 2008. Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Kesehatan SD/Mi. Jakarta : Litera Prenada Media Grup.
Samsudin. 2011. Kurikulum Pendidikan Jasmani, Olahraga dan
Kesehatan. Jakarta : PPS UNJ
Sudirman, Et.al. 1991. Ilmu Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya
Suharsimi Arikunto, dkk.
2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta
: Bumi Aksara
Suharjono, Et.al. 1999. Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah di Bidang Pendidikan dan Angka
Kredit Pengembangan Profesi Guru. Jakarta : Depdiknas
Suharsimi Arikunto,
Suharjono, dan Supardi.2007. Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian pendidikan.
Jogyakarta : Bumi Aksara
Syarifudin. 1998. Pokok-Pokok Pengembangan Program
Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Jakarta : Depdikbud
Ratna yudhawati dan Dany
Haryanto. 2011. Teori-Teori Dasar
Psikologi Pandidikan. Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya
Rusli Lutan. 2002. Mengajar Pendidikan Jasmani. Jakarta
: Depdikbud
Universitas Pendidikan
Indonesia. 2002. Pedoman Penulisan Karya
Ilmiah (Laporan Buku, Makalah, Skripsi, Tesis, Disertasi). Bandung:UPI
Yudy Hendrayana. 2010. Perencanaan Pengajaran Pendidikan Jasmani. Bandung:
FPOK UPI
No comments:
Post a Comment