Mari Berbagi...dan Memberi....

2022-01-06

Pendekatan Bermain

| 2022-01-06

 

Salah satu bentuk pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat kepada peserta didik adalah melalui permainan atau pendekatan bermain. Menurut Wahjoedi bahwa pendekatan bermain adalah pembelajaran yang diberikan dalam bentuk atau situasi permainan.[1] Bermain berasal dari kata dasar main, yang berarti perbuatan untuk menyenangkan hati yang dilakukan dengan alat-alat kesenangan.[2]

Jadi pendekatan bermain dapat diartikan sebagai proses pembelajaran yang dilakukan melalui permainan, hal ini dimaksudkan agar peserta didik menyenangi proses pembelajaran yang sedang dilakukan, karena bermain merupakan dunia mereka, dengan demikian kegiatan belajar akan menyenangkan sehingga mereka mau belajar dan diharapkan tujuan pembelajaran akan tercapai dengan baik. Bermain merupakan sifat utama anak-anak. Jika guru pendidikan jasmani dapat merancang kegiatan pembelajaran yang dihubungkan dengan bermain, maka tercipta proses pembelajaran yang kondusif, menarik, dan sekaligus dapat mengembangkan kebugaran jasmani anak.[3]

Keberhasilan proses pembelajaran di sekolah akan sangat bergantung kepada kecermatan seorang pendidik dalam memilih atau menentukan strategi yang digunakan. Selain itu, belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Maka guru berkewajiban memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya.[4]

Sebagai mediator dan fasilitator guru harus mampu memenej situasi lingkungan belajar secara optimal dengan menggunakan berbagai metode, media dan sumber belajar yang tersedia, sehingga kegiatan pembelajaran yang berlangsung benar-benar dapat memacu peserta didik untuk belajar, dengan demikian proses pembelajaran yang mereka lakukan bermakna.

Penggunaan bentuk permainan dalam pembelajaran akan mengurangi rasa tegang siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, hal ini sejalan dengan pendapat Martens yang dikutip oleh Phillips yang mengatakan bahwa, tujuan utama pengajaran pendidikan jasmani di sekolah adalah memantau peserta didik agar meningkatkan ketrampilan gerak mereka, disamping agar mereka merasa senang dan mau berpartisipasi dalam berbagai aktivitas. Diharapkan apabila mereka memiliki dasar pengembangan ketrampilan gerak, pemahaman kognitif, dan sikap yang positif terhadap aktivitas jasmani kelak akan menjadi manusia dewasa yang sehat dan segar jasmani dan rohani serta kepribadian yang mantap.[5]

Bermain adalah suatu kegiatan yang menyenangkan. Kegiatan bermain sangat disukai oleh siswa. Bermain yang dilakukan secara tertata, mempunyai manfaat yang besar bagi perkembangan siswa. Bermain dapat memberikan pengalaman belajar yang sangat berharga untuk siswa. Pengalaman itu bisa berupa membina hubungan dengan sesama teman dan menyalurkan perasaan yang tertekan.

Dengan mengetahui manfaat bermain, diharapkan guru dapat menciptakan ide mengenai cara memanfaatkan kegiatan bermain untuk mengembangkan bermacam-macam aspek perkembangan siswa pada tingkat SMP. Aspek yang dapat dikembangkan mencakup fisik, motorik, sosial, emosional, kepribadian, kognisi, ketrampilan olahraga, dan sebagainya.

Bermain dan permainan merupakan bagian hidup dan kehidupan manusia. Khususnya bagi anak bermain tidak dapat dipisahkan dari mereka. Karakteristik anak adalah bermain untuk sepanjang hari.[6] Istilah bermain dan permainan sering diartikan kurang tepat, karena kalau membicarakan permainan orang cenderung hanya mebicarakan teknik-teknik bermain, pemahaman peraturan permainan, dan cara-cara bermain. Sebenarnya permainan lebih luas dari pemahaman seperti itu, karena meliputi kegiatan bermain, pengaruh bermain terhadap pelaku pemain, sifat permainan, bahkan sebagai wahana peningkatan kualitas manusia.

Umumnya cara mengajar pendidikan jasmani menunjukan bahwa pada dasarnya diajarkan melalui urutan yang telah diatur secara sistematik dari keterampilan yang diperlukan dalam cabang-cabang olahraga secara khusus. Atau dengan kata lain sistematik yang berorientasi kepada cabang-cabang olahraga.

Melalui permainan pemecahan suatu masalah dapat dicapai dengan suatu kombinasi dari kesadaran akan taktik strategi (kognisi) dan penguasaan teknik (ketrampilan psikomotor atau motorik). Dengan menyeimbangkan dan penekanan ranah kognitif, afektif, dan psikomotor dalam kaitannya dengan kemampuan fisik atau tingkat kesegaran jasmani, maka diharapkan peserta didik dapat menyadari bahwa, permainan lebih dapat menarik minat dan lebih menyenangkan, apalagi bila dibantu dan didorong untuk siswa membuat keputusan-keputusan sendiri dengan kesadaran sendiri dan dengan kemampuan sendiri tetapi dilakukan dengan tepat. Dengan demikian, maka peserta didik mulai melihat akan kebutuhan dan akan relevansi dari ketrampilan-ketrampilan tertentu dan dalam situasi yang berlainan.

Model pembelajaran pendidikan jasmani yang diperlukan dalam kerangka mengembangkan ketrampilan dasar siswa secara umum melalui pendekatan bermain yang mengandung unsur materi yang berbentuk tema ketrampilan teknik-teknik dasar yang telah dimodifikasi sesuai dengan kondisi atau karakteristik perkembangan fisik dan psikis anak didik.[7]

Kegiatan bermain sangat penting bagi perkembangan siswa, bermain dalam pendidikan jasmani sangat penting untuk memacu kemampuan anak. Bermain memacu motivasi untuk mengikuti proses pembelajaran dalam arti luas, artinya mendorong anak untuk berpikir dan mengetahui mengapa dan bagaimana. Namun hubungan langsung pengalaman motorik dalam bermain dengan hasil akademik sampai saat ini belum ada hasil  penelitian yang menyatakan demikian, yang ada adalah hubungan tidak langsung.[8] Peran bermain maupun permainan dalam pendidikan jasmani sangat penting peranannya bagi anak-anak dimulai untuk menikmati, permainan untuk berinteraksi. Bermain memberikan media yang menakjubkan  untuk mengajarkan anak-anak bagaimana berinteraksi dalam jalan yang positif dengan yang lain dan dunia sekeliling mereka.[9]

Berdasarkan keterangan-keterangan para ahli diatas tentang bermainan dan permainan, maka yang dimaksud dengan pendekatan bermain adalah sebuah strategi pembelajaran yang dipilih oleh guru untuk membelajarkan siswa dengan melibatkan berbagai macam metode belajar agar siswa tersebut terlibat secara langsung dan aktif serta dalam suasana belajar yang menyenangkan sesuai dengan tingkat kemampuan masing-masing. Oleh karena itu, agar kegiatan bermain memberi sumbangan yang positif bagi perkembangan fisik siswa, maka guru dapat merancang kegiatan bermain yang konstruktif bagi perkembangan fisik siswa.



[1] Mari Berkawand, Pengertian Pendekatan Bermain. Tersedia dalam www.mari-berkawand.blogspot.com. (diakses tanggal 9 Nopember 2011).

[2] Indrawan WS., Kamus Lengkap Bahasa Indonesia  (Jombang: Lintas Media, 2005), h. 346

[3] Sucipto, Pendekatan Keterampilan Taktis dalam Pembelajaran Pencak Silat Konsep dan Metode, (Jakarta: Depdiknas, 2001), h.10.

[4] Yudhawati R, Haryanto D., op. cit,  h.44.

[5] Phillips, J.C, Sociology of Sports. (Boston: Allyn and Bacon, 1997), h.384.

[6] Matakupan, J., Teori Bermain. (Jakarta: Depdiknas, 1996), h.1.

 

[7] Suherman, A. Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Jasmani : Pengembangan Model Pembelajaran Kuantum Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar. (Sumedang: Vuri Creative, 2009), h.111.

[8] Matakupan, op. Cit, h.115.

[9] Orlick, T., Cooperative Games and Sport. (Los Angeles: Human Kinetics, 2006), h.3.

 

Related Posts

No comments:

Post a Comment