Salah satu bentuk pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat kepada peserta didik adalah melalui permainan atau pendekatan bermain. Menurut Wahjoedi bahwa pendekatan bermain adalah pembelajaran yang diberikan dalam bentuk atau situasi permainan.[1] Bermain berasal dari kata dasar main, yang berarti perbuatan untuk menyenangkan hati yang dilakukan dengan alat-alat kesenangan.[2]
Jadi pendekatan bermain dapat diartikan sebagai proses
pembelajaran yang dilakukan melalui permainan, hal ini dimaksudkan agar peserta
didik menyenangi proses pembelajaran yang sedang dilakukan, karena bermain
merupakan dunia mereka, dengan demikian kegiatan belajar akan menyenangkan
sehingga mereka mau belajar dan diharapkan tujuan pembelajaran akan tercapai
dengan baik. Bermain merupakan sifat utama anak-anak. Jika guru pendidikan
jasmani dapat merancang kegiatan pembelajaran yang dihubungkan dengan bermain,
maka tercipta proses pembelajaran yang kondusif, menarik, dan sekaligus dapat
mengembangkan kebugaran jasmani anak.[3]
Keberhasilan proses pembelajaran di sekolah akan sangat
bergantung kepada kecermatan seorang pendidik dalam memilih atau menentukan
strategi yang digunakan.
Selain itu, belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap
perkembangan kognitif peserta didik. Maka guru berkewajiban memberikan
kesempatan kepada siswa untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang
ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya.[4]
Sebagai
mediator dan fasilitator guru harus mampu memenej situasi lingkungan belajar
secara optimal dengan menggunakan berbagai metode, media dan sumber belajar
yang tersedia, sehingga kegiatan pembelajaran yang berlangsung benar-benar
dapat memacu peserta didik untuk belajar, dengan demikian proses pembelajaran
yang mereka lakukan bermakna.
Penggunaan bentuk permainan dalam pembelajaran akan
mengurangi rasa tegang siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, hal ini
sejalan dengan pendapat Martens yang dikutip oleh Phillips yang mengatakan
bahwa, tujuan utama pengajaran pendidikan jasmani di sekolah adalah memantau
peserta didik agar meningkatkan ketrampilan gerak mereka, disamping agar mereka
merasa senang dan mau berpartisipasi dalam berbagai aktivitas. Diharapkan
apabila mereka memiliki dasar pengembangan ketrampilan gerak, pemahaman
kognitif, dan sikap yang positif terhadap aktivitas jasmani kelak akan menjadi
manusia dewasa yang sehat dan segar jasmani dan rohani serta kepribadian yang
mantap.[5]
Bermain adalah suatu kegiatan yang menyenangkan. Kegiatan
bermain sangat disukai oleh siswa. Bermain yang dilakukan secara tertata,
mempunyai manfaat yang besar bagi perkembangan siswa. Bermain dapat memberikan
pengalaman belajar yang sangat berharga untuk siswa. Pengalaman itu bisa berupa
membina hubungan dengan sesama teman dan menyalurkan perasaan yang tertekan.
Dengan mengetahui manfaat bermain, diharapkan guru dapat
menciptakan ide mengenai cara memanfaatkan kegiatan bermain untuk mengembangkan
bermacam-macam aspek perkembangan siswa pada tingkat SMP. Aspek yang dapat
dikembangkan mencakup fisik, motorik, sosial, emosional, kepribadian, kognisi,
ketrampilan olahraga, dan sebagainya.
Bermain dan permainan merupakan bagian hidup dan
kehidupan manusia. Khususnya bagi anak bermain tidak dapat dipisahkan dari
mereka. Karakteristik anak adalah bermain untuk sepanjang hari.[6]
Istilah bermain dan permainan sering diartikan kurang tepat, karena kalau
membicarakan permainan orang cenderung hanya mebicarakan teknik-teknik bermain,
pemahaman peraturan permainan, dan cara-cara bermain. Sebenarnya permainan
lebih luas dari pemahaman seperti itu, karena meliputi kegiatan bermain, pengaruh
bermain terhadap pelaku pemain, sifat permainan, bahkan sebagai wahana
peningkatan kualitas manusia.
Umumnya cara mengajar pendidikan jasmani menunjukan bahwa
pada dasarnya diajarkan melalui urutan yang telah diatur secara sistematik dari
keterampilan yang diperlukan dalam cabang-cabang olahraga secara khusus. Atau dengan
kata lain sistematik yang berorientasi kepada cabang-cabang olahraga.
Melalui permainan pemecahan suatu masalah dapat dicapai
dengan suatu kombinasi dari kesadaran akan taktik strategi (kognisi) dan
penguasaan teknik (ketrampilan psikomotor atau motorik). Dengan menyeimbangkan
dan penekanan ranah kognitif, afektif, dan psikomotor dalam kaitannya dengan
kemampuan fisik atau tingkat kesegaran jasmani, maka diharapkan peserta didik dapat
menyadari bahwa, permainan lebih dapat menarik minat dan lebih menyenangkan,
apalagi bila dibantu dan didorong untuk siswa membuat keputusan-keputusan
sendiri dengan kesadaran sendiri dan dengan kemampuan sendiri tetapi dilakukan
dengan tepat. Dengan demikian, maka peserta didik mulai melihat akan kebutuhan
dan akan relevansi dari ketrampilan-ketrampilan tertentu dan dalam situasi yang
berlainan.
Model pembelajaran pendidikan jasmani yang diperlukan
dalam kerangka mengembangkan ketrampilan dasar siswa secara umum melalui
pendekatan bermain yang mengandung unsur materi yang berbentuk tema ketrampilan
teknik-teknik dasar yang telah dimodifikasi sesuai dengan kondisi atau
karakteristik perkembangan fisik dan psikis anak didik.[7]
Kegiatan bermain sangat penting bagi perkembangan siswa,
bermain dalam pendidikan jasmani sangat penting untuk memacu kemampuan anak.
Bermain memacu motivasi untuk mengikuti proses pembelajaran dalam arti luas,
artinya mendorong anak untuk berpikir dan mengetahui mengapa dan bagaimana.
Namun hubungan langsung pengalaman motorik dalam bermain dengan hasil akademik
sampai saat ini belum ada hasil
penelitian yang menyatakan demikian, yang ada adalah hubungan tidak
langsung.[8]
Peran bermain maupun permainan dalam pendidikan jasmani sangat penting
peranannya bagi anak-anak
dimulai untuk menikmati, permainan untuk berinteraksi. Bermain memberikan media
yang menakjubkan untuk mengajarkan
anak-anak bagaimana berinteraksi dalam jalan yang positif dengan yang lain dan
dunia sekeliling mereka.[9]
Berdasarkan
keterangan-keterangan para ahli diatas tentang bermainan dan permainan, maka
yang dimaksud dengan pendekatan bermain adalah sebuah strategi pembelajaran
yang dipilih oleh guru untuk membelajarkan siswa dengan melibatkan berbagai
macam metode belajar agar siswa tersebut terlibat secara langsung dan aktif
serta dalam suasana belajar yang menyenangkan sesuai dengan tingkat kemampuan
masing-masing. Oleh karena itu, agar kegiatan bermain memberi sumbangan yang
positif bagi perkembangan fisik siswa, maka guru dapat merancang kegiatan
bermain yang konstruktif bagi perkembangan fisik siswa.
[1]
Mari Berkawand, Pengertian Pendekatan
Bermain. Tersedia dalam www.mari-berkawand.blogspot.com.
(diakses tanggal 9 Nopember 2011).
[2]
Indrawan WS., Kamus Lengkap Bahasa
Indonesia (Jombang: Lintas Media,
2005), h. 346
[3]
Sucipto, Pendekatan Keterampilan Taktis
dalam Pembelajaran Pencak Silat Konsep dan Metode, (Jakarta: Depdiknas,
2001), h.10.
[4]
Yudhawati R, Haryanto D., op. cit, h.44.
[5] Phillips, J.C, Sociology of Sports. (Boston: Allyn and Bacon, 1997),
h.384.
[6] Matakupan, J., Teori Bermain. (Jakarta: Depdiknas, 1996), h.1.
[7] Suherman, A. Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan
Jasmani : Pengembangan Model Pembelajaran Kuantum Pendidikan Jasmani di Sekolah
Dasar. (Sumedang: Vuri
Creative, 2009), h.111.
[8] Matakupan, op. Cit, h.115.
[9] Orlick, T., Cooperative Games and Sport. (Los Angeles: Human Kinetics, 2006), h.3.
No comments:
Post a Comment