Mari Berbagi...dan Memberi....

2018-08-14

UPAYA MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN TENIS MEJA

| 2018-08-14

Pengertian Tenis Meja, Sejarah, Teknik, Ukuran Lapangan, dan ...


MODIFIKASI BENTUK UKURAN PEMUKUL DAN BOLA DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN TENIS MEJA PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI MOGANA 1


BAB I
P E N D A H U L U A N

A.     Latar Belakang

Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dari sistem pendidikan nasional memegang peran yang penting dan sangat stategis dalam upaya membentuk manusia Indonesia secara utuh dan menyeluruh sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
Pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Untuk itu, lingkungan belajar harus diatur secara seksama agar dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah, pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa. Dan tugas utama dalam penyelenggaraan pendidikan jasmani adalah membantu siswa dalam proses pertumbuhan, baik yang berkenaan dengan keterampilan fisik, maupun dalam aspek sikap dan pengetahuannya (Lutan, 2002:18).
Masa anak usia sekolah dasar merupakan masanya bermain. Mereka senantiasa bergerak aktif seperti tidak mengenal lelah. Kebiasaan hidup aktif yang dimiliki oleh anak-anak sekolah dasar tersebut harus dapat dimanfaatkan dan diarahkan seoptimal mungkin agar bermanfaat khusunya bagi dirinya sendiri di masa depan agar kebiasaan hidup aktif tetap terjaga hingga ia dewasa kelak.  Adalah tugas orang tua untuk memberikan kesempatan dan mengarahkan serta membimbing kebiasaan hidup aktif tersebut agar bermanfaat. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui kegiatan pembelajaran di sekolah melalui Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan.
Tujuan pengajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar yaitu mengembangakan kemampuan gerak dasar, ini dapat dilakukan dengan memberikan aneka pengelaman gerak melalui pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah dalam bentuk permainan dan olahraga, uji diri, senam, aktivitas ritmik, aquatik, dan pendidikan luar kelas.
Salah satu jenis permainan dan olahraga yang dapat diberikan di sekolah dasar antara lain adalah permainan bola kecil yaitu tenis meja. Permainan tenis meja memiliki gerakan karakteristik yang berbeda dengan permainan lainnya, dimana bola harus dipantul terlebih dahulu dilapangan sendiri sebelum mengarah kelapangan permainan lawan.
Untuk dapat bermain dengan baik, seorang pemain harus menguasai teknik dasar terlebih dahulu, disamping faktor lain seperti, stamina, taktik dan strategi bermain. Bagi siswa yang memiliki keterampilan gerak (teknik permainan) rendah sangat mengalami kesulitan dalam bermain. Kendala ini disebabkan banyak factor, antara lain minimnya pengalaman gerak siswa dalam permainan tenis meja.
Belum terpenuhinya secara penuh Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007 tentang sarana dan rasarana pendidikan khususnya sarana pendukung olahraga permainan tenis meja di SDN Mogana 1 Kabupaten Pandeglang berdampak kepada rendahnya kualitas pembelajaran yang secara langsung berpengaruh kepada   penguasaan teknik dasar tenis meja. Permainan ini tidak banyak dikenal oleh siswa karena diwilayah tempat tinggal mereka tidak tersedia sarana permainan tersebut. Namun demikian sepintas mereka pernah mendengar dan melihat apa itu permianan tenis meja.  
SDN Mogana 1 memiliki siswa 132 orang dengan jumlah siswa kelas IV sebanyak 24 orang. Sementara sarana peralatan permainan tenis meja yang dimiliki tidak sepadan dengan jumlah siswa. Kondisi ini menyebabkan kegiatan pembelajaran kurang menarik, karena siswa terlalu lama menunggu panggilan untuk melakukan giliran dalam melakukan latihan.
Dampak lebih jauh yang disebabkan kurangnya sarana tersebut adalah masih rendahnya penguasaan gerak dasar memukul dalama permainan tenis meja. Hal ini dapat dilihat dari perolehan nilai hasil belajar siswa tahun pelajaran 2010/2011 dengan rata-rata 60, dan masih jauh dari capaian Kriteria Ketuntasan Minimal sebesar 65.
Kemampuan guru Penjasorkes dalam mengelola pembelajaran dimungkinkan pula untuk melakukan berbagai modifikasi baik alat, lapangan, bentuk permainan maupun peraturan tanpa harus mengubah ciri-ciri khusus permainan tersebut. Sebagai mana yang dikemukakan oleh Lutan (2002), bahwa :
“…syarat-syarat pokok dari cabang olahraga yang dipelajarinya berdasarkan Modifikasi diartikan sebagai perubahan alat/lapangan, ukuran, bentuk permainan dan aturan standar menjadi lebih sederhana tanpa mengubah ciri-ciri khusus dan syarat karakteristik, kemampuan, dan perkembangan anak.”

Lebih lanjut Rusli Lutan sebagai mana yang dikutip oleh Syamsudin (2008:59), mengemukakan bahwa :
Modifikasi dalam mata   pelajaran   pendidikan   jasmani diperlukan dengan tujuan: (1) agar peserta didik memperoleh kepuasan dalam mengikuti pelajaran; (2) meningkatkan keberhasilan peserta didik dalam berpartisipasi; (3) peserta didik dapat melakukan pola gerak secara benar.

Menurut Saymsudin (2008:63) modifikasi dapat dilakukan oleh guru dengan menambah atau mengurnagi tingkat kompleksitas dan kesulitan tugas ajar dengan cara memodifikasi peralatan yang digunakan untuk aktivitas jasmani.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, sangat jelas bahwa modifikasi dalam Penjasorkes sangat mungkin dilakukan oleh guru dengan alasan untuk membantu peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran mereka, apa lagi bagi sekolah-sekolah yang tidak memiliki sarana dan prasarana pendidikan jasmani yang memadai seperti halnya di SDN Mogana 1 kecamatan Banjar Kabupaten Pandeglang.
Cara ini dimaksudkan untuk menuntun, mengarahkan, dan membelajarkan siswa yang tadinya tidak bisa menjadi bisa, yang tadinya kurang terampil menjadi lebih terampil. Cara-cara guru memodifikasi pembelajaran akan tercermin dari aktivitas pembelajarannya yang diberikan guru mulai awal hingga akhir pelajaran. Dengan demikian, dalam belajar pendidikan jasmani para siswa akan termotivasi untuk belajar dan terus belajar tentang suatu ketrampilan gerak sampai mencapai tujuan pembelajaran. Jika siswa berhasil mencapai sasaran maka motivasi dan produktivitasnya akan meningkat.
Berdasarkan hal tersebut di atas, penulis sebagai guru Penjasorkes di SDN Mogana 1 mencoba mengatasi permasalahan yang terjadi dengan melakukan modifokasi alat pemukul dan bola tenis meja dengan kayu yang dibentuk sedimikian rupa menyerupai bat tenis dengan bola yang terbuat dari karet (balon). 
Dalam penelitian ini yang dimaksud modifikasi adalah modifikasi permainan tenis meja terutama alat yang digunakan, yaitu pemukul atau bet terbuat dari kayu yang dibentuk sedemikian rupa meyerupai bat tenis, dan bola yang digunakan terbuat dari bola karet (balon). Diharapkan dengan bet yang terbuat dari kayu setiap siswa dapat memilikinya dan dapat membantu dalam belajar tenis meja terutama dalam kemampuan gerak memukul. Bola keret atau balon dimaksudkan agar jalannya bola tidak terlalu cepat sehingga siswa dapat mengambil posisi dan memiliki persiapan waktu yang cukup untuk melakukan pukulan.
Melalui modifikasi tersebut diharapkan dapat membantu peserta didik dalam mengembangkan keterampilan gerak dasar memukul dalam permainan tenis meja.

B.     Identifikasi Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang di atas, maka penulis dapat mengidentifikasi permasalahan sebagai berikut :
1.      Apakah gaya mengajar berpengaruh terhadap hasil belajar siswa?
2.      Apakah penggunaan media pembelajaran berpengaruh terhadap hasil belajar siswa?
3.      Apakah modifikasi alat dalam pmbelajaran berpengaruh dalam pembelajaran?
4.      Apakah pengunaan alat bantu kayu dan bola keret/balon dapat membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajar tenis meja?
5.      Bagaimanah tingkat partisipasi siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan alat bantu kayu dan bola karet/balon?

C.     Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dapat penulis kemukakan sebagai berikut: Apakah modifikasi bentuk ukuran pemukul dan bola dapat meningkatkan hasil belajar tenis meja bagi siswa kelas IV SDN Mogana 1 Kecamatan Banjar?

D.     Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: mengetahui modifikasi bentuk ukuran pemukul dan bola dalam meningkatkan hasil belajar tenis bagi siswa kelas IV SDN Mogana 1.

E.     Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang penulis harapkan adalah sebagai berikut :
1.      Manfaat bagi Lembaga (sekolah), dapat dijadikan acuan sebagai bahan evaluasi dalam menentukan keberhasilan peserta didik.
2.      Bagi Guru, sebagai bahan referensi yang dapat digunakan sebagai salah satu media pembelajaran tenis meja.
3.      Bagi Peserta Didik, dapat digunakan sebagai bahan renungan dan mengetahui hasil belajarnya di sekolah
4.      Bagi Peneliti, dapat dijadikan acuan dan referensi guna melakukan penelitian lebih lanjut dalam meningkatkan hasil belajar belajar peserta didik.
5.      Memberi masukan kepada guru untuk perbaikan proses pembelajaran dan dapat diterapkan dalam pembelajaran selanjutnya.

F.      Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada hal-hal sebagai berikut:
1.    Meningkatkan kemampuan gerak dasar memukul dalam permainan tenis meja.
2.    Penggunaan bet (pemukul) dan bola yang dimodifikasi terhadap peningkatan gerak dasar memukul bagi siswa.
3.    Penelitian dilaksanakan selam pembelajaran berlangsung, aspek permainan dan olahraga.
4.    Siswa yang terlibat dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Mogana 1 Kecamatan Banjar Kabupaten Pandeglang.

G.   Definisi Istilah
Untuk menghindari kesalahan dalam menafsirkan istilah-istilah dalam penelitian ini, maka beberapa itilah tersebut didefinisikan secara konseptual sebagai berikut:
1.      Belajar, adalah perubahan prilaku sebagai hasil dari pengalaman, bukan karena pengaruh faktor keturunan atau kematangan. ( Rusli Lutan, 2002:7)
2.      Hasil Belajar, perubahan tingkahlaku subyek yang meliputi kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor dalam situasi tertentu berkat pengalamannya yang berulang-ulang. (Hamalik, 1995:48).

3.      Modifikasi, modifikasi diartikan sebagai perubahan alat/lapangan, ukuran, bentuk permainan dan aturan standar menjadi lebih sederhana tanpa mengubah ciri-ciri khusus dan syarat karakteristik permainan tersebut, kemampuan, dan perkembangan anak (Lutan, 2002).
4.      Permainan Tenis Meja, adalah suatu permainan yang menggunakan meja sebagai lapangan yang dibatasi oleh jarring (net) yang menggunakan bola kecil terbuat dari celluloid dan permainannya menggunakan pemukul atau yang disebut bat (baca: bet). (Depdiknas, 2002:3)















BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR
DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A.     Kajian Pustaka
1.        Konsep Belajar
Belajar merupakan kegiatan sehari-hari bagi siswa disekolah. Kegiatan belajar tersebut ada yang dilakukan di sekolah, di rumah, dan di tempat lain seperti : perpustakaan, museum. Belajar merupakan masalah setiap orang, sehingga tidak mengherankan bila belajar merupakan istilah yang tidak asing bagi kita.
Dalam proses pembelajaran disekolah, unsur belajar memegang peranan yang penting dan diharapkan sangat dominan. Mengajar adalah proses membimbing kegiatan belajar, dan kegiatan mengajar hanya bermakna bila terjadi kegiatan belajar siswa. Oemar Hamalik (2007:36) mengatakan belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Menurut pengertian ini, belajar adalah merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yaitu mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan kelakuan.
Menurut Witherington (Ratna Yudhawati dan Dany Haryanto, 2011:23), menjelaskan bahwa belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai polapola respon yang baru berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan. Sedangkan menurut Rusli Lutan (2002:7), bahwa belajar adalah perubahan prilaku sebagai hasil dari pengalaman, bukan karena pengaruh faktor keturunan atau kematangan. Perubahan yang diharapkan bersifat melekat atau permanen. Proses belajar itu sendiri tidak dapat diamati secara langsung, namun terjadinya hanya dapat ditafsirkan berdasarkan prilaku yang teramati.
Pengertian belajar menurut Skinner seperti dikutip oleh Moh. Surya (1992:22), bahwa, “Learning is a process of progressive behavior adaptation” (belajar adalah proses adaptasi tingkahlaku secara progresif).
Sementara itu peranan siswa dalam proses belajar mengajar ini adalah suatu proses yang dialami oleh siswa di sekolah dalam mencari atau menambah pengetahuan, pengalaman, dan sikap, hal ini sejalan dengan pendapat Oemar Malik  bahwa:
Belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Hasilnya tampak perubahan tingkah laku pada diri siswa. (Oemar Malik, 2008:155)
Kesan yang tertinggal pada siswa setelah melakukan proses belajar adalah bahwa apa yang dipelajari di sekolah tidak akan terlupakan walaupun dalam perjalanan waktu selanjutnya bias saja terjadi perubahan dalam arti peningkatan pengetahuan yang juga menuju pada perubahan sikap, keterampilan maupun pemahamannya.
Berdasarkan kajian beberapa teori di atas, pada hakikatnya belajar yang dilakukan siswa adalah suatu proses perubahan yang tejadi pada diri siswa yang dilakukan secara sengaja di sekolah, untuk memperoleh perubahan prilaku yang baru dalam upaya memenuhi kebutuhan atau instingnya. Pemenuhan kebutuhan tersebut dapat dilakukan melalui pengalaman-pengalaman yang telah ia peroleh sebelumnya maupun melalui interaksi dengan lingkungannya. Dampak yang dihasilkan dari proses belajar adalah berupa perubahan prilaku yang nampak dari cara berpikir, bersikap dan bertindak yang ditampilkan dalam kebiasaan sehari-hari.
Prinsip belajar yang dapat dikembangkan dalam proses pembelajaran antara lain : (1) Prinsip perhatian dan motivasi, (2) Prinsip transfer dan retensi, (3) Prinsip keaktifan, (4) Prinsip keterlibatan langsung, (5) Prinsip pengulangan, (6) Prinsip tantangan, (7) Prinsip balikan dan penguatan, (8) Prinsip perbedaan individu. (Aunurrahaman, 2009:114)
Disamping prinsip-prinsip diatas, ada beberapa prinsip belajar dikaji dari ranah pembelajaran, mencakup prinsip pembelajaran kognitif, prinsip pembelajaran afektif, dan prinsip pembelajaran psikomotorik. Terdapat beberapa hal penting yang perlu diketahui guru berkenaan dengan pembelajaran psikomotorik, seperti yang dikemukakan oleh Aunurrahman (2009:136) :
a.      Perkembangan psikomotorik anak, sebagian berlangsung secara beraturan, dan sebagian diantaranya tidakberaturan.
b.      Didalam tugas suatu kelompok akan menunjukan variasi kemampuan dasar psikomotorik.
c.      Struktur ragawi dan sistem ayaraf individu membantu menentukan taraf penampilan psikomotorik.
d.      Melalui aktivitas bermain dan aktivitas informal lainnya para siswa akan memperoleh kemampuan mengontrol gerakannya secara lebih baik
e.      Seirama dengan kematangan fisik dan mental, kemampuan belajar untuk memadukan dan memperluas gerakan motorik akan lebih dapat diperkuat
f.       Faktor-faktor lingkungan memberikan pengaruh terhadap bentuk dan cakupan penampilan psikomotor individu.
g.      Penjelasan yang baik, demonstrasi dan partisipasi aktif siswa dapat menambah efisiensi belajar psikomotorik.
h.      Latihan yang cukup yang memberikan dalam rentang waktu tertentu dapat memperkuat proses belajar psikomotorik.
i.        Tugas-tugas psikomotorik yang terlalu sukar bagi siswa dapat menimbulkan keputusasaan dan kelelahan yang lebih cepat.

Beberapa prinsip pembelajaran yang dikemukakan diatas menjadi bahan kajian dan pertimbangan dasar bagi guru dalam memilih dan menentukan pendekatan pembelajaran, memilih metode atau strategi, menentukan teknik-teknik pemotivasian siswa serta mengenal lebih mendalam masalah-masalah yang ihadapi siswa dalam upaya mewujudkan proses pembelajaran yang efektif.

2.      Hasil Belajar
Dalam proses pembelajaran harus diperhatikan segala sesuatunya karena sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Hasil belajar yang baik maupun hasil belajar yang tidak baik keduanya akan mempengaruhi pertumbuhan serta perkembangan siswa dalam hal jasmani, pemikiran, mental, cara pandang sampai gaya hidup. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya dilakukan berkesinambungan. (Nana Sudjana, 1989:28)
Baik atau tidaknya kemampuan yang dimiliki oleh siswa tergantung dari apa yang siswa dapat selama proses pembelajaran. Seorang guru harus memperhatikan dengan baik hal-hal yang terdapat dalam proses pembelajaran seperti materi belajar, tempat, media mengajar, siswa, waktu, bahasa yang digunakan dan kondisi kelas. Semua itu dilakukan agar siswa mendapatkan informasi secara benar dan jelas serta menghindarkan siswa dari pemahaman atau cara pandang yang salah baik selama pembelajaran maupun setelah pembelajaran.
Jadi yang dimaksud hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa terhadap suatu atau beberapa tugas belajar sesuai dengan tujuan akhir yang ingin dicapai dari suatu proses pembelajaran yang dilakukan. Untuk mendapatkan hasil belajar yang baik dan sesuai dengan tujuan maka proses pembelajaran harus direncanakan dan dilaksanakan sebaik-baiknya oleh guru.
3.      Pendekatan Bermain
           Keberhasilan proses pembelajaran di sekolah akan memberikan gambaran secara umum tentang kondisi sekolah tersebut terutama dalam bagaimana aktivitas yang dilakukan oleh guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibanya sebagai pendidik, pengajar, pembimbing siswa di sekolah.
Efektifitas pengajaran sangat ditentukan oleh pendekatan pengajaran yang dipilih guru atas dasar pengetahuan guru terhadap sifat keterampilan atau tugas gerak yang akan dipelajari siswa, hal ini sejalan dengan pendapat Aip Syarifudin, bahwa:
“ Unsur-unsur utama yang harus dipenuhi dalam proses belajar mengajar pendidikan jasmani adalah : (1) tujuan yang hendak dicapai, (2) bahan pelajaran yang akan disajikan, (3) metode dan alat dan alat pelajaran yang akan digunakan, dan (4) penilaian untuk mengukur keberhasilan tidaknya pengajaran”.(Aip Syarifuddin, 1994:9)

Setelah memahami unsur-unsur utama yang harus dipenuhi dalam proses belajar mengajar pendidikan jasmani, guru menyadari adanya kompleksitas di dalam pengajaran penjas. Beberapa diantaranya adalah keterbatasan sarana dan prasarana dan kondisi siswa yang bervariasi, oleh karena itu, agar proses pembelajaran berlangsung dengan efektif, maka  seorang guru tidak bisa menggunakan satu metode atau pendekatan mengajar saja, melainkan mencari berbagai pendekatan, strategi, metode, taktik dan lain-lain agar pembelajaran dapat mencapai tujaan yang telahditetapkan.
Menurut Samsudin (2008:40) dalam buku pembelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan, dijelaskan bahwa metode pengajaran secara umum meliputi keseluruhan cara atau teknik dalam menyajikan bahan pelajaran kepada siswa serta bagaimana siswa diperlakukan selama pembelajaran tersebut.
           Guru harus pandai dan cermat dalam menentukan suatu metode mengajar, selain itu guru harus kreatif serta cepat menentukan keputusan dalam proses belajar mengajar agar terciptanya situasi pembelajaran yang kondusif dan tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan. Seperti yang dikemukakan oleh Syaiful Sagala (2009:201), bahwa setiap metode pembelajaran yang digunakan bertalian dengan tujuan belajar yang ingin dicapai.
           Guru dapat memilih metode khusus yang  berdasarkan tujuan, apakah untuk proses kognitif, untuk mendorong interaksi sosial yang positif diantara siswa, atau untuk menggunakan ruang dan alat secara lebih efisien. Hal tersebut sesuai dengan pendapat bahwa, kematangan anak didik yang bervariasi mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode pengajaran. (Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, 2006:90) Kematangan anak didik tersebut dapat mencangkup aspek psikologis, aspek biologis, dan aspek intelektual.
           Metode mengajar masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan tersendiri. Guru dituntut harus dapat kreatif dan mampu melakukan pengamatan dengan baik sehingga tepat dalam menerapkan suatu Metode mengajar kedalam proses pengajaran pendidikan jasmani di Sekolah. Strategi penggunaan metode mengajar amat menentukan kualitas hasil belajar mengajar. Ketepatan dalam menetapkan suatu metode mengajar, membuat proses pembelajaran akan berjalan dengan baik dan tercapai tujuan awal dari pembelajaran yang telah direncanakan sebelumnya.
Pendekatan bermain adalah suatu proses penyampaian pengajaran dalam bentuk bermain tanpa mengabaikan materi inti. Permainan yang dimaksukan disini adalah permainan kecil yang materinya disesuaikan dengan standar kompetensi dalam kurikulum. Diharapkan melalui bermain siswa dapat melakukan apa yang harus diakerjakan sesuai dengan kemampuannya.
Bermain merupakan salah satu kegiatan yang menuntut jasmani untuk bergerak seuai dengan keinginan diri sendiri (individu) tanpa adanya paksaan dari orang lain, hal ini menunjukkan bahwa dengan bermain berarti jasmani pun melakukan kegiatan olahraga. Seperti yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari manusia agar memperoleh kesenangan dan kesehatan. Sukintaka (1992:7) didalam bukunya menjelaskan mengenai sifat bermain, bahwa:
1.    Bermain merupakan aktivitas yang dilakukan dengan sukarela atas dasar rasa senang.
2.    Bermain dengan rasa senang, menumbuhkan aktivitas yang dilakukan secara spontan.
3.    Bermain dengan rasa senang, untuk memperoleh kesenangan, menimbulkan kesadaran agar bermain dengan baik perlu berlatih, kadang-kadang memerlukan kerjasama dengan teman, menghormati lawan, mengetahui kemampuan teman, patuh pada peraturan, dan mengetahui kemampuan dirinya sendiri.
Bermain dapat mengembangkan kemampuan lain yang dimiliki oleh anak. Salah satunya ialah anak dapat menunjukkan keterampilan gerak mereka selama mengikuti permainan sehinnga dapat diketahui anak tersebut berbakat dalam kegiatan olahraga.
Fungsi kegiatan bermain pada anak ialah mastery play, sesuai dengan pendapat Mayke S. Tedjasaputra yaitu :
Sebagian besar kegiatan bermain pada anak disebut sebagai mastery play, atau bermain untuk menguasai keterampilan tertentu karena kegiatan tersebut dapat merupakan latihan bagi anak untuk menguasai keterampilan-keterampilan yang baru baginya melalui pengulangan-pengulangan yang dilakukan anak.( Mayke S. Tedjasaputra, 2001:31)

Berdasarkan pendapat diatas, selain untuk perkembangan kognisi, afeksi, dan psikomotor, bermain  juga mempunyai peranan penting bagi perkembangan sosial dan emosi anak, dengan demikian, dengan bermain anak dapat memiliki perhatian, daya ingat, dan kerjasama yang lebih baik sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar.
           Pendekatan bermain memberikan kebebasan kepada siswa untuk begerak yang akan merangsang anak melakukan gerakan yang diperintahkan sesuai materi yang akan diberikan. Bermain bagi anak bertujuan untuk mengembangkan dan membina pola gerak dasar umum dan dominan pada materi yang diberikan sekaligus membina keberanian siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.
Kepercayaan diri anak dapat terlihat selama aktivitas bermain, anak-anak mampu untuk melakukan sesuatu sesuai keinginan mereka tanpa harus memikirkan rasa takut ataupun malu terhadap temannya. Bermain dapat dimanfaatkan oleh guru sebagai salah satu metode mengajar dengan maksud agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Metode mengajar memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, kondisi seperti ini dapat diatasi dengan tidak menggunakan hanya satu metode mengajar saja dalam proses belajar mengajar di sekolah.
Penggunaan metode mengajar lebih dari satu dilakukan agar semua siswa aktif dan dapat memahami secara benar materi yang disampaikan oleh guru sehingga tidak ada lagi salah penafsiran atau kebingungan yang dialami oleh siswa baik pada saat pembelajaran berlangsung ataupun setelah pembelajaran itu selesai.

4.      Permainan Tenis Meja
Tenis meja adalah suatu permainan yang menggunakan meja sebagai lapangan yang dibatasi oleh jaring (net) yang menggunakan bola kecil terbuat dari celluloid dan permainnannya menggunakan pemukul atau disebut bat. (Depdiknas, 2002: 3)
Tenis meja merupakan cabang olahraga permainan yang teknik gerakannya komplek. Artinya terdiri dari gabungan unsur-unsur gerak yang terkoordinasi sehingga siswa tidak mudah untuk menguasai teknik permainan tenis meja dengan baik. Dalam permainan tenis meja, teknik-teknik gerakkannya menuntut koordinasi yang baik seperti kordinasi mata dengan tangan, gerakan awal dengan gerakan lanjutan dan yang lebih mendasar adalah koordinasi syaraf dengan otot.
Salah satu teknik yang harus dikuasai dalam tenis meja adalah pukulan push (forehand an back hand). Pukulan push adalah teknik memukul bola dengan gerakan mendorong, sikap bet terbuka. Gerakan ini biasanya digunakan untuk mengembalikan pukulan-pukulan push itu sendiri dan pukulan-pukulan chop. Putaran bola pada pukulan push hampir tidak ada. (Achmad Damiri dan Nurlan Kusmaedi, 1992:60).
Jika dilihat dari macam-macam pukulan dalam tenis meja, pukulan push merupakan pukulan yang paling mudah jika dibanding dengan jenis pukulan lainnya, namun demikian tidaklah mudah melakukannya apalagi bagi seorang pemula, karena bagaimanapun setiap gerakkannya menuntut koordinasi yang baik, membutuhkan proses dan latihan yang kontinyu, dan pengalaman gerak yang banyak untuk menguasai dengan baik pukulan tersebut.

B. Kerangka Berpikir
Berbagai kemajuan yang terjadi di dalam bidang pendidikan menuntut seorang guru bertindak kreatif, professional serta mampu menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan bagi siswa. Guru seringkali dianggap sebagai pusat dalam suatu pembelajaran yang menguasai segala pengetahuan. Sedang siswa hanya menerima apa yang diketahuinya. Sistem pembelajaran ini sudah tidak sesuai dengan tuntutan perkembangan yang ada. Baik guru maupun siswa harus aktif bersama-sama. Bahkan terkadang harus siswa yang aktif dan guru hanya sebagai fasilitator saja. Jadi guru tidak sebagai penyampai informasi, namun juga harus mampu memahami individu mahaiswa dan membantu mereka menghadapi kesulitan belajar. Kesulitan belajar yang sering dialami antara lain adalah sulitnya mewujudkan kemampuan merespons, bertanya dan menjawab dari peserta didik. Kesulitan seperti ini menjadi beban moral bagi guru.
Menyadari akan hal itu, guru terus berusaha bagaimana caranya agar siswa berhasil dengan baik, siswa terus berusaha mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi, seperti berusaha bagaimana agar kemampuan merespons, bertanya dan menjawab siswa dalam proses pembelajaran dapat terlaksana dengan baik pada setiap proses pembelajaran.Untuk itu penting bagi seorang guru untuk menguasai keterampilan dasar pdalam embelajaran.
Dalam pembalajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan,  proses pembelajaran harus diarahkan agar siswa dapat memahami pekembangan pengetahuan serta mencari informasi langsung ke sumbernya. Pembelajaran harus diarahkan pada keberhasilan belajar siswa secara konsisten sesuai dengan tujuan pendidikan. Guru menyelenggarakan pembelajaran secara interaktif, inspiratif, menyenangkan menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bekal keilmuan, bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa.
Dalam proses pembelajaran guru memberikan keteladanan, guru harus mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai macam media untuk pengajaran, yang pada akhirnya diharapkan akan membentuk nilai-nilai pada mata pelajaran Pendidikan jasmani Olahraga dan Kesehatan.
Modifikasi alat/sarana pendukung pembelajaran merupakan salah satu upaya legal yang dapat dilakukan guru pendidikan jasmani untuk menjembatani siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
SDN Mogana 1 merupakan salah satu sekolah yang belum memiliki sarana olahrag yang memadai termasuk perlengkapan permainan tenis meja. Oleh karena itu, sebagai salah satu solusinya adalah dengan membuat alat pemukul (bet) dari kayu yang sederhana dan mudah didapat dan dibuat sedemikian rupa menyerupai bet sebenarnya.
Selain itu untuk membantu mengontrol pergerakan bola, maka peneliti menggunakan bola yang terbuat dari karet/balon dengan tujuan bola akan bergerak agak lambat. Dengan demikian siswa memiliki waktu yang cukup sebelum mengambil keputusan pukulan apa yang harus ia lakukan. Diharapkan dengan menggunakan modifikasi ini minat dan kesempatan siswa untuk berlatih semakin banyak, yang akhirnya akan membantu mereka dalam penguasaan gerak dasar permainan tenis meja.

C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan tinjuan teori serta kerangka berpikir di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: “Modifikasi bentuk ukuran pemukul dan bola  dapat meningkatkan hasil belajar tenis meja pada siswa kelas IV SDN Mogana 1 Kecamatan Banjar Kabupaten Pandeglang.






BAB III
METODE PENELITIAN

A.   Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR), karena  permasalahan yang timbul berasal dari praktik pembelajaran di kelas, yaitu adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang terjadi dalam pembelajaran penjas khusunya di SDN Mogana 1 Kabupaten Pandegalang, yakni masih rendahnya hasil belajar siswa dalam permainan tenis meja. Kondisi ini disebabkan karena guru kurang mampu mendesain pembelajaran sesaui dengan sarana dan prasarana yang tersedia sehingga pembelajaran kurang menarik karena siswa terlalu lama menungu giliran latihan. Selain itu, pengunaan alat sebenarnya sangat menyulitkan siswa terutama bagi siswa yang sama sekali belum pernah bermain tenis meja.
Ciri-ciri penelitian tindakan kelas adalah : (1) Refleksi diri, maksudnya dalam penelitian tindakan dipandang sebagai suatu cara untuk memberi cirri bagi seperangkat barbagai macam kegiatan yang direncanakan untuk meningkatkan mutu pendidikan, pada pokoknya ia merupakan suatu cara yang dituangkan kedalam suatu program refleksi diri, (2) Penelitian tindakan mencoba untuk mengidentifikasi kriteria dari kegiatan-kegiatan untuk melakukan perbaikan dalam program refleksi diri, (3) Penelitian tindakan kelas bersifat partisipatif dan kolaboratoris karena melibatkan orang lain sebagai bagian dari suatu penelitian.
Oleh karena itu dalam penelitian ini penenliti akan mencoba memodifikasi alat pemukul dan bola untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran, meningkatkan kesempatan lebih banyak kepada siswa untuk berlatih.
 Tindakan yang dilakukan diawali dengan mengidentifikasi gagasan umum sesuai dengan judul penelitian. Selanjutnya gagasan tersebut dilaksanakan melalui empat tahapan secara berdaur ulang, yaitu Perencanaan, Pelaksanaan Tindakan, Observasi dan Refleksi. (Suharsimi, suhardjono, dan Supardi, 2007:16).
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi barometer terhadap hasil pemecahan masalah dan pengambilan keputusan melalui pertimbangan yang mengarah kepada pertimbangan secara terstruktur.
Kolaborator dalam penelitian tindakan berfungsi sebagai pengamat, pengawas, pemberi saran dan sebagai penentu dalam penelitian sistematik yang dilakukan sehingga terapainya tujuan sesuai yang diharapkan. Dengan demikian, tahapan akhir yang menjadi terminologi proses rancangan program aksi tergantung pada tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti dan kolaborator sebagai pelaku praktis dalam penelitian ini.
Jika pada siklus pertama belum menunjukkan hasil yang diharapkan, maka penelitian dilanjutkan pada siklus berikutnya, dengan perencanaan ulang yang mengacu pada hasil refleksi tindakan pada siklus pertama, dan dilakukan tindakan lagi sesuai perencanaan yang dibuat, serta pengamatan dan refleksi tindakan siklus kedua. Jika hasil yang diperoleh pada siklus kedua belum juga menunjukkan hasil yang diharapkan, maka penelitian dilakukan lagi pada siklus selanjutnya. Begitu seterusnya sampai didapatkan hasil yang diharapkan.
Penelitian ini menggunakan dua siklus, setiap siklus terdiri dari langkah-langkah perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

B.   Lokasi dan Waktu Penelitian
·         Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SDN Mogana 1 Kabupaten Pandeglang.
·         Waktu penelitian dilakukan pada saat jam pelajaran Penjas dan dilaksanakan  pada :
Hari           : Rabu dan kamis
  (siklus I: tgl. 9 dan 10 Juni 2012; siklus II: 16 dan 24 Juni 2012)
Pukul       : 08.00 s/d 09.10

C.   Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Mogana 1 Kabupaten Pandeglang yang mengikuti mata pelajaran Penjas sebanyak 24 orang, terdiri dari 11 orang perempuan dan 13 orang laki-laki.

D.   Variabel dan Definisi Operasional Variabel
1.    Variabel penelitian
Terdapat tiga variabl pokok dalam penelitian tindakan ini, yaitu;
1)    Variable input: Siswa kelas IV SDN Mogana 1
2)    Variabel proses: modifikasi bentuk ukuran pemukul dan bola tenis meja
3)    Variabel output: hasil belajar tenis meja
2.    Definisi operasional penelitian
1)      Modifikasi diartikan sebagai perubahan alat/lapangan, ukuran, bentuk permainan dan aturan standar menjadi lebih sederhana tanpa mengubah ciri-ciri khusus dan syarat karakteristik permainan tersebut, kemampuan, dan perkembangan anak. Rusli Lutan (2002).
2)      Hasil belajar adalah Perubahan tingkahlaku subyek yang meliputi kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor dalam situasi tertentu berkat pengalamannya yang berulang-ulang. (Hamalik, 1995:48).
3)        Permainan tenis meja adalah suatu permainan yang menggunakan meja sebagai lapangan yang dibatasi oleh jarring (net) yang menggunakan bola kecil terbuat dari celluloid dan permainannya menggunakan pemukul atau yang disebut bat (baca: bet). (Depdiknas, 2002:3)

E.   Prosedur penelitian
Prosedur penelitian yang dilakukan adalah terdiri dari empat tahap setiap siklusnya, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. (Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi, 2007:16)
1. Perencanaan (Planning)
           Pada tahap ini peneliti membuat perencanaan tindakan yang meliputi perencanaan umum dan perencanaan khusus. Perencanaan umum merupakan perencanaan yang disusun untuk keseluruhan aspek, sedangkan perencanaan khusus merupakan perencanaan yang disusun untuk tiap tindakan yang dilakukan dalam pembelajaran untuk masing-masing siklus. Keseluruhan perencanaan tersebut disusun berdasarkan hasil diskusi antara peneliti, tim peneliti, dan kolaborator.
Perencanaan umum meliputi perencanaan waktu pelaksanaan penelitian yang akan dilakukan selama kurang lebih satu bulan. Peneliti mengadakan pertemuan dengan kepala sekolah untuk konsultasi, dan pertemuan dengan guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan untuk mendiskusikan langkah-langkah pelaksanaan penelitian.
Selain itu direncanakan pengaturan kondisi kelas, persiapan materi pelajaran serta media dan alat-alat pembelajaran yang diperlukan, pembuatan kisi-kisi instrumen pemantau tindakan dan kisi-kisi instrumen hasil belajar pukulan dalam hal ini peneliti memilih salah satu teknik yang peneliti paling mudah untuk dilakukan oleh siswa, yaitu teknik pukulan push.
Adapun perencanaan khusus disesuaikan dengan jadwal pembelajaran dan disusun dalam tiap pelaksanaan tindakan. Dalam hal ini peneliti membuat rencana pembelajaran sesuai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), menyiapkan alat dan media pembelajaran yang diperlukan pada  setiap pelaksanaan tindakan, menyiapkan instrumen pemantau tindakan dan instrumen evaluasi hasil belajar pukulan  push dalam tenis meja, serta pengumpulan data lainnya berkaitan dengan penelitian ini.


Hal penting lainnya yang dilakukan dalam perencanaan adalah:
1.    Menelaah SK dan KD
2.    Peneliti dan kolaborator melihat kondisi awal dari keterlibatan siswa siswa dalam pembelajaran.
3.    Peneliti dan kolaborator mendiskusikan hasil dari keterlibatan awal  siswa dalam pembelajaran.
4.    Peneliti dan kolaborator menyiapkan materi-materi yang akan diberikan kepada siswa.

2. Implementasi Tindakan (Acting)
Tahapan implementasi tindakan merupakan realisasi dari tindakan yang telah direncanakan sebelumnya.  Tindakan dilaksanakan sejalan dengan langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan bet kayu (modifikasi) dan bola karet/balon yang telah direncanakan, untuk meningkatkan hasil belajar pukulan push dalam tenis meja. Penelitian tindakan ini dilaksanakan dalam dua siklus, masing-masing siklus dilakukan 2 kali tindakan sesuai dengan program pembelajaran.

3.  Pengamatan (Observing)
Kegiatan pengamatan (observing) dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan yang bertujuan untuk mengenali, merekam dan mendokumentasikan proses pembelajaran yang terjadi, berkenaan dengan kegiatan guru dan siswa selama tindakan dilakukan. Observer mengamati pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan lembar pengamatan, sambil merekam atau mendokumentasikannya. Pelaksanaan observasi menggunakan format yang telah disusun dan disediakan sesuai dengan tahap perencanaan, selain itu untuk mengetahui penguasaan hasil belajar tenis meja dilakukan tes unjuk kerja salah satu teknik dasar yaitu pukulan push.
Hasil rekaman dan dokumentasi penting dilakukan agar data yang diperlukan dalam penelitian ini dapat dijaring secara lengkap dan akurat. Selain itu peneliti mencatat semua peristiwa atau hal yang terjadi di kelas selama proses pembelajaran berlangsung. Hal yang dicatat meliputi pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam melakukan setiap tahapan pembelajaran yang disajikan guru, melakukan interaksi sesame siswa lainnya, ketekunan belajar, dan lain-lain.
Kegiatan ini sangat membantu peneliti untuk melihat kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan rencana tindakan yang telah disusun sebelumnya. Selain itu sangat perlu untuk mengetahui sejauh mana terjadinya perubahan yang diharapkan, yakni peningkatan hasil belajar pukulan push dalam tenis meja.

4.  Refleksi Tindakan (Reflecting)
            Tahap akhir dari kegiatan penelitian ini adalah refleksi. Tahapan refleksi tindakan merupakan upaya mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian melakukan evaluasi untuk menyempurnakan tindakan yang akan dilaksanakan pada siklus berikutnya.
Tahapan ini dilakukan oleh peneliti dan kolaborator setelah pelaksanaan tindakan. Kegiatan refleksi dilakukan secara kolaboratif, dengan mendiskusikan hasil analisis lembar instrumen unjuk kerja, lembar pengamatan, catatan lapangan, serta faktor penyebab permasalahan lainnya yang terjadi selama pembelajaran di kelas. Hasil refleksi ini menjadi acuan revisi untuk menentukan perencanaan kembali (replanning) pada siklus II.
Berdasarkan catatan hasil refleksi berdasarkan catatan data hasil observasi, peneliti dan kolaborator mengevaluasi kekurangan atau kelemahan serta kemajuan-kemajuan yang diperoleh siswa, pengaruh pemanfaatan media dan alat pembelajaran yang digunakan, sarana dan prasarana, maupun materi atau bahan ajar yang digunakan.
Selain itu dalam kegiatan refleksi, dilakukan juga perbandingan antara hasil belajar pukulan push dalam tenis meja, sebelum dan sesudah diberikan tindakan. Apabila belum terjadi peningkatan hasil belajar, maka penelitian dilanjutkan pada siklus berikutnya. Setelah beberapa siklus dilakukan dan telah terjadi peningkatan hasil belajar push dalam tenis meja sesuai dengan target yang akan dicapai, maka peneliti dapat mengakhiri penelitian.
Selanjutnya pada siklus II dilaksanakan berdasarkan analisis data hasil observasi, pemaknaan data hasil observasi, penjelasan hasil analisis dan kesimpulan mengenai prosentase teratasi atau tidaknya permasalahan dalam pembelajaran, serta faktor-faktor lainnya yang menjadi petimbangan sebelum tercapainya target dalam penelitian ini.




Perencanaan

Refleksi

SIKLUS I

Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Pelaksanaan

SIKLUS II

Pengamatan

Refleksi

?
 


                                                                                  
        







Gambar 1:  Model Penelitian Tindakan Kelas
Sumber : Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi. Penelitian Tindakan Kelas.
(Jakarta : PT. Bumi Aksara. 2008). hal. 16.

F.    Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah rubrik penilaian unjuk kerja, yaitu teknik gerakan memukul push seperti dibawah ini.

Tabel 1: Instrumen Untuk Mengukur Keterampulan Gerak Dasar Memukul (pukulan push dalam permainan tenis meja)

No
Nama Siswa
Sikap Awal
Gerakan Push
Gerak Lanjut
3
2
1
3
2
1
3
2
1
1










2










3










4










5











Kriteria:
1.    Sikap awal
a.    Berdiri menghadap lapangan/meja sambil memegang bet, badan rileks, pandangan kearah bola
b.    Lengan yang memegang bet ditarik mendekati tubuh, sedikit dibawah bahu kiri dengan sudut bet terbuka
c.    Kaki kanan berada didepan, berat badan berada pada kaki kiri.
Perolehan skor:
1)  Skor 3 apabila siswa melakukan ketiga teknik (gerakan) diatas.
2)  Skor 2 apabila siswa melakukan dua dari tiga teknik (gerakan) diatas.
3)  Skor 1 apabila siswa melakukan salah satu dari ketiga teknik (gerakan) diatas.

2.              Gerakan
a.    Perkenaan saat bola mencapai titik pantulan tertinggi
b.    Berat badan mulai dipindahkan ke depan
c.    Perkenaan bet dengan bola tepat pada tengah-tengah
Perolehan skor:
1)      Skor 3 apabila siswa melakukan ketiga teknik (gerakan) diatas.
2)      Skor 2 apabila siswa melakukan dua dari tiga teknik (gerakan) diatas.
3)      Skor 1 apabila siswa melakukan salah satu dari ketiga teknik (gerakan) diatas.

3.            Gerak lanjut
a.    Gerakan lengan pukul hingga lurus, pada tahap ini sikap bet terbuka makin Nampak
b.    Berat seluruhnya pada kaki depan
c.    Pandangan mengikuti bola
Perolehan skor:
1)    Skor 3 apabila siswa melakukan ketiga teknik (gerakan) diatas.
2)    Skor 2 apabila siswa melakukan dua dari tiga teknik (gerakan) diatas.
3)    Skor 1 apabila siswa melakukan salah satu dari ketiga teknik (gerakan) diatas.

G.   Analisis Data
Teknik yang digunakan dalam menganalisis data yang terkumpul dilakukan dengan mencari sumber data dalam penelitian yaitu siswa dan tim peneliti, dengan jenis data kuantitatif yang diperoleh langsung dari hasil tes unjuk kerja tes keterampilan teknik puklan push, dan dan hasil pengamatan sebelum dan sesudah dilakukan tindakan berupa proses pengajaran dengan modifikasi alat pemukul dan bola dalam permainan tenis meja.
Selanjutnya data diolah untuk mencari rerata dari masing-masing siklus (kegiatan pembelajaran) dan membandingkan perbedaan dua rata-rata dari hasil tes sebelum dan sesudah diberikan tindakan.
Indikator keberhasilan penelitian ini ditentukan oleh :
1.    Tingkat penguasaan keterampilan hasil belajar teknik memukul push siswa meningkat (rata-rata ≥ KKM atau 65).
2.    Partisipasi siswa dalam belajar meningkat
3.    Siswa menjadi termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran.
4.    Terjadi interaksi yang kondusif antara siswa dengan siswa, maupun guru dengan siswa.
5.    Guru mampu merencanakan dan menyajikan proses pembelajaran dengan penerapan modifikasi alat permainan tenis meja.
6.    Suasana belajar mengajar menjadi lebih menyenangkan, kondusif, dan tidak menimbulkan rasa jenuh bagi siswa.

Penelitian ini dikatkan berhasil apabila :
1.    Rata-rata hasil belajar siswa lebih besar atau sama dengan KKM yang telah ditentukan (≥65).
2.    Sebagian besar siswa merasa senang dan aktif dalam proses pembelajaran.
3.    Siswa dapat bersosialisasi secara baik dengan siswa lain dan guru.
4.    Siswa menjadi termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran.
5.    Suasana belajar mengajar lebih kondusif dan menyenangkan siswa.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN


A.        Hasil Penelitian Siklus I

Hasil penelitian Siklus I diperoleh melalui penafsiran data yang dikumpulkan melalui tes keterampilan salah satu teknik dasar memukul bola, yaitu pukulan push  dan hasil observasi terhadap aktivitas siwa dalam pembelajaran. Dan untuk mendapatkan hasil data yang betul-betul mampu menjawab permasalahan yang diajukan dalam penenlitian ini, maka peneliti berkolaborasi dengan teman sejawat.
Penelitian yang dilakukan diawali dengan penyusunan rencana tindakan (penyusunan silabus dan RPP), pelaksanaan tindakan (implementasi rencana yang telah disusun), observasi, dan refleksi.
Siklus I dilakukan selama dua kali pertemuan. Pada tahap tindakan, kegiatan pembelajaran dilakuakn sesuai RPP dengan memanfaatkan media pembelajaran berupa kayu yang dibuat sedemikian rupa menyerupai bet atau pemukul untuk setiap siswa. Sedangkan bola yang digunakan terbuat dari bola karet atau balon ukuran kecil.
Kegiatan pembelajaran dilakukan secara bertahap, dari gerakan yang sederhana menuju gerakan yang lebih sukar. Tahap awal kegiatan inti pembelajaran adalah siswa memantul-mantulkan bola/balon ke atas yang dilakukan sendiri dan jumlah pukulannya tidak dibatasi. Tahap kedua dilakukan secara berpasangan, tahap ketiga dilakukan secara kelompok (tiga orang) menggunakan satu bola. Dan tahap pembelajaran inti terakhir adalah melakukan pukulan menggunakan lapangan (meja) sebenarnya secara bergantian.
Berdasarkan data hasil observasi kegiatan pembelajaran pada siklus I, menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran mampu membangkitkan dan memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Hal ini menjukan bahwa kesempatan siswa dalam melakkan latihan gerak memukul pukulan push semakin banyak karena masing-masing siswa memiliki satu alat pemukul (bet) dan satu buah bola/balon karet.

Tabel 2: Hasil Belajar Gerak Dasar Memukul Pukulan Push
Dalam Permainan Tenis Meja Siklus I

No
Siklus
Nilai Rata2
Tuntas (%)
Tdk Tuntas (%)
1
Pra Siklus
60,00
47,22
52,78
2
Siklus I
64,81
58,33
41,67

Peningkatan
4,81
11,11


Berdasarkan tabel diatas, data hasil tes unjuk kerja keterampilan gerak dasar memukul pukulan push dalam permainan tenis meja, diperoleh nilai rata-rata sebesar 64,81 atau meningkat jika dibandingkan dengam nilai rata-rata pra siklus yaitu 60 dengan tingkat ketuntasan sebesar 58,33%.
Penggunaan alat bantu bet dari kayu dan bola karet/balon dapat membantu siswa dalam menguasai keterampilan gerak dasar memukul, terutama dalam jenis pukulan push. Alat bantu pemukul yang digunakan dimiliki oleh setiap siswa, maka dengan demikian kesempatan siswa dalam melakukan latihan dan ulangan materi pelajaran sangat terbuka. Bola karet/balon membantu siswa dalam mengantisipasi gerak memukul, karena jalannya bola lebih lambat sehingga kesempatan siswa untuk mengontrol dan menempatkan posisi badan memiliki cukup waktu.
Data tersebut jika dibuat dalam grafik adalah sebagai berikut:
Gambar 2: Grafik Hasil Belajar Siswa Siklus I

Data hasil pada siklus I belum memuaskan peneliti, oleh karena itu penelitian dilanjutkan pada siklus II.

B.         Hasil Penelitian Siklus II

Siklus II merupakan hasil penyempurnaan tindakan pada siklus I. Perbaikan dilakukan terhadap rencana tindakan terutama dalam penyusunan RPP. Rencana tindakan yang dilakukan dengan dua pertemuan, yang masing-masing di dalam pelaksanaan inti pembelajaran dengan meningkatkan waktu berlatih siswa. Hal ini dilakukan dengan memanfaatkan meja belajar sebagai lapangan permainan tenis meja, selanjutnya diakhir kegiatan pembelajaran dilakukan perlombaan permainan tenis meja dengan  peraturan sederhana.  
Pemanfaatan meja sebagai lapangan permainan dan kompetisi sederhana pada akhir pelajaran membangkitkan semangat siswa untuk mampu menampilkan kemampuan terbaiknya, oleh karena itu ketika siswa lain tidak sedang bertanding, maka ia selalu melakukan latihan baik dilakukan sendiri dengan memainkan bola ke tembok, maupun secara berpasangan dengan temannya.
Dari hasil pengumpulan data yang dilakukan dengan tes keterampilan unjuk kerja, diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 3: Hasil Belajar Gerak Dasar Memukul Pukulan Push
Dalam Permainan Tenis Meja Siklus II

No
Siklus
Nilai Rata2
Tuntas (%)
Tdk Tuntas (%)
1
Siklus I
64,81
58,33
41,67
2
Siklus II
79,63
83,33
16,67

Peningkatan
14,82
25,00


Berdasarkan tabel 3 diatas, menunjukkan bahwa perbaikan proses pembelajaran pada siklus II menunjukkan hasil yang cukup membanggakan, hal ini dibuktikan dengan peningkatan hasil belajar siswa, yaitu dengan nilai rata-rata siswa sebesar 79,63 pada siklus II, atau meningkat sebesar 14,82 jika dibandingkan dengan rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 64,58.
Selain itu, tingkat ketuntasan hasil belajar siswa meningkat secara signifikan, yaitu sebesar 58,33 pada siklus I, naik menjadi  83,33 pada siklus II, atau terjadi peningkatan sebesar 25%.



Gambar 3: Grafik Hasil Belajar Siswa Siklus II

Berdasarkan analisis data hasil belajar siswa dalam penguasaan keterampilan gerak memukul pukulan push yang dilakukan dengan analisis data kuantitatif dalam bentuk rata-rata seperti yang dijelaskan diatas, maka peneliti memandang bahwa siswa sebagian besar (83,33%) telah mampu melakukan keterampilan gerak dasar memukul yaitu pukulan push dalam permainan tenis meja sesuai kriteria yang telah ditentukan sebagai berikut:

Teknik Gerakan memukul (pukulan) push
1.                      Sikap awal
a.    Berdiri menghadap lapangan/meja sambil memegang bet, badan rileks, pandangan kearah bola
b.    Lengan yang memegang bet ditarik mendekati tubuh, sedikit dibawah bahu kiri dengan sudut bet terbuka
c.    Kaki kanan berada didepan, berat badan berada pada kaki kiri.
Perolehan skor:
1)      Skor 3 apabila siswa melakukan ketiga teknik (gerakan) diatas.
2)      Skor 2 apabila siswa melakukan dua dari tiga teknik (gerakan) diatas.
3)      Skor 1 apabila siswa melakukan salah satu dari ketiga teknik (gerakan) diatas.

2.    Gerakan
a.    Perkenaan saat bola mencapai titik pantulan tertinggi
b.    Berat badan mulai dipindahkan ke depan
c.    Perkenaan bet dengan bola tepat pada tengah-tengah
Perolehan skor:
1)      Skor 3 apabila siswa melakukan ketiga teknik (gerakan) diatas.
2)      Skor 2 apabila siswa melakukan dua dari tiga teknik (gerakan) diatas.
3)      Skor 1 apabila siswa melakukan salah satu dari ketiga teknik (gerakan) diatas.
3.      Gerak lanjut
a.    Gerakan lengan pukul hingga lurus, pada tahap ini sikap bet terbuka makin Nampak
b.    Berat seluruhnya pada kaki depan
c.    Pandangan mengikuti bola
Perolehan skor:
1)      Skor 3 apabila siswa melakukan ketiga teknik (gerakan) diatas.
2)      Skor 2 apabila siswa melakukan dua dari tiga teknik (gerakan) diatas.

Berdasarkan perolehan data seperti yang ditunjukkan pada tabel 3 maupun gambar 3 pada siklus II diatas, maka peneliti cukup merasa puas dengan apa yang diperoleh dalam penelitian ini, karena indikator keberhasilan penelitian ini dapat tercapai dengan baik, yaitu:
7.    Tingkat penguasaan keterampilan hasil belajar teknik memukul push siswa meningkat (rata-rata ≥ KKM atau 65);
8.    Partisipasi siswa dalam belajar meningkat;
9.    Siswa menjadi termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran;
10. Terjadi interaksi yang kondusif antara siswa dengan siswa, maupun guru dengan siswa;
11. Guru mampu merencanakan dan menyajikan proses pembelajaran dengan penerapan modifikasi alat permainan tenis meja;

12. Suasana belajar mengajar menjadi lebih menyenangkan, kondusif, dan tidak menimbulkan rasa jenuh bagi siswa; oleh karena itu peneliti tidak perlu melanjutkan penelitian pada siklus berikutnya.






BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A.   Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada Bab IV, diperoleh beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai simpulan, diantaranya adalah :
Pertama, modifikasi bentuk dan ukuran pemukul dan bola dapat meningkatkan hasil pembelajaran tenis meja khususnya materu pukulan push pada siswa kelas IV SD Negeri Mogana 1 Kecamatan Banjar.
Kedua, penggunaan bermacam-macam ukuran bet dan bola dapat meningkatkan partisipasi belajar siswa khusunya pada materi pukulan push dalam permainan tenis meja, karena siswa memiliki kesempatan secara terbuka terbuka untuk melakukan latihan gerak memukul sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Ketiga, pemberian kesempatan untuk berkompetisi diakhir pelajaran dapat meningkatkan motivasi siswa untuk lebih giat dalam belajar, karena mereka tertantang untuk tampil menjadi  yang terbaik diantara teman-temannya.

B.   Saran
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti dapat menyampaikan saran sebagai berikut :
Pertama, bagi guru diharapkan dapat menggunakan atau modifikasi bet yang terbuat dari kayu dengan berbagi ukuran dan bola karet/balon untuk meningkatkan hasil belajar pukulan push dalam permainan tenis meja, khususnya bagi sekolah yang tidak memiliki sarana permainan tenis meja yang memadai.
Kedua, bagi pihak sekolah diharapkan memfasilitasi guru agar menerapkan berbagai pendekatan pembelajaran dalam mata pelajaran Penjasorkes.
Ketiga, bagi Dinas Pendidikan Kabupaten Pandeglang dapat mengalokasikan dana untuk memberikan pelatihan atau sosialisasi kepada guru-guru mengenai inovasi dalam pembelajaran Penjas.
Keempat, bagi siswa agar dapat menggunakan bet kayu dan bola karet/balon/plastic untuk meningkatkan kemampuan atau hasil belajar permainan tenis meja khususnya pada pukulan push.
Kelima, bagi peneliti selanjutnya dapat mengadakan penelitian lebih lanjut terhadap efektifitas penggunaan bet kayu dan bola karet/balon/plastic terhadap hasil belajar pukulan push dalam permainan tenis meja.
DAFTAR PUSTAKA


Achmad Damiri, dan Nurlan Kusmaedi, 1992. Olahraga Pilihan Tenis Meja. Bandung: FPOK IKIP
Agus Mahendra. 2010. Asas dan Falsafah Pendidikan Jasmani.  Bandung: FPOK UPI
David L. Gallahue dan John C. Ozmun, 2006. Under Standing Motor Development. New York: McGraw-Hill
Depdiknas.2004. Kurikulum 2004 Pendidikan Jasmani. Jakarta : Depdiknas
____________________ 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan SD Jakarta : BNSP
____________________ 1997. Pokok-Pokok Pengembangan Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdikbud
Iif Khoiru Ahmadi; Et.al. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP.  Surabaya: PT. Prestasi Pustakarya
Martini Jamaris. 2010. Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikani.  Jakarta:Yayasan Penamas Murni
Moh. Surya. 1992. Psikologi Pendidikan. Bandung: FIP IKIP Bandung
Nurhasan, 2001. Tes dan Pengukuran dalam Pendidikan Jasmani : Prinsip-prinsip dan Penerapannya. Jakarta : Depdiknas
Samsudin. 2008. Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan SD/Mi.  Jakarta : Litera Prenada Media Grup.
Samsudin. 2011. Kurikulum Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan.  Jakarta : PPS UNJ
Sudirman, Et.al. 1991. Ilmu Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya

Suharsimi Arikunto, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara
Suharjono, Et.al. 1999. Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah di Bidang Pendidikan dan Angka Kredit Pengembangan Profesi Guru. Jakarta : Depdiknas
Suharsimi Arikunto, Suharjono, dan Supardi.2007. Penelitian Tindakan Kelas.  Jakarta: PT. Bumi Aksara
Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian pendidikan. Jogyakarta : Bumi Aksara
Syarifudin. 1998. Pokok-Pokok Pengembangan Program Pembelajaran Pendidikan Jasmani.  Jakarta : Depdikbud
Ratna yudhawati dan Dany Haryanto. 2011. Teori-Teori Dasar Psikologi Pandidikan.  Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya
Rusli Lutan. 2002. Mengajar Pendidikan Jasmani.  Jakarta : Depdikbud
Universitas Pendidikan Indonesia. 2002. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Laporan Buku, Makalah, Skripsi, Tesis, Disertasi).  Bandung:UPI
Yudy Hendrayana. 2010. Perencanaan Pengajaran Pendidikan Jasmani.  Bandung: FPOK UPI

Related Posts

No comments:

Post a Comment